Penilaian Status Gizi pada Balita

3. Gizi buruk, yaitu keadaan tidak sehat patologik yang disebabkan oleh makanan yang sangat kurang dalam satu atau lebih zat esensial dalam waktu lama, biasanya diikuti dengan tanda-tanda klinis khusus seperti marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.

2.1.2. Penilaian Status Gizi pada Balita

Menurut standar WHO 1983 bila prevalensi kurus wasting -2SD diatas 10 menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan. Indeks Antropometri yang sering dipakai adalah :BBU berat badan menurut umur menggambarkan ada atau tidak adanya kurang gizi malnutrisi, tidak bisa menjelaskan apakah akut atau kronis. TBU tinggi badan menurut umur menggambarkan ada atau tidak adanya malnutrisi kronik. BBTB berat badan menurut tinggi badan menggambarkan ada atau tidak adanya malnutrisi akut Depkes, 2004. Khumaidi 1994 berpendapat bahwa berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan indeks BBU, TBU dan BBTB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh . Menurut Arsad 2006 ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri, dalam pemakaiannya untuk penilaian status gizi Universitas Sumatera Utara antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain, variabel tersebut adalah sebagai berikut : umur, berat badan dan tinggi badan. Menurut Abunain 1990 berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BBU berat badan menurut umur atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu . Menurut Supariasa 2002 indeks BBU digunakan sebagai salah satu indikator status gizi dan karena sifatnya berat badan yang labil maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi saat ini. Sebagai indikator status gizi BBU mempunyai kelebihan dan kelemahan, adapun kelebihannya adalah: Dapat lebih mudah dan lebih cepat di mengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek, dan dapat mendeteksi kegemukan. Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Universitas Sumatera Utara indeks TBU tinggi badan menurut umur, atau juga indeks BBTB berat badan menurut tinggi badan jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun Depkes, 2004.

2.1.3. Gizi Buruk pada Balita