Informan kunci Profil Informan

42

4.2.1. Informan kunci

Dalam penellitian terdapat beberapa orang yang menjadi informan kunci, yaitu Penatua Adat dan Orang yang betul – betul mengerti tentang robu mamahpah seperti keturunan dari generasi pertama pembuka kampung. J. Girsang lk, 75 tahun Informan ini adalah Penatua adat di lokasi penelitian. Pria kelahiran 27 september 1935 ini bekerja sebagai petani yang telah digelutinya setelah dia menyelesaikan pendidiaknnya pada jenjang SMP. Dalam kesehariannya informan ini dikenal sebagai orang yang mengerti dan paham tentang apa dan bagaimana kehidupan etnis dan budaya simalungun. Masyarakat didesa tersebut sering mengundang dan mengajak informan ini pada acara-acara yang berhubungan dengan etnis Simalungun. Seperti acara duka, upacara pernikahan, dan sebagainya. Biasanya masyarakat langsung mempercayakan kepada informan ini untuk mengurus segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan tersebut. Jika dilihat dari tingkat pedidikannya informan ini memiliki latar belakang yang rendah, dimana ia hanya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP. Namun walaupun ia hanya lulus Sekolah Menengah Pertama, ia tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama. Dan kini terbukti bahwa anak-anak informan ini semuanya dapat menempuh pendidikan minimal SLTA bahkan dua anak pertama dan keduanya berhasil mencapai pendidikan sarjana, kemudia dua orang berhasil mencapai jenjang D3, dan hanya tiga orang anaknya yang tamat SLTA. Universitas Sumatera Utara 43 Informan ini tinggal bersama istrinya dirumah. Mereka menempati rumah yang sederhana tersebut semenjak mereka menikah kira-kira 53 tahun lamanya. D. Sipayung lk, 49 Tahun D. Sipayung adalah seorang laki-laki berusia 49 tahun, seorang tokoh agama yang berstatus sebagai Porhanger yang artinya pemimpin tertinggi dalam satu jemaat Gereja GKPS, dan bersuku Simalungun. Informan ini mememiliki satu orang istri yang bernama L. Sitopu, yang sudah dikaruniai tiga orang anak, dua diantaranya laki-laki dan satu perempuan. D.Sipayung asli kelahiran Nagori Siboras dimana orang tuanya dulunya memang adalah pendatang ke desa tersebut. Informan ini adalah seorang petani yang memiliki sedikit lahan perkebunan jeruk dan kentang yang lokasinya tidak jauh dari desa. Dari kesehariannya sebagai petani, keluarganya mampu memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp. 5.000.000bulan. Untuk kalangan masyarakat di desa tersebut, itu merupakan suatu pendapatan yang jauh diatas cukup. Menurut penuturan D. sipayung, latar belakang pendidikannya adalah lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di medan dengan gelar Sarjana Muda D3. Informan ini tidak mau mencari kerja di kota karena informan ini merasa lebih nyaman dan gampang untuk mencari uang di desa. D. Girsang lk, 52 Tahun D. Girsang adalah seorang laki-laki. Informan adalah salah seorang tokoh marga di Nagori Siboras dengan ide dan pemikirannya yang selalu dipertimbangkan dalam hal adat. Informan tinggal di Nagori Siboras dan asli kelahiran Nagori Siboras. Informan adalah bapak Universitas Sumatera Utara 44 dari empat orang anak dimana dua anaknya adalah perempuan dan dua laki-laki. Informan berusia 52 tahun, bersuku Simalungun dan mengecap pendidikan terakhir pada tingkat Sarjana Muda D3. J. Jawaklk, 50 Tahun Informan ini merupakan Kepala Desa yang sedang menjabat didesa tersebut. 5,5 tahun lamanya informan ini sudah menjabat sebagai kepala Desa. Informan yang kini berusia 50 Tahun ini mempunyai seorang istri yang bernama Marlina Br Girsang. Dari pernikahannya tersebut kini informan ini telah mempunyai 5 orang anak yang terdiri dari satu orang laki-laki dan empat orang perempuan. Dari kelima anaknya tersebut dua orang diantaranya sudah berumah tangga dan tiga orang lagi masih berstatus sebagai pelajar di SMA, SMP, dan SD. Informan ini memiliki latar belakang pendidikan sampai tamatan SLTA. Meskipun informan ini hanya tamatan SLTA, tapi informan ini mampu bersaing dengan calon kandidat lain yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dalam perebutan Kursi Kepala Desa. Dalam kesehariannya, informan ini memiliki penghasilan sebagai petani. Dari profesi yang dijalaninya sebagai kepala desa dan petani tersebut, informan ini dan istrinya mampu memperoleh penghasilan rata-rata sebesar Rp. 3.000.000bulan. Bagi informan ini penghasilan yang diperoleh tersebut hanya pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan 3 orang anaknya yang masih sekolah dan juga kebutuhan sehari-hari mereka. Universitas Sumatera Utara 45 S.F Girsang lk, 68 Tahun Informan yang satu ini saat ini sudah berusia 68 Tahun. Orang-orang didesa tersebut sering memanggil informan ini dengan sebutan Pak Marton yang dalam bahasa Indonesia artinya Informan Marton. Hal tersebut menjadi panggilan masyarakat kepada informan ini karena anaknya yang paling besar bernama Marton. Informan ini sudah menempati desa tersebut semenjak lahir dan kini ia tinggal bersama istri yang bernama Mortina Br Munteh. Dalam perjalanan rumah tangganya informan ini telah dikaruniai lima 5 orang anak yang kesemuanya telah berumah tangga. Sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan dan minum, biasanya informan ini memperoleh penghasilan sebagai petani. Didalam usianya yang sudah tua, informan ini bersama istri masih mampu memperoleh penghasilan rata-rata sebesar Rp. 2.500.000bulan. Informan ini menjadi salah satu informan kunci karena informan ini merupakan keturunan pertama pembuka kampung. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat, informan ini juga tidak menghindar untuk mengakui bahwa dia memang benar-benar keturunan pertama pembuka kampung. Oleh karena statusnya sebagai keturunan pertama pembuka kampung maka dalam setiap pengadaan acara Robu mamahpah, informan ini bersama sanina dan borunya haruslah menjadi pembuka acara tersebut. Hal tersebut sudah menjadi tradisi semenjak acara Robu mamahpah diadakan di desa tersebut. Informan ini juga memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap budaya dan kehidupan etnis Simalungun. Universitas Sumatera Utara 46 A Girsang lk, 72 Tahun Informan ini adalah salah satu keturunan pertama pembuka kampung di Nagori Siboras yang juga sekaligus sebagai salah satu penatua adat di desa tersebut. Informan ini meninggal dunia satu bulan setelah peneliti selesai melakukan wawancara terhadap informan ini. Informan ini tutup usia pada usia 72 tahun. Ketika si peneliti melakukan wawancara, informan ini sudah menyatakan bahwa informan ini mengalami sakit dikepala tetapi informan ini tidak tau penyakit apa yang dia alami. Sudah tiga rumah sakit yang dujalani tapi tidak ada satu dokterpun yang menemukan penyakitnya. Meskipun informan ini dalam keadaan sakit, tetapi belaiu masih saja tetap kuat dalam melakukan kegiatan sehari-harinya seperti keladang untuk bertani. Oleh karena kondisi fisik yang masih kelihatan sehatlah makanya si peneliti masih dapat melakukan wawancara dengan informan ini. Tiga minggu setelah sipeneliti selesai melakukan wawancara, informan tersebut telah masuk salah satu rumah sakit di medan dan di vonis sakit kanker otak stadium tiga. Oleh karena kondisi keluarga yang kurang mampu untuk membiayai biaya perobatan, akhirnya informan tersebut dibawa pulang kekampung dan dua minggu setelah itu, belaiu meninggal dunia. Informan tersebut meninggal dunia dengan meninggalkan satu orang istri, empat orang anak laki-laki yang keseluruhannya sudah berkeluarga, dua orang anak perempuan dimana salah satunya belum menikah, dan duabelas orang cucu. Sebelum meninggal dunia, keseharian informan tersebut dilewati dengan bertani dan memelihara ayam. Informan ini dalah salah satu informan kunci yang banyak mengetahui tentang robu mamahpah dan adat di desa tersebut. Universitas Sumatera Utara 47 Ketika ditanya tentang keberadaan robu mamahpah saat ini informan ini menyatakan bahwa apa yang ada saat ini sudah berbeda dengan yang aslinya. Informan ini juga menyatakan bahwa perubahan itu terjadi karena jaman yang sudah semakin maju dan banyaknya pengetahuan baru yang diperoleh masyarakat melalui pendidikan terutama dari masyarakat yang melanjutkan pendidikan di kota besar. Keadaan itu sepertinya sulit untuk di batasi karena semakin hari, manusia itu semakin pintar.

4.2.2. Informan Biasa

Dokumen yang terkait

Studi Kelayakan Pengembangan Packing House Komoditi Hortikultura DiDesa Siboras Kecamatan Pematang Silimahuta Kabupaten Simalungun

2 44 90

PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN RAYA TERHADAP PERPINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN SIMALUNGUN DARI PEMATANG SIANTAR KE PEMATANG RAYA.

5 13 27

FALSAFAH DAYOK BINATUR PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN (STUDI DI PEMATANG RAYA, KECAMATAN RAYA, KABUPATEN SIMALUNGUN).

21 66 22

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 13

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 6

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 1 16

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun) Chapter III VI

0 0 23

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 1 17