Rasio Prevalensi RP=4,271 95 CI = 1,227-14,871, artinya responden dengan sikap yang baik mempunyai hubungan 4,271 kali siapsiaga dibandingkan responden
dengan sikap kurang.
Tabel 4.15. Tabulasi Silang Sikap dengan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah Kecamatan
Medan Tuntungan Tahun 2012
No
Variabel Sikap
Kesiapsiagaan Total
RP 95 CI
p value
Tidak Siap Siap
f f
f
1. Kurang
110 97,3
3 2,7
113 100
4,271
2. Baik
86 88,7
11 11,3
97 100
1,227 – 14,871 0,018
4.4. Analisis Multivariat
Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik bivariat p0,25 dimasukkan kedalam analisis multivariat dengan
menggunakan uji regresi logistic berganda, yaitu karakteristik responden pengetahuan dan sikap.
Tabel 4.16. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Wabah Rabies di
Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012
Variabel yang masuk dalam model regresi yang terbentuk
B SE
Exp B.
Df Sig.
- Pengetahuan
- Sikap
- Constant
2,274 1,93
1,511 0,890
0,809 2,265
7,548 4,271
4,530 1
1 1
0,011 0,018
0,505 Dari hasil seleksi terakhir diperoleh variabel yang berhubungan yaitu
pengetahuan. Untuk melihat variabel yang paling dominan adalah variabel yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai nilai Exp B paling besar yaitu pengetahuan = 9,720. Dari hasil analisa regresi logistik ini, diperoleh model persamaan sebagai berikut :
-y
P = 11 + e Dimana, y = -1,511 + 2,274 pengetahuan, maka probabilitas masyarakat untuk
menghadapi bencana wabah Rabies dengan pengetahuan yang kurang adalah : y = -1,511 + 2,274 pengetahuan
= 0,763 maka :
-0,763
P = 11 + 2,274 P = 0,34
Ini berarti probabilitas masyarakat untuk siap menghadapi bencana wabah Rabies dengan variabel pengetahuan yang kurang adalah 34 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pengetahuan terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah Kecamatan Medan
Tuntungan Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies diperoleh data bahwa dari 12
responden 12,9 yang berpengetahuan baik terdapat yang siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Sedangkan sebanyak 81 responden 87,1, mempunyai
pengetahuan baik, tetapi kurang siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Sedangkan sebanyak 2 responden 1,7, mempunyai pengetahuan buruk, tetapi
siap menghadapi bencana wabah Rabies, sedangkan sebanyak 115 responden 98,3, mempunyai pengetahuan yang kurang, dan tidak siap menghadapi bencana
wabah Rabies. Hasil uji Chi-square didapat nilai p=0,011. Hal ini berarti ada hubungan pengetahuan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam bencana wabah
Rabies. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan, yang dalam hal ini pemilik anjing peliharaan dalam
menghadapi bencana wabah Rabies, pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Notoatmodjo 2003 yang mengutip pendapat Andersen yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan sedikit banyaknya akan mempengaruhi seseorang dalam akibat tertentu dari konsekuensi yang tindakan yang dilakukan.
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang buruk yang dihubungkan dengan ketidak
siapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notatmodjo 2010 yang menyatakan
bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau pengetahuan. Hasil
ini didukung dengan tabulasi silang antara pendidikan dengan pengetahuan terhadap
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies diperoleh data
bahwa dari kelompok pendidikan dasar dan menengah sebanyak 82 responden 54,17 yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik. Dibandingkan dengan
kelompok pendidikan tinggi, sebanyak 35 responden 53,03 mempunyai pengetahuan yang kurang baik.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda metode enter menunjukkan bahwa secara statistik variabel pengetahuan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Dengan melihat hasil uji regresi logistik dapat dijelaskan
bahwa semakin kurang pengetahuan mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies akan menghasilkan kesiapsiagaan yang kurang
juga pada masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Hubungan Sikap