Tindak Lanjut Pengawasan Penatalaksanaan Gizi di Puskesmas se-Kota Medan

dalam penatalaksanaan gizi, ternyata tidak secara keseluruhan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan . Untuk melihat prosedur tatalaksana anak gizi buruk dan rujukannya dilakukan dengan mengambil satu contoh atau lebih status pasien anak gizi buruk di puskesmas dimulai dari : Tahap identifikasi identitas anak, kemudian dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta penentuan status gizi sehingga diketahui dengan jelas kondisi gizi buruk yang dialami pasien gizi buruk. Rujukan dan persiapan tindak lanjut di puskesmas yaitu menerima rujukan gizi buruk dari Posyandu dalam wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit, kemudian menyeleksi dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan tabel BBTB, WHO-2005. Trikayati 2005 menyatakan bahwa penatalaksanaan gizi yang dilakukan berupa pelayanan penanganan gizi yang sesuai standar guna penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi dengan komplikasi atau tanpa komplikasi, ditangani secara serius sampai dinyatakan sembuh.

5.1.3. Tindak Lanjut

Hasil penelitian terhadap tindak lanjut penatalaksanaan gizi sebagian besar yaitu 56,7 tidak baik karena tidak merawat pasien gizi buruk di puskesmasnya atau merujuk ke tempat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit. Dari hasil pemantauan diketahui bahwa dari 119 anak balita yang ada di 30 puskesmas di Kota Medan, secara keseluruhan telah dilakukan penatalaksanaan gizi, guna menaikkan serta memperbaiki status gizinya, dilakukan perawatan sambil diberikan makanan tambahan pemulihan PMT-Pemulihan selama 90 hari atau Universitas Sumatera Utara selama 3 tiga bulan yang dimulai dari bulan Desember 2011 dengan dana APBD Kota Medan Tahun 2011. Tetapi dari hasil pengamatan diketahui belum semua anak yang dilakukan tindak lanjut penatalaksanaan gizi berupa perawatan dan PMT pemulihan sembuh dan naik pada status gizi yang lebih baik dari kondisi awalnya. Penelitian Arnelia 1992 menunjukkan bahwa sebanyak 20 anak balita yang awalnya menderita gizi buruk, pasca pemulihan di klinik gizi pusat penelitian gizi dan makanan masih dalam kondisi gizi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa ada suatu hal yang menyebabkan berulangnya kondisi gizi buruk tersebut. Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Putu 2006 bahwa diketahui pada penderita gizi buruk biasanya akan memuntahkan kembali semua makanan yang telah dimakan dan mereka memiliki kebiasaan makan dalam jumlah sedikit.

5.1.4. Pengawasan

Pada pengawasan penatalaksanaan gizi lebih banyak yang baik, yaitu sebesar 53,3 dan hanya sedikit yang tidak baik, yaitu sebesar 46,7, hal ini menunjukkan bahwa pada pengawasan penatalaksanaan gizi sudah dilakukan dengan baik oleh tenaga pelaksana gizi, dari pemantauan yang dilakukan baik itu dengan melihat pencatatan dan pelaporan yang sudah dibuat dengan rapi dan baik juga dari pemantauan antropometri dilakukan secara berkala, juga dilakukan pendampingan kepada ibu balita dengan konseling tentang pentingnya gizi dan pemantauan pertumbuhan balitanya. Terry 1980 yang menyatakan bahwa pengawasan itu menentukan apa yang telah dicapai, artinya menilai hasil pekerjaan dan apabila perlu Universitas Sumatera Utara untuk mengadakan tindakan-tindakan pembetulan sedemikian rupa, sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan . Efektifitas suatu pengawasan dalam penatalaksanaan gizi dapat dilihat dengan adanya kelengkapan pencatatan dan pelaporan juga data pasien yang telah dilakukan penatalaksanaan, hal ini diperlukan untuk melihat hasil pengukuran antropometri, anamnesa diet, diagnosa penyakit, yang nantinya dapat dilihat kembali apabila anak balita kembali pada status gizi yang buruk. Selain itu fungsi dari pengawasan itu sendiri adalah untuk mengevaluasi hasil kerja yang telah dilakukan, dalam hal ini penatalaksanaan gizi, apakah ada hal-hal yang perlu diperbaiki atau ada sesuatu yang perlu ditambahkan, sehingga penatalaksanaan gizi yang dilakukan menunjukkan hasil yang optimal. Siagian 2002 yang mengatakan bahwa pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

5.2. Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas se- Kota Medan