1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat, dimana pengaruh tradisi yang kuat, kaidah-kaidah yang berlaku secara turun temurun sama saja dari satu generasi ke generasi berikutnya, tanpa banyak
mengalami perubahan. Ukuran-ukuran yang dipakai dalam komunitas itu adalah ukuran yang dipakai secara turun temurun oleh generasi sebelumnya. Kaidah-kaidah dalam masyarakat
tradisional tidak banyak variasinya, cenderung monoton. Dalam masyarakat yang demikian, apalagi ditambah dengan hubungan dengan dunia luar kurang, daya kreasi masyarakat sedikit
sehingga tindakan-tindakan yang bersifat anomali agak berkurang. Dalam masyarakat yang homogen dan tradisional, konformitas masyarakat cenderung
tinggi. Perubahan nilai maupun pergeseran nilai dianggap sebagai sesuatu yang tabu, sehingga kepatuhan dalam menjaga nilai menjadi sesuatu keharusan bagi semua anggota masyarakat itu.
Setiap masyarakat selama dalam perkembangannya pasti mengalami perubahan. Hal yang membedakannya adalah kadar perubahan itu sendiri, baik itu perubahan yang sifatnya evolutif
maupun perubahan yang sifatnya revolusioner. Dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia yang secara umum dapat dilihat dalam
perubahan dari agraris ke industri. Hal tersebut dapat dilihat dari mekanisasi pertanian, banyaknya konversi lahan tani ke lahan industri dan banyaknya urbanisasi yang mengakibatkan
masalah baru di perkotaan. Termasuk dalam hal ini, masyarakat Simalungun yang menjadi lokasi penelitian adalah merupakan masyarakat agraris.
Universitas Sumatera Utara
2 Etnis simalungun merupakan salah satu etnis asli dari propinsi Sumatera Utara,
Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Etnis Simalungun pada awalnya merupakan salah satu suku terbesar dan tertua diantara etnis Batak lainnya, namun
belakangan ini etnis ini terancam punah akibat orang-orangnya banyak yang tepengaruh dan beralih menganut bahkan justru mengaku sebagai suku lain di sekitarnya. Jadi ada yang lebih
senang dikategorikan sebagai penduduk pendatang di Simalungun. Penduduk yang dekat dengan suku lain disekitarnya banyak yang mengalami asimilasi. Namun eksistensi Simalungun
ditengah-tengah masyarakat sampai saat ini masih tetap dapat dipertahankan keberadaannya sebagai bagian dari salah satu suku di Indonesia Purba,2008.
Secara umum sistem mata pencaharian tradisional orang Simalungun sehari-hari adalah marjuma atau berladang dengan cara menebas hutan belukar mangimas yang mengolahnya
untuk tanaman palawija seperti padi, jagung, dan ubi. Banyak proses yang harus dilalui ketika mereka membuka ladang baru dan keseluruhannya itu harus diketahui oleh Gamot yang
merupakan wakil raja di daerah. Biasanya, diantara perladangannya didirikan bangunan rumah tempat tinggal sopou juma sebagai tempat mereka sementara dan untuk melindungi mereka
dari serangan binatang buas maupun menghalau binatang-binatang yang dapat merusak tanaman mereka. Selain itu ada juga yang menggolah persawahan sabah dengan luas yang relatif sedikit
dengan cara-cara tradisional. Untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan, mereka menenun pakaian hiou yang biasanya dilakukan oleh kaum ibu dan gadis-gadis. Mereka juga menumbuk
padi bersama-sama dengan para pemuda di Losung Huta. Disini biasanya, pada zaman dahulu para pemuda itu akan memilih pasangannya
http:jhonrido.wordpress.com20070518profil- kabupaten-simalungun diakses tanggal 23 september 2010
.
Universitas Sumatera Utara
3 Sesuai dengan sistem mata pencahariannya, masyarakat simalungun banyak menciptakan
kebudayaan yang dianggap berguna bagi mereka untuk menjalin interaksi sosial yang lebih baik didalam kehidupan mereka. Kebudayaan tersebut berbeda antara satu daerah dengan daerah lain
sesuai dengan letak geografis daerahnya. Kebudayaan yang diciptakan oleh masyarakat berupa selamatan seperti Robu Mamahpah, Pesta Rondang Bittang, dan dapat juga berupa sesaji atau
ritus peralihan yang menyangkut selingkaran hidup seperti upacara kehamilan, kelahiran, perkawinan dan kematian. Sebagian besar kebudayaan tersebut masih tetap dilaksanakan oleh
masyarakat simalungun sesuai dengan waktu dan kebutuhannya. Sama halnya dengan masyarakat Nagori Siboras yang menjadi pokok utama dalam penelitian ini, masih tetap setia
melaksanakan kebudayaan Robu Mamahpah setiap tahunnya. Nagori Siboras merupakan salah satu nagori yang terletak di Kecamatan Pamatang
Silimahuta, kabupaten Simalungun yang berbatasan langsung dengan kabupaten Karo. Oleh karena letaknya yang berbatasaan dengan Kabupaten Karo, Nagori Siboras memiliki komposisi
penduduk yang bermacam-macam. Komposisi penduduknya adalah suku Simalungun, Karo, Toba, dan Jawa. Bahasa yang digunakan juga bermacam-macam, ada yang menggunakan bahasa
Simalungun yang menjadi bahasa asli daerah ini dan ada juga yang menggunakan bahasa Karo dan Toba. Akibat dari perbauran tersebut, masyarakat Nagori Siboras dapat mengguasai
minimal 3 bahasa daerah, yaitu : bahasa Simalungun, Karo dan Toba. Sistem mata pencaharian masyarakat Nagori Siboras adalah bertani. Jenis tanaman yang
dibudidayakan mengalami perubahan dari generasi ke generasi sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awalnya jenis tanaman yang di budidayakan adalah Padi seperti tanaman utama
masyarakat simalungun secara umum, kemudian beralih menjadi Jahe, kemudian diganti lagi menjadi Kentang, dan dari kentang beralih lagi menjadi Jeruk dimana jeruk tersebut masih
Universitas Sumatera Utara
4 bertahan sampai sekarang. Meskipun masyarakat telah menjadikan jeruk sebagai tanaman
utamanya, namun masih ada masyarakat yang masih tetap menanam padi sebagai tanaman sampingan. Hal itu dilakukan karena padi masih menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
Seperti yang telah dijelaskan pada pernyataan sebelumnya, Nagori Siboras merupakan salah satu desa di Simalungun yang tetap setia melaksanakan kebudayaan yang diciptakan oleh
masyarakat Simalungun sendiri. Salah satu kebudayaan khas dari Nagori Siboras adalah Robu Mamahpah. Kebudayaan Robu Mamahpah ada sejak masyarakat Nagori Siboras masih
menjadikan padi sebagai tanaman utama mereka. Robu mamahpah ini merupakan suatu acara pesta yang paling besar dan yang paling megah yang dilaksanakaan secara turun-temurun oleh
warga sekampung setiap tahunnya, karena acara ini merupakan sarana untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada Yang Maha Pencipta atas hasil panen padi yang telah diperoleh. kebudayaan
ini juga merupakan sarana untuk mempertemukan keluarga dari berbagai tempat yang berbeda untuk menjalin hubungan persaudaraan yang lebih erat, dan bagi pemuda-pemudi desa,
kebudayaan ini merupakan sarana bagi mereka untuk menjalin hubungan kebersamaan dengan teman–teman mereka sekampung dan tidak tertutup kemugkinan dengan pemuda - pemudi dari
daerah lain. Sebelumnya, robu mamahpah ini merupakan salah satu dari tiga bagian kebudayaan yang
langsung berhubungan dengan penanaman, perawatan dan panennya padi. Ketiga kebudayaan tersebut adalah :
Universitas Sumatera Utara
5 1.
Robu Robu diadakan pada bulan November yang biasanya dilalaksanakkan antara tanggal satu
sampai dengan tanggal 15 yang diadakan dirumah masing – masing keluarga yang ada di desa tersebut. Pesta ini merupakan persiapan masyarakat untuk melakukan penanaman
padi pada bulan Desember, dimana manfaat pesta ini bagi mayarakat adalah supaya padi yang akan mereka tanam dapat memberikan hasil yang maksimal dan memuaskan bagi
mereka. Didalam pesta tersebut, masyarakat memohon kepada Yang Maha Pencipta supaya diberikan hasil yang melimpah dan memuaskan bagi masyarakat agar usaha yang
mereka lakukan tidak merugikan mereka. Kegiatan yang dilakukan dalam Robu ini adalah Berbagi dengan keluarga yang berasal dari daerah lain dan juga membicarakan
masalah–masalah yang ada didalam keluarga supaya dapat menghasilkan keputusan yang terbaik bagi semua pihak. Makanan khas Robu adalah Nitak.
2. Robu Mangalumi
Robu mangalumi diadakan masyarakat pada bulan Mei yang diadakan di lahan pertanian mereka masing-masing atau di tempat mereka menanam padi. Robu mangalumi
diadakan karena padi yang sudah mereka tanam pada bulan desember sedang dalam keadaan bunting, Sehingga mereka memohon kepada Sang Pencipta agar padi tersebut
tetap terawat dan tidak ada gagal. Selain itu, makna lain yang dipercayai oleh masyarakat dari acara ini adalah supaya mereka yang ada dalam keluarga tersebut semuanya dalam
keadaan baik dan tidak ada masalah antara satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
6 Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam acara Robu Mangalumi adalah
hanya memantau dan melihat keadaan padi yang dalam keadaan bunting tersebut. Selama dua hari berturut–turut tidak ada diantara masyarakat yang bekerja ataupu melakukan hal
lain, melainkan mereka semua hanya melakukan apa yang menjadi kesenangan mereka yang sesuai dengan keinginannya dan juga menikmati makanan yang sudah mereka
persiapkan sebelumnya. Makanan khas pada acara tersebut adalah Lemang. 3.
Robu Mamahpah Robu mamahpah merupakan satu – satunya dari ketiga budaya tersebut yang bertahan
sampai sekarang. Pesta ini diadakan setiap bulan Agustus yang biasanya diadakan pada hari sabtu pada minggu kedua. Acara ini diadakan setelah semua masyarakat Nagori
Siboras telah selesai memanen padi yang sudah mereka tanam pada bulan Desember dan sudah mereka rawat sampai akhirnya panen pada bulan Juli. Dalam acara tersebut setiap
keluarga memestakan hasil karya yang telah mereka kerjakan selama 7 bulan lamanya. Acara ini juga menjadi sarana bagi masyarakat dalam menyampaikan rasa syukur dan
terimakasih mereka terhadap sang pencipta karena sudah memberkati padi yang mereka tanam sehingga dapat menghasilkan hasil yang memuaskan bagi mereka. Acara robu
mamahpah juga menjadi acara yang paling besar dan yang paling megah diantara acara kebudayaan sebelumnya.
Adapun yang menjadi makanan khas dari robu mamahpah adalah Pahpah yang dilengkapi dengan bebagai jenis makanan mewah lainnya seperti lemang, daging, dan
jenis makanan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
7 Budaya Robu mamahpah sudah terbentuk lama di Nagori Siboras. Tetapi tidak ada
masyarakat yang mengetahui secara pasti kapan pertama kalinya budaya tersebut lahir karena budaya tersebut telah menjadi tradisi dan sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat.
Namun meskipun masyarakat tidak mengetahui awal kelahiran budaya Robu mamahpah, masyarakat Nagori Siboras tetap setia melaksanakan kegiatan tersebut. Karena pada dasarnya
adat dan budaya didalam implementasinya berfungsi menciptakan dan memelihara keteraturan, ketentuan-ketentuan adat dan budaya dalam jaringan sosial diadakan untuk menciptakan
keteraturan, sehingga tercapai harmonisasi hubungan secara horizontal sesama warga dan hubungan vertical kepada Tuhan Simanjuntak,2001.
Melalui observasi awal yang telah dilakukan, Masyarakat sekarang lebih cenderung mengadakan robu mamahpah tersebut hanya sebagai rutinitas dan bahkan banyak masyarakat
yang tidak mengetahui apa sebenarnya makna dari RobuMamahpah tersebut. Sehingga banyak dari masyarakat tidak mengetahui bahwa pengadaan robu mamahpah tersebut telah mengalami
pergeseran makna bagi masyarakat. Pergeseran makna budaya yang telah terjadi tersebut menjadi landasan awal bagi peneliti
untuk mencoba melakukan penelitian lebih jauh guna menggali aspek – aspek yang melingkupi pergeseran makna Robu Mamahpah dalam masyarakat. Selain itu alasan lain dari sipeneliti untuk
mengkaji masalah robu mamahpah adalah karena peneliti sendiri berasal dari daerah tersebut dan selalu terlibat dalam kegiatan robu mamahpah.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
8 1.
Bagaimana proses pergeseran Makna Robu Mamahpah dalam masyarakat Nagori Siboras Keecamatan Pamatang Silima Huta, Kabupaten Simalungun?
2. Faktor apa yang mempengaruhi pergeseran makna Robu Mamahpah dalam masyarakat
Nagori Siboras, Kecamatan Pamatang Silima Huta, Kabupaten Simalungun?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian in adalah : 1.
Untuk mengetahu bagaimana proses pergeseran Makna Robu Mamahpah dalam masyarakat Nagori Siboras Kecamatan Pamatang Silima Huta, Kabupaten Simalungun?
2. Untuk mengetahui apa faktor yang mempengaruhi pergeseran makna Robu Mamahpah
dalam masyarakat Nagori Siboras, Kecamatan Pamatang Silima Huta, Kabupaten Simalungun?
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan pergeseran makna robu mamahpah dalam masyarakat.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur kajian terhadap perkembangan ilmu sosiologi. Sekaligus menjadi acuan bagi penelitian berikut ini
khususnya kajian yang berhubungan dengan pergeseran makna robu mamahpah dalam masyarakat
Universitas Sumatera Utara
9
1.5.Defenisi Konsep
Berdasarkan uraian diatas dan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka dapat diambil batasan dalam konseptual, yakni sebagai berikut :
a. Pergeseran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia Umi Chulsum dan Windy Novia,
2006, pergeseran adalah pergesekan, perpindahan tempat atau kedudukan, pergantian. Dalam hal ini pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran kedudukan dan fungsi atau
makna dalam masyarakat. b.
Robu adalah suatu acara atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut hari penanaman padi, dimana dalam acra ini merupakan hari permohonan
kepada Tuhan supaya padi yang akan di tanam dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil yang banyak dan baik.
c. Robu mangalumi adalah suatu acara atau kegiatan yang dilakukan oleh setiap rumah
tangga yang ada di nagori siboras di ladang masing – masing yang merupakan tempat dimana mereka menanam padi, dimana setiap rumah tangga tersebut mengucapkan
terimakasih kepada Tuhan karena padi yang telah mereka tanam pada bulan desember sebelumnya sudah tumbuh besar dan sedang mengalami buntinghamil dan memohon
kepada Tuhan agar padi yang sedang bunting tersebut dapat lahir dengan baik dan tidak ada yang gagal atau gugur.
d.
Robu mamahpah adalah suatu acara atau pesta yang dilakukan oleh masyarakat sekampung, dimana acara ini merupakan acara ucapan terimaksih kepada Tuhan karena
sudah memberikan hasil dari padi yang telah ditanam dan dirawat sampai panen dan telah dapat menikmati hasilnya. Acara ini merupakan acara untuk memestakan hasil karya
yang telah mereka kerjakan selama tujuh bulan lamanya.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA