Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas se-Kota Medan

Jumlah 30 100,0

4.3. Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas se-Kota Medan

Pengetahuan tenaga pelaksana gizi di wilayah kerja Puskesmas se-kota Medan disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada Tabel 4.11: Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas se-Kota Medan No Pengetahuan Jawaban Tahu Tidak Tahu n n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perlu di bentuk Tim Asuhan Gizi di Puskesmas Tanda-tanda marasmus Tanda-tanda kwashiorkor Tanda-tanda klinis sering menyertai gizi buruk Yang harus dilakukan saat menemukan balita gizi buruk Kriteria anak gizi buruk dengan komplikasi Kriteria anak gizi buruk tanpa komplikasi Urutan tahap pemberian makanan anak gizi buruk Langkah tatalaksana anak gizi buruk Yang perlu dilakukan dalam pengawasan monitoring 22 26 25 18 9 21 7 18 27 24 73,3 86,7 83,3 60,0 30,0 70,0 23,3 60,0 90,0 80,0 8 4 5 12 21 9 23 12 3 6 26,7 13,3 16,7 40,0 70,0 50,0 30,0 76,7 40,0 10,0 20,0 Hasil pengukuran pengetahuan tenaga pelaksana gizi kemudian dikategorikan. Pengetahuan tenaga pelaksana gizi lebih banyak pada kategori kurang, yaitu sebanyak 19 orang 63,3 dan dalam jumlah kecil pada kategori baik, yaitu sebanyak 11 orang 36,7, seperti pada Tabel 4.12: Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas se-Kota Medan No Pengetahuan n 1 Baik 11 36,7 Universitas Sumatera Utara 2 Kurang 19 63,3 Jumlah 30 100,0 4.4. Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan Keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di wilayah kerjanya masing-masing dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi dengan mengukur antropometri tinggi badan TB dan berat badan BB balita gizi buruk selama 3 tiga bulan berturut-turut, dengan kategori baik merupakan hasil yang paling besar yaitu 16 Puskesmas 53,3 dapat dilihat pada Tabel 4.13 : Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan No Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk n 1 2 Baik Kurang 16 14 53,3 46,7 Jumlah 30 100,0 4.5.Hubungan Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan Universitas Sumatera Utara Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel faktor –faktor penatalaksanaan gizi dan pengetahuan tenaga pelaksana gizi terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi square antara variabel faktor penatalaksanaan gizi pengorganisasian, tatacara, tindak lanjut dan pengawasan dan faktor pengetahuan tenaga pelaksana gizi dengan keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. 4.5.1.Hubungan Penatalaksanaan Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan 4.5.1.1.Pengorganisasian Persentase pengorganisasian yang baik lebih banyak pada kategori kurang berhasil dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk, sedangkan pengorganisasian yang tidak baik lebih banyak pada kategori baik terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Dapat dilihat pada Tabel 4.14 : Tabel 4.14. Hubungan Pengorganisasian Penatalaksanaan Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan No Pengorganisasian Keberhasilan Total Nilai p Baik Kurang n n n 1 Baik 5 35,7 9 64,3 14 100 0,070 2 Tidak Baik 11 68,8 5 31,3 16 100 Universitas Sumatera Utara Hasil uji chi square diketahui nilai p=0,070 berarti 0,05, yang artinya tidak ada hubungan antara variabel pengorganisasian dengan keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. 4.5.1.2.Tatacara Persentase tatacara penatalaksanaan gizi lebih banyak pada kategori baik terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk, sedangkan tatacara yang tidak baik lebih banyak pada kategori kurang berhasil dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Dapat dilihat pada Tabel 4.15 : Tabel 4.15. Hubungan Tatacara Penatalaksanaan Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan No Tatacara Keberhasilan Total Nilai p Baik Kurang n n n 1 Baik 11 84,6 2 15,4 13 100 0,003 2 Tidak Baik 5 29,4 12 70,6 17 100 Dari hasil uji chi square diketahui nilai p=0,003 berarti 0,05, artinya ada hubungan antara variabel tatacara dengan keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. 4.5.1.3.Tindak Lanjut Persentase tindak lanjut yang baik lebih banyak pada kategori baik terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk, sedangkan tindak lanjut yang tidak baik lebih banyak pada kategori kurang terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Dapat dilihat pada Tabel 4.16 : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Hubungan Tindak Lanjut Penatalaksanaan Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan No Tindak Lanjut Keberhasilan Total Nilai p Baik Kurang n n n 1 Baik 11 84,6 2 15,4 13 100 0,003 2 Tidak Baik 5 29,4 12 70,6 17 100 Hasil uji chi square diketahui nilai p=0,003 berarti 0,05, artinya ada hubungan antara variabel tindak lanjut dengan keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. 4.5.1.4.Pengawasan Persentase pengawasan yang baik lebih banyak pada kategori baik terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk, sedangkan pengawasan yang kurang lebih banyak pada kategori kurang terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Dapat dilihat pada Tabel 4.17: Tabel 4.17. Hubungan Pengawasan Penatalaksanaan Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan No Pengawasan Keberhasilan Total Nilai p Baik Kurang n n n 1 Baik 13 81,3 3 18,8 16 100 0,001 2 Kurang 3 21,4 11 78,6 14 100 Hasil uji chi square diketahui bahwa nilai p=0,001 berarti 0,05, artinya ada hubungan antara variabel pengawasan dengan keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Universitas Sumatera Utara 4.5.2.Hubungan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan Persentase pengetahuan tenaga pelaksana gizi yang baik lebih banyak pada kategori baik terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk, sedangkan pengetahuan tenaga pelaksana gizi yang kurang lebih banyak pada kategori kurang terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. Dapat dilihat pada Tabel 4.18: Tabel 4.18. Hubungan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan No Pengetahuan Keberhasilan Total Nilai p Baik Kurang n n n 1 Baik 8 72,7 3 27,3 11 100 0,105 2 Kurang 8 42,1 11 57,9 19 100 Hasil uji chi square diketahui nilai p=0,105 berarti 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan tenaga pelaksana gizi dengan keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk. 4.6.Pengaruh Penatalaksanaan Gizi dan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan Berdasarkan hasil uji chi square diketahui keseluruhan variabel lima variabel yaitu hubungan faktor penatalaksanaan dan pengetahuan tenaga pelaksana gizi dengan perbaikan status gizi pada balita gizi buruk maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan karena nilai pada uji chi square menunjukkan nilai p0,25. Hasil Universitas Sumatera Utara uji chi square menunjukkan keseluruhan variabel tersebut layak untuk dilanjutkan dalam analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa faktor penatalaksanaan pengorganisasian, tatacara, tindak lanjut dan pengawasan dan faktor pengetahuan tenaga pelaksana gizi berpengaruh terhadap perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan dilakukan dengan uji regresi logistik ganda dengan metode enter dengan nilai signifikansi masing-masing variabel 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan faktor penatalaksanaan tatacara, tindak lanjut dan pengawasan yang memengaruhi variabel dependen perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan adalah sebagai berikut: Rumus Regresi Logistik Ganda 1 f Z = 1 + e –-14,964 + 3,618 X 1 + 3,015X 2 + 2,789X 3 fZ = -5,22--14,64 atau 99,46-99,99 fZ = Probabilitas perbaikan status gizi pada balita gizi buruk α = Konstanta ß 1 - ß 3 = Koefisien regresi X 1 X = Tatacara 2 = Tindak lanjut Universitas Sumatera Utara X 3 E = Error tingkat kesalahan = Pengawasan Tabel 4.19. Pengaruh Faktor Penatalaksanaan Gizi Tatacara, Tindak Lanjut dan Pengawasan terhadap Keberhasilan Puskesmas dalam Perbaikan Status Gizi pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas se-Kota Medan Variabel Independen Nilai B Nilai p Exp B 95 C.l.for Exp B Lower Uppr Tatacara 3,618 0,024 37,261 1,606 864,381 Tindak lanjut 3,015 0,043 20,383 1,093 379,990 Pengawasan 2,789 0,044 16,264 1,083 244,242 Constant -14,64 0,007 0,000 Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel faktor penatalaksanaan terdapat 3 tiga variabel yaitu variabel tatacara dengan nilai p=0,024 p0,05, tindak lanjut dengan nilai p=0,043 p0,05 dan pengawasan dengan nilai p =0,044 p0,05 berpengaruh terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan. Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan adalah variabel tatacara yaitu pada nilai koefisien regresi exp B 37,261. Hal ini menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Variabel tatacara bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah positif terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan. Jadi dapat diartikan secara teoritis bahwa keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan akan meningkat jauh lebih baik apabila terjadi peningkatan pada tatacara penatalaksanaan gizi. Pada tabel 4.18 juga terlihat bahwa variabel tindak lanjut dan pengawasan bernilai positif, menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang searah positif terhadap keberhasilan Puskesmas dalam perbaikan status gizi pada balita gizi buruk di Puskesmas se-Kota Medan, variabel tindak lanjut pada nilai koefisien regresi exp B 20,383 dan variabel pengawasan pada nilai koefisien regresi exp B 16,264. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel tatacara diperoleh nilai exp B atau odds ratio OR sebesar 37,261 pada confidence interval 95 yaitu antara 1,606 sampai 864,381, sehingga dapat disimpulkan bahwa tatacara yang baik pada penatalaksanaan gizi mempunyai kemungkinan 37,3 kali akan baik perbaikan status gizi pada balita gizi buruk dibandingkan dengan tatacara yang tidak baik, variabel tindak lanjut diperoleh nilai Exp B atau Odds Ratio OR sebesar 20,383 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 1,093 sampai 379,990, sehingga dapat disimpulkan bahwa tindak lanjut yang baik mempunyai kemungkinan 20,4 kali akan baik perbaikan status gizi pada balita gizi buruk dibandingkan dengan tindak lanjut yang tidak baik dan variabel pengawasan diperoleh nilai Exp B atau Odds Ratio Universitas Sumatera Utara OR sebesar 16,264 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 1,083 sampai 244,242, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang baik mempunyai kemungkinan 16,3 kali akan baik perbaikan status gizi pada balita gizi buruk dibandingkan dengan pengawasan yang kurang. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Penatalaksanaan Gizi di Puskesmas se-Kota Medan