Pengorganisasian Tatacara Penatalaksanaan Gizi di Puskesmas se-Kota Medan

Untuk melihat hasil penelitian pada 4 variabel yang harus ada pada penatalaksanaan gizi buruk sesuai standar Departemen Kesehatan dapat dilihat pada hasil penelitian berikut :

5.1.1. Pengorganisasian

Pengorganisasian penatalaksanaan gizi sebagian besar yaitu 53,3 tidak baik karena dari 5 standar pengorganisasian yang harus ada pada penatalaksanaan gizi, ternyata 50 tidak sesuai standar yang telah ditetapkan. Dimana seharusnya dalam pengorganisasian ini harus ada tim asuhan gizi yang saling bekerja sama dalam pemeriksaan dan dalam menegakkan diagnosa terhadap pasien gizi buruk agar dapat dilakukan tindak lanjut yang sesuai dengan keadaan gizi pasien gizi buruk tersebut, yang diharapkan nantinya akan memberikan dampak dalam perbaikan status gizinya dari keadaan sebelumnya, sehingga tujuan dari penatalaksanaan gizi tersebut dapat tercapai. Pendapat Terry 1980 bahwa pengorganisasian adalah tindakan mengendalikan hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien. Begitu juga pendapat Koontz dan Donnel dalam Terry 1980 yang menyatakan bahwa pengorganisasian merupakan penentuan dan perhitungan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

5.1.2. Tatacara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tatacara penatalaksanaan gizi sebagian besar yaitu 56,7 yang tidak baik, karena dari 15 langkah yang harus dilaksanakan Universitas Sumatera Utara dalam penatalaksanaan gizi, ternyata tidak secara keseluruhan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan . Untuk melihat prosedur tatalaksana anak gizi buruk dan rujukannya dilakukan dengan mengambil satu contoh atau lebih status pasien anak gizi buruk di puskesmas dimulai dari : Tahap identifikasi identitas anak, kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta penentuan status gizi sehingga diketahui dengan jelas kondisi gizi buruk yang dialami pasien gizi buruk. Rujukan dan persiapan tindak lanjut di puskesmas yaitu menerima rujukan gizi buruk dari Posyandu dalam wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit, kemudian menyeleksi dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan tabel BBTB, WHO-2005. Trikayati 2005 menyatakan bahwa penatalaksanaan gizi yang dilakukan berupa pelayanan penanganan gizi yang sesuai standar guna penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi dengan komplikasi atau tanpa komplikasi, ditangani secara serius sampai dinyatakan sembuh.

5.1.3. Tindak Lanjut