BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seorang investor menaruh harapan akan memperoleh manfaat dari setiap transaksi penanaman modal. Investor perlu memilih sejumlah informasi sebelum
melakukan transaksi di pasar modal agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak dipilih. Salah satu informasi tersebut adalah
Earning Per Share yang memberikan analisis keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan untuk mengambil
keputusan investasi dalam saham di pasar modal. Earning per Share EPS adalah ukuran untuk melihat tingkat
kesejahteraan para pemegang saham menggambarkan tingkat balas jasa bagi pemegang saham biasa. Kondisi leverage dan kondisi likuiditas perusahaan
ternyata mempengaruhi EPS perusahaan. Keputusan perusahaan tentang pendanaan akan mempengaruhi leverage perusahaan. Leverage perusahaan dapat
diukur dengan rasio leverage, yaitu Debt to Total Asset dan Longterm Debt to Equity Ratio. Debt to Total Asset Ratio memperlihatkan proporsi antara hutang
yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. Longterm Debt to Equity Ratio menggambarkan
perbandingan hutang jangka panjang dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk
Universitas Sumatera Utara
keamanan pihak luar, rasio leverage sebaiknya menunjukkan modal sendiri lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama. Harahap, 2007:303
Sawir, 2000:11 berpendapat apabila hasil pengembalian atas aktiva yang ditunjukkan rentabilitas ekonomis, lebih besar daripada biaya hutang maka
leverage itu menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal rentabilitas modal sendiri dengan penggunaan leverage ini juga meningkat.
Menurut Harahap 2007 pemegang saham atau manajemen mengharapkan laba yang besar. Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dengan
beban tetap yang tinggi berarti perusahaan memiliki DTA dan LDER tinggi berarti, sehingga akan mengurangi beban pajak dan menyebabkan keuntungan
bagi perusahaan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi laba bersih pemegang saham biasa termasuk dividen, di lain pihak meningkatkan risiko karena
kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia Syamsuddin, 2007:41. Dengan
demikian perusahaan harus memberikan perhatian lebih terhadap likuiditas dan perusahaan harus membuat strategi yang bermanfaat untuk mengoptimalisasikan
dan mengelola aktiva lancar yang dimiliki perusahaan agar seluruh kewajiban lancarnya yang segera jatuh tempo dapat dilunasi dengan baik. Current Rasio
merupakan salah satu rasio likuiditas yang sangat berpengaruh. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka Semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya Harahap, 2007:
Universitas Sumatera Utara
301. Semakin tinggi current ratio akan dapat menurunkan EPS perusahaan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif Djarwanto, 2001: 130.
Perusahaan yang menjadi subjek penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan emiten industri makanan dan minuman. Perusahaan makanan dan
minuman memiliki prospek yang sangat bagus di Indonesia. Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang cenderung diminati oleh investor
sebagai salah satu target investasinya. Penyebabnya adalah bahwa hasil dari industri makanan dan minuman sangat digemari oleh masyarakat Indonesia
Tambunan, 2007: 52. Hal ini terlihat dari peningkatan penjualan industri makanan dan minuman setiap tahunnya yang ditunjukkan pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Pertumbuhan Penjualan Industri Makanan dan Minuman
Tahun 2004-2007 Rp Juta
N o
Nama Perusahaan 2004
2005 2006
2007 1
PT Aqua golden Missisipi Tbk 1.333.147
1.563.156 1.683721
1.952.156 2
PT Davomas Abadi Tbk 1.032.178
1.120.893 1.656.584
2.800.084 3
PT Delta Djakarta Tbk 353.481
432.729 396.733
439.823 4
PT Fast Food Tbk 889.423
1.028.393 1.276.416
1.589.643 5
PT Indofood sales Makmur Tbk
17.918.528 18.764.650
21.941.558 2.785.8304
6 PT Multi Bintang Indonesia
Tbk 710.911
852.613 891.001
978.600 7
PT Mayora Indah Tbk 1.378.127
1.706.184 1.971.513
2.828.440 8
PT Siantar Top Tbk 712.558
641.698 555.208
466.507 9
PT Tunas Baru Lampung Tbk 710.911
852.613 891.001
978.600 10 PT Ultra Jaya Milk Tbk
546.325 711.732
835.230 1.126.800
Total Penjualan Industri 26.066.879
28.042.684 32.421.963
41.726.926 Pertumbuhan rata-rata
penjualan Industri -
7,58 15,61
28,70
Sumber : www.idx.co.id, 16 Maret 2009 Diolah
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa rata- rata penjualan industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan sejak tahun 2004 sampai dengan 2007. diikuti
dengan persentase pertumbuhan penjualan yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan penjualan pada industri
makanan dan minuman mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berikut ini adalah informasi dan gambaran tingkat leverage dan likuiditas
pada sektor industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia berdasarkan laporan keuangan tahunan selama periode 2004-2007, yaitu:
Tabel 1.2 Data Rata-rata Rasio Leverage, Rasio Likuiditas, dan EPS
Pada Industri Makanan dan Minuman Tahun 2004-2007
Periode Debt to Total
Asset Longterm Debt to
Equity Ratio Current Ratio
Earning Per Share
Rp
2004 44,82
106,09 5830,92
1.457,66
2005 46,11
107,56 465,18
1.273,75
2006 45,92
105,57 296,43
1.032,83
2007 47,83
121,58 322,03
1.256,50 Sumber : www.idx.co.id 16 Maret 2009, diolah
Berdasarkan Tabel 1.2 diperoleh bahwa variabel DTA Debt to Total Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio LDER, Current Ratio CR, dan Earning
Per Share EPS dari rata-rata sektor industri makanan dan minuman mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 saat DTA sebesar 44,82, DER
106,09, dan CR 5.830,92, EPS perusahaan sebesar Rp 1457,66. Pada tahun 2005 DTA meningkat sebesar 46,11, LDER meningkat menjadi 107,56, CR
menurun menjadi 465,18 sedangkan EPS menurun menjadi Rp 1.273,75. Pada tahun 2006 DTA menurun menjadi 45,92, LDER menurun menjadi 105,57,
dan CR juga menurun menjadi 296,43, mengakibatkan EPS menurun menjadi
Universitas Sumatera Utara
Rp 1.032,83. Pada tahun 2007, DTA meningkat menjadi 47,83, LDER meningkat menjadi 121,58 dan CR juga meningkat menjadi 322,03, hal ini
juga mengakibatkan EPS meningkat menjadi Rp1.256,50. Pada suatu perusahaan apabila semakin tinggi Rasio Leverage Debt to
Total Asset, Longterm Debt to Equity Ratio akan bisa mengakibatkan kenaikan Earning Per Share karena adanya penggunaan aset sehingga perusahaan harus
mengeluarkan biaya dan beban tetap. Semakin tinggi Rasio Likuiditas Current Ratio akan dapat menurunkan EPS perusahaan karena aktiva lancarnya tidak
didayagunakan dengan efektif. Namun fenomena yang terjadi adalah tahun 2004- 2006 DTA dan LDER mengalami kenaikan, Current Ratio menurun sedangkan
EPS mengalami penurunan. Namun pada tahun 2007, kenaikan DTA, LDER, Current Ratio searah dengan kenaikan EPS.
Fenomena ini memerlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh Rasio Leverage, yaitu Debt to Total Asset, Longterm Debt to Equity Ratio dan Rasio
Likuiditas, yaitu Current Ratio terhadap Earning Per Share pada industri makanan dan minuman yang telah go public di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah