KAJIAN PUSTAKA Pergeseran Makna Robu Mamahpah Dalam Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Nagori Siboras Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. http:averroess.or.id20101503teori-interaksionisme-simbolik diakses 15-03- 2010, pkl 12.25. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. http:averroess.or.id20101503teori-interaksionisme-simbolik diakses 15-03- 2010, pkl 12.25. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia Universitas Sumatera Utara 11 sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. http:averroess.or.id20101503teori-interaksionisme-simbolik diakses 15-03- 2010, pkl 12.25. Teori interaksionisme simbolik yang dikembangkan oleh G.H Mead dan Herbert Blumer merupakan aliran sosiologi Amerika yang lahir dari tradisi psikologi. Teori ini berkembang pertama kali di Universitas Chicago dan dikenal sebagai Aliran Chicago Poloma, 2004 : 257. Istilah “interaksi simbolik” menunjuk pada sifat khusus dan khas dari interaksi yang berlangsung antar manusia. Kekhususan itu terutama dalam fakta bahwa manusia menginterpretasikan atau “mendefinisikan” tindakan satu sama lain. Jadi, interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan symbol-simbol oleh interpretasi atau oleh penerapan makna dari tindakan orang lain. Simbol merupakan sesuatu yang nilai dan maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna atau simbol hanya dapat ditangkap melalui cara sensoris. http:averroess.or.id20101503teori-interaksionisme-simbolik diakses 15-03- 2010, pkl 12.25. Psikologi sosial Mead didominir oleh pandangan yang melihat realitas sosial sebagai proses daripada sebagai sesuatu yang statis. Manusia maupun aturan sosial berada dalam proses akan jadi, bukan sebagai fakta yang lengkap. Mead berkecimpung dengan masalah yang rumit yaitu bagaimana proses individu menjadi anggota organisasi yang kita sebut masyarakat Poloma, 2004 : 259 Universitas Sumatera Utara 12 Selanjutnya Mead mengemukakan bahwa pikiran merupakan suatu proses, dengan proses itu individu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Pikiran atau kesadaran muncul dalam proses tindakan. Namun demikian individu-individu tidak bertindak sebagai organisme yang terasing. Sebaliknya tindakan-tindakan mereka saling berhubungan dan saling tergantung. Proses komunikasi dan interaksi dimana individu-individu saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan diri atau dimana tindakan-tindakan individu saling cocok, tidak berbeda secara kualitatif dan proses berfikir internal Johnson, 2005 : 11. Menurut Mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Dengan kata lain manusia dapat menyadari dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandang orang lain. Sebagai akibatnya, mereka dapat mengkonstruksikan perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe respons pada orang yang sedang melakukannya seperti terjadi pada orang kemana isyarat itu diarahkan merupakan sebuah isyarat yang berarti. Respon yang sama ini merupakan arti isyarat, dan munculnya arti-arti bersama ini memungkinkan komunikasi simbol symbolic communication. Simbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, simbol berada pada proses yang kontiniu. Proses penyampaian makna inilah yang merupakan subjek matter dari sejumlah analisa kaum interaksionis. Dalam interaksi orang belajar memahami simbol-simbol konvensional dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakannya sehingga mampu memahami peranan aktor- aktor lainnya Poloma, 2004 :260-261 Universitas Sumatera Utara 13 Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya sebagai reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan- tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing Ritzer,2004 ; 63. Interaksionisme simbolik yang di ketengahkan Blumer mengandung sejumlah root images atau ide-ide dasar yang dapat diringkas sebagai berikut : 1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial. 2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi non simbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana. Sedang interaksi simbolis mencakup penafsiran tindakan. 3. Objek-objek tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lebih merupakan produksi interaksionisme simbolik. 4. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal tetapi mereka dapat melihat dirinya sebagai objek. 5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh manusia itu sendiri 6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok; hal ini dibuat sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia Poloma, 2004 : 268-270. Universitas Sumatera Utara 14 Kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individual dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam proses interaksi itu bukan semata-mata suatu tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya, atau dari luar dirinya, tetapi tindakan itu merupakan hasil daripada proses interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar, dalam arti memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol itu. Meskipun norma-norma nilai-nilai sosial dan makna dari simbol-simbol itu memberikan pembatasan terhadap tindakannya namun dengan kemampuan berpikir yang dimilikinya manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya Rittzer, 2003 : 70. Universitas Sumatera Utara 15

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Studi Kelayakan Pengembangan Packing House Komoditi Hortikultura DiDesa Siboras Kecamatan Pematang Silimahuta Kabupaten Simalungun

2 44 90

PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN RAYA TERHADAP PERPINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN SIMALUNGUN DARI PEMATANG SIANTAR KE PEMATANG RAYA.

5 13 27

FALSAFAH DAYOK BINATUR PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN (STUDI DI PEMATANG RAYA, KECAMATAN RAYA, KABUPATEN SIMALUNGUN).

21 66 22

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 13

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 6

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 1 16

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun) Chapter III VI

0 0 23

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Analisis Efisiensi Tataniaga Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) (Studi Kasus: Desa Siboras, Kecamatan Pematang Silimahuta, Kabupaten Simalungun)

0 1 17