9
Kematian  massal  ikan  yang  sering  terjadi  di  KJA  disebabkan  oleh  terjadinya perubahan  ekosistem  lingkungan  secara  mendadak  karena  umbalan  Azwar  et  al.
2004.  Hal ini disebabkan karena massa air di lapisan bawah kadar oksigennya rendah yang  diakibatkan  oleh  tingginya  pembusukan  bahan  organik,  tingginya  NH
3
–N,  H
2
S, dan  gas  methan.  Ketiga  senyawa  terakhir  ini  bersifat  toksik  bagi  ikan,  sedangkan
ketersediaan oksigen sangat penting dalam mempertahankan kehidupan ikan. Pada  umumnya  di luar  negeri  proses  umbalan  ini  sangat  menguntungkan
karena  status  trofik  danau  atau  waduk  mereka  masih  tergolong  oligotrofik  atau mesotrofik, sehingga nutrien yang di dasar akan ke atas maka fitoplankton akan dapat
berkembang  biak  sehingga  produktivitas  primer  atau  sekunder  akan  naik.  Berbeda halnya  di  Indonesia,  proses  umbalan  menghasilkan  kematian  massal  bagi  ikan-ikan
budidaya  yang  berada  dalam  keramba  jaring  apung  KJA.  Hal  ini  terjadi  akibat perairan  Indonesia  bersifat  eutrofik  yang  pada  lapisan  bawah  anaerob  mengandung
senyawa beracun hasil dari  dekomposisi.  Hasil dekomposisi  tersebut  akan  terangkat kepermukaan dan menyebabkan kekurangan oksigen pada seluruh badan air, sehingga
biota perairan tidak dapat beradaptasi pada kondisi tersebut dan terjadilah kematian massal ikan Nugroho 2009.
2.4 Oksigen Terlarut Dissolved Oxygen
Oksigen  terlarut  dissolved  oxygen  merupakan  dasar  untuk  kehidupan tanaman  dan  hewan  dalam  air.  Kehidupan  makhluk  hidup  di  dalam  air  tersebut
tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan kosentrasi oksigen minimum yang dibutuhkan untuk kehidupannya Fardiaz in Octaviany 2005.
2.4.1 Sumber oksigen dalam perairan
Sumber oksigen terlarut utama dalam perairan adalah proses fotosintesis dan secara  difusi  langsung  dari  atmosfer dengan  kecepatan  terbatas  Welch 1952.
Menurut Welch 1952 terdapat dua cara absorpsi oksigen dari atmosfer ke dalam air, yaitu difusi langsung pada permukaan dan melalui agitasi pada permukaan air, seperti
akibat  gelombang,  air  terjun,  dan  turbulensi  akibat  terbentur  penghalang. Namun difusi  langsung  dari  udara  melalui  lapisan  permukaan  dan  kedalam  perairan
cenderung  lambat  dan  relatif  tidak  efektif  dalam  menyediakan  oksigen  ke  dalam  air walaupun dapat berlangsung selama 24 jam.
10
Laju  transfer  oksigen  tergantung  pada  kosentrasi  oksigen  terlarut  di  lapisan permukaan,  konsentrasi  saturasi  oksigen,  dan  bervariasi  sesuai  kecepatan  angin
Sellers dan Markland 1987. Transfer oksigen dari udara ke perairan melalui proses difusi dan penghilangan oksigen dari perairan ke udara akan terus terjadi jika kondisi
jenuh  belum  tercapai  Effendi 2003. Difusi  oksigen  dalam  atmosfer  ke  perairan
berlangsung  relatif  lambat  meskipun  terjadi  pergolakan  massa  air. Oleh  karena  itu, sumber  utama  oksigen  masuk  ke  dalam  perairan  waduk  atau  danau  berasal  dari
proses fotosintesis Schmittou 1991 in Widiyastuti 2004. Perairan  tergenang  biasanya  memiliki  stratifikasi  secara  vertikal  yang
diakibatkan  oleh  perbedaan  intensitas  cahaya  dan  perbedaan  suhu  secara  vertikal pada kolom air.  Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air semakin berkurang
dengan bertambahnya kedalaman.  Bila dibagi berdasarkan ada tidaknya cahaya pada suatu  lapisan  perairan,  maka  ada  dua  kelompok  lapisan,  yaitu  lapisan  fotik  eufotik,
kompensasi, dan disfotik dan lapisan afotik Effendi 2003. Berdasarkan  perbedaan  intensitas  cahaya  yang  masuk  kedalam  perairan,
stratifikasi vertikal kolom air pada perairan tergenang dikelompokkan menjadi: 1.
Lapisan eufotik, yaitu lapisan yang masih mendapat cukup matahari.  Pada lapisan ini  oksigen  yang  dihasilkan  dari  proses  fotosintesis  lebih  besar  daripada  oksigen
yang digunakan untuk respirasi. 2. Lapisan  kompensasi,  yaitu  lapisan  dengan  intensitas  cahaya  tinggal  1  dari
intensitas  cahaya  permukaan  atau  dicirikan  oleh  hasil fotosintesis  yang  sama dengan respirasi.
3. Lapisan  profundal,  yaitu  lapisan  di  sebelah  bawah  lapisan  kompensasi  dengan intensitas cahaya sangat kecil disfotik atau sudah tidak ada lagi cahaya afotik.
Berdasarkan  perbedaan  panas  dalam  bentuk  perbedaan  suhu  pada  setiap kedalaman,  stratifikasi  vertikal  kolom  air  pada  perairan  tergenang  dikelompokkan
menjadi : 1. Epilimnion,  yaitu  lapisan  sebelah  atas  perairan  yang  hangat,  perubahan  suhu
secara  vertikal  sangat  kecil,  seluruh  massa  air  pada  ini  mengalami  pencampuran dengan baik, karena daya angin dan gelombang.
2. Metalimniontermoklin,  yaitu  lapisan  di  bawah  epilimnion,  pada  mintakat  ini setiap  penambahan  kedalaman  1  meter  terjadi  penurunan  suhu  sekurang-
kurangnya 1 C.
11
3. Hipolimnon,  yaitu  lapisan  di  bawah  metalimnion,  lebih  dingin,  perbedaan  suhu secara  vertikal  relatif  kecil.
Massa  air  bersifat  stagnan,  tidak  mengalami pencampuran, dan memiliki air yang lebih besar.
Selanjutnya dijelaskan bahwa lapisan yang terbentuk pada stratifikasi vertikal kolom  air  berdasarkan  intensitas  cahaya  eufotik,  kompensasi,  afotik  kadangkala
berada  pada  posisi  yang  sama  dengan  lapisan-lapisan  yang  terbentuk  akibat perbedaan  panas  epilimnion,  metalimniontermoklin,  dan  hipolimnion.  Lapisan
eufotik  merupakan  lapisan  epilimnion, adalah  lapisan  yang  paling  produktif  karena mendapat  pasokan  cahaya  matahari  yang  cukup  sehingga  proses  fotosintesis
berlangsung optimum Effendi 2003. Pada  waduk  yang  memiliki  kecerahan  sangat  tinggi,  produksi  oksigen  oleh
fitoplankton dapat terjadi di epilimnion sampai metalimnion bahkan hipolimnion yang masih  mendapat  bagian  cahaya  Kimmel  et  al. 1990  in Octviany 2005.  Distribusi
horizontal  oksigen  di  hipolimnion  dimodifikasi  oleh  turbulensi  vertikal,  perpindahan secara horizontal, dan aliran air yang bergerak sebagai arus densitas di lapisan bawah
underflow  Wetzel 2001.  Perambatan  oksigen  juga  dapat  terjadi  dari  lapisan  atas pada kondisi air yang tenang.
Selain melalui transfer oksigen dari udara dan proses fotosintesis, oksigen juga dapat  masuk  ke  perairan  karena  terbawa  oleh  aliran  yang  masuk  ke  dalam  badan
perairan inflow.  Inflow masuk dan bergerak ke waduk, airnya akan mengalir menuju lapisan yang memiliki densitas yang hampir sama dengan densitasnya.
Perbedaan  densitas  air  di  waduk  lebih  banyak  disebabkan  oleh  suhu.  Jika densitas  inflow lebih  kecil  daripada  densitas  air  permukaan  waduk  P
in
,  inflow akan berada  di  atas  overflow.
Jika  densitas  inflow lebih  besar  daripada  densitas  air permukaaan waduk P
in
P, inflow akan berada di bawah underflow, sedangkan jika densitas  inflow lebih  besar  dari  densitas  lapisan  epilimnion  tapi  lebih  kecil  dari
densitas lapisan hipolimnion P
1
P
in
P
2
, inflow akan berada lapisan tengah interflow Wetzel 2001.
2.4.2. Faktor yang mempengaruhi distribusi oksigen terlarut dalam perairan
Faktor  yang  mempengaruhi  distribusi  oksigen  terlarut  di  perairan  waduk menurut Cole dan Hanan 1990 yaitu :
12
1. Suhu. Kelarutan oksigen semakin meningkat dengan menurunnya suhu, sehingga
selama  terjadi  stratifikasi  saat  musim  panas,  lapisan  perairan  dalam  waduk memiliki  konsentrasi  oksigen  terlarut  lebih  tinggi  daripada  lapisan  yang  lebih
hangat. Kondisi  ini  dapat  digambarkan  seperti  distribusi  vertikal  oksigen  tipe orthograde Goldman  dan  Horne 1983,  yang  umum  terjadi  pada  perairan
oligotrofik. 2. Arus.  Zona  riverine waduk menerima  air  dari  sungai  induk,  yang  mempengaruhi
distribusi  dan konsentrasi oksigen terlarut dalam semua  zona baik di epilimnion, metalimnion, dan hipolimnion.
3. Morfologi. Dua danau  yang  memiliki  persamaan  zona  trofogenik  dan  laju
produktivitas  primer,  namun  memiliki  volume  hipolimnion  yang  berbeda,  akan memiliki konsentrasi oksigen terlarut yang berbeda pula Wetzel 2001.  Hal yang
sama  terjadi  di  waduk  dimana  terdapat  hubungan  antara  konsentrasi  oksigen terlarut di hipolimnion dan volume hipolimnion perairan waduk.
4. Masukan allochtonous dari luar perairan yang dapat berasal dari sungai induk. 5. Fotosintesis dan respirasi
6. Angin
2.4.3 Penurunan kandungan oksigen dalam perairan
Penyebab utama terjadinya penurunan kandungan oksigen dalam air menurut Welch 1952 adalah:
1. Respirasi organisme  dalam  air,  baik  hewan maupun tumbuhan  yang  berlangsung sepanjang hari.
2. Oksigen  terlarut  digunakan  untuk  dekomposisi  bahan  organik  yang  terlarut  dan terakumulasi  di  dasar  perairan.  Penurunan  oksigen  terlarut  akibat  dekomposisi
bergantung  pada  jumlah  dan  distribusi  bahan  organik  yang  terakumulasi, temperatur air, dan volume air di lapisan hipolimnion
3. Reduksi oleh gas lain 4. Pelepasan  oksigen  terlarut secara  otomatis  dari  lapisan  epilimnion  mendekati
musim  panas. Air  yang  dingin  dapat  menampung  oksigen  terlarut  lebih  banyak sebelum mencapai saturasi.
5. Inflow dari  tanah. Air  tanah  bisanya  mengandung  oksigen  sangat  rendah,
seringkali  tidak  ada  sama  sekali. Bila  masuk  ke  lapisan  epilimnion  tidak  akan
13
berdampak nyata karena cenderung akan teraerasi, namun bila air tanah ini masuk ke  bawah  lapisan  termoklin,  akan  menyebabkan peningkatan  isi  lapisan  rendah
oksigen di hipolimnion. 6. Keberadaan besi. Pada danau yang mengandung besi, oksidasi senyawa besi yang
terlarut menjadi penyebab penting dalam penurunan oksigen terlarut. Proses  respirasi  berlangsung  di  seluruh  lapisan  perairan,  sehingga  pada
lapisan  eufotik  dimana  fotosintesis  berjalan  sangat  baik,  kadar  oksigen  cenderung lebih  melimpah dipermukaan  dibandingkan  lapisan  di  bawahnya. Titik  kedalaman
dimana  terjadinya  konsumsi  oksigen  respirasi  dan  dekomposisi  sama  dengan produksi hasil proses fotosintesis disebut kedalaman kompensasi.
Pada siang hari ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses fotosintesis  yang  berlangsung  intensif  pada  lapisan  eufotik  perairan  lebih  besar
daripada  oksigen  yang  dikonsumsi  oleh  respirasi.  Pada  malam  hari  fotosintesis berhenti  tetapi  respirasi  terus  berlangsung.
Pola  perubahan  kadar  oksigen  ini mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen di lapisan eufotik perairan.  Kadar
oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari Effendi 2003. Kadar  oksigen  terlarut  berfluktuasi  secara  harian  dan  musiman  bergantung
pada  pencampuran  mixing  dan  pergerakan  turbulence  massa  air,  aktivitas fotosintesis, evaporasi, dan limbah yang masuk ke dalam perairan Effendi 2003.
2.4.4 Distribusi vertikal oksigen dalam perairan
Kadar oksigen terlarut di perairan dapat mencapai dasar terutama bila terjadi sirkulasi  air  dari  atas  sampai  dasar. Pada  keadaan  air  yang  stagnan  dapat  terjadi
stratifikasi  oksigen. Kandungan  oksigen  terlarut  menurun  seiring  dengan
bertambahnya  kedalaman.  Hal  ini  berhubungan  dengan  penurunan  pasokan  yang berasal dari proses difusi dari udara dan fotosintesis.
Kemampuan  difusi  oksigen  dari  udara  ke  dalam  air  sangat  mempengaruhi kadar  oksigen  di  perairan.  Semakin  dalam  titik  pengamatan  pada  suatu  badan  air
waduk,  maka  pengaruh  difusi  yang  terjadi  di  permukaan  perairan,  berupa  oksigen yang  merambat  pada  titik  tersebut  semakin  kecil. Disamping  itu,  kebutuhan  untuk
pembusukan  organik  karbon  dan  proses  nitrifikasi  meningkat  Harsono  et  al. 2001. Distribusi oksigen ke dalam kolom perairan lambat kecuali jika terjadi turbulensi kuat.
14
Tipe distribusi oksigen terlarut dalam suatu perairan secara vertikal menurut Goldman dan Horne 1983 Gambar 1 adalah :
1. Tipe orthograde : Terjadi pada danau yang tidak produktif oligotrofik atau danau yang  miskin  unsur  hara  dan  bahan  organik.
Konsentrasi  oksigen  semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman perairan.  Peningkatan oksigen pada
kondisi  ini  lebih  diakibatkan  oleh  penurunan  suhu  dengan  bertambahnya kedalaman.
2. Tipe clinograde : Terjadi pada suhu yang produktif eutrofik atau danau yang kaya unsur  hara  dan  bahan  organik. Konsentrasi  oksigen  semakin  menurun  dengan
bertambahnya kedalaman. 3. Tipe  heterograde positif  dan  negatif  :  Pada  tipe  ini  terlihat  bahwa  fotosintesis
dominan  terjadi  di  atas  lapisan  termoklin  dan  akan  meningkatkan  oksigen  di bagian atas lapisan metalimnion.
4. Tipe  anomali  :  Tipe  ini  terjadi  pada  aliran  yang  deras,  dingin,  kaya  oksigen  dan membentuk sebuah lapisan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Gambar  1. Tipe  distribusi  oksigen  terlarut  secara  vertikal  di  danauwaduk berdasarkan kedalaman; a. orthograde, b. clinograde, c. heterograde,
d. anomali Goldman dan Horne 1983.
2.5. Bahan Organik di Perairan