Seni Sastra Surah At-Ti

Pendidikan Agama Islam Kelas IX 161 1. Mengenal Tradisi dan Upacara Adat di Nusantara Tradisi atau upacara adat di Nusantara sangatlah terkait dengan kepercayaan lama telah dianut masyarakat sebelum datangnya Islam. Tentunya kepercayaan tersebut berlainan dengan ajaran Islam. Pemahaman tentang Tuhan yang cenderung animisme dan dinamisme misalnya, sangat berbeda dengan ajaran tauhid. Islam mengakui hanya Allah Tuhan yang berhak dimohon dan dimintai pertolongan. Bukan makhluk-Nya, sekali- pun itu makhluk gaib. Pemahaman ini tentunya berlainan dengan yang berkembang di tengah masyarakat pada umumnya. Mereka meyakini bahwa para Dewa-lah yang harus dipuja agar melindungi, menjaga, dan tidak menimpakan kesialan. Beragam upacara adat lokal telah lama berlangsung dalam masyarakat, misalnya upacara daur kehidupan yang meliputi upacara kelahiran, usia dewasa, pernikahan, dan kematian. Ada juga upacara ketika hendak membangun rumah, menanam padi, atau mengadakan hajatan-hajatan lainnya guna menolak bala dan memohon berkah. Upacara-upacara tersebut di masing-masing daerah memiliki nama yang berbeda-beda, tetapi memiliki maksud yang kurang lebih sama, yaitu memohon kepada para dewa agar menganugerahkan keselamatan. Setelah Islam datang dan dianut oleh masyarakat dengan mengusung ajaran tauhid, kepercayaan lama pun ditinggalkan. Akan tetapi, beberapa upacara adat tetap berlangsung dan tidak lantas dihilangkan. Di sinilah terjadi perubahan orientasi tujuan upacara itu sendiri, bukan untuk memohon kepada para Dewa sebagaimana kepercayaan lama. Namun, untuk memohon kepada Allah Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan dengan pembacaan doa secara Islami dalam beberapa upacara, baik upacara adat yang lingkupnya luas maupun dalam lingkup keluarga. Adapun mengenai simbol-simbol upacara, seperti alat-alat dan seluruh kelengkapannya ditinggalkan dan disesuaikan dengan ajaran Islam. 2. Upacara-Upacara Adat Bercorak Islam Di beberapa daerah sepanjang Nusantara terdapat upacara- upacara adat yang mendapat pengaruh budaya Islam. Upacara adat yang dimaksud misalnya untuk menyambut beberapa hari besar Islam, khususnya Maulid Nabi atau hari kelahiran Rasulullah. Dalam menyambut maulid Nabi, upacara peraya- annya di masing-masing daerah berlainan dan memiliki keunikan tersendiri. Di Jawa Tengah misalnya, setiap bulan Maulud di- langsungkan upacara Grebeg Maulud. Upacara yang berlangsung semenjak zaman Kerajaan Demak ini, tetap dilestarikan di Keraton Surakarta. Di Keraton Cirebon upacara menyambut Maulud dikenal dengan sebutan upacara Panjang Jimat. Penamaan Panjang Jimat sejatinya adalah nama piring atau baki lebar yang digunakan untuk menempatkan makanan untuk dibagi-bagikan. Yang menarik, piring dan baki itu hanya digunakan sekali dalam setahun. Pada malam tanggal 12 Maulud, panjang jimat itu diarak menuju masjid oleh sultan dan kerabat keraton. Tidak kalah menariknya di Keraton Yogyakarta juga dilangsungkan upacara Sumber: www.trulyjogja.com ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ Gambar 13.4 Gunungan pada upacara Sekaten.