Pendidikan Agama Islam Kelas IX
87 Kerajaan Demak mengalami masa keemasan pada masa
pemerintahan Sultan Trenggono. Ketika itu, selain menjadi kerajaan yang makmur, Demak juga dikenal memiliki
kekuatan militer yang mengagumkan. Kerajaan Demak pada saat itu berhasil menghambat laju masuknya penjajah
Portugis ke Pulau Jawa. Pada tahun 1527 ketika armada Portugis datang untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa,
kerajaan Demak telah berhasil memukul mundur. Atas kemenangannya, Sunda Kelapa diubah namanya menjadi
Jayakarta yang berarti ”kemenangan abadi”. Akan tetapi, kekuasaan Kerajaan Demak lambat laun mulai meredup.
Khususnya ketika terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan sendiri. Ketika kekuasaan kerajaan
dipegang oleh Jaka Tingkir, pusat pemerintahannya dipindah dari Demak menuju Pajang.
b. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang dipimpin oleh Jaka Tingkir yang
merupakan menantu Sultan Trenggono, Raja Demak, dan diberi wilayah kekuasaan di Pajang. Lambat laun, Pajang
memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga Jaka Tingkir sendiri menobatkan dirinya sebagai Sultan Pajang dengan
gelar Sultan Adiwijaya.
Setelah Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjut- kan oleh Arya Pangiri yang bukan anaknya sendiri. Pangeran
Benowo yang merupakan anak Adiwijaya, cukup diangkat sebagai adipati saja. Keadaan ini pun memicu masalah.
Pangeran Benowo tidak menerima keputusan ini. Ia akhirnya bersekutu dengan Sutawijaya untuk menggulingkan
pemerintahan. Usaha ini pun berhasil. Selanjutnya, Pangeran Benowo diangkat sebagai Sultan Pajang, tetapi tetap berada
di bawah kekuasaan Mataram.
c. Kerajaan Mataram Islam
Pada tahun 1586 berdirilah Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya yang memiliki
gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pada masa kekuasaanya, Mataram diliputi sejumlah
pemberontakan dari berbagai wilayah kerajaan. Para bupati yang semula tunduk pada kekuasaan Pajang, secara serentak
menolak Mataram. Akan tetapi, masalah ini dapat segera diatasi. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi berhasil
dipadamkan. Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusumah yang
bergelar Sultan Agung Senopati Ing Aloga Ngabdurrahman Khalifatullah. Saat itu kekuasaan Mataram sangat luas dan
seluruhnya berhasil disatukan.
d. Kerajaan Banten
Kerajaan Islam lain yang penting untuk kita ketahui adalah Kerajaan Banten. Setelah Fatahilah atau Sunan
Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus
tempat penyiaran agama. Bahkan, Kerajaan Banten ini
88
Pendidikan Agama Islam Kelas IX
selanjutnya berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Setelah merdeka dari Kerajaan Demak,
Sultan Hasanuddin yang merupakan anak dari Sultan Fatahillah, diangkat sebagai raja 1552-1570. Kerajaan
Banten mengalami kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan tetapi, kemajuan
Kerajaan Banten semakin melemah, ketika Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh VOC.
3. Kerajaan Islam di Luar Sumatra dan Jawa
Selain di Jawa dan Sumatra, kerajaan Islam juga berdiri di Kalimantan dan Sulawesi. Di wilayah selatan pulau Kalimantan
pernah berdiri Kerajaan Banjarmasin yang sebelumnya menjadi daerah kekuasaan Majapahit. Menurut sumber sejarah, Islam
pertama kali masuk ke Banjarmasin pada abad XVI. Saat itu proses islamisasinya kebanyakan dilakukan oleh Kerajaan
Demak. Dalam waktu yang tidak cukup lama, Islam bahkan banyak dianut oleh orang dari Suku Bugis, di kawasan sungai
bagian timur Kalimantan.
Islam juga telah diperkenalkan kepada Kerajaan Sukadana di wilayah barat pulau Kalimantan pada tahun 1550. Meskipun
yang berkuasa pada saat itu belum sempat memeluk agama Islam, tetapi penerus kerajaan tersebut selanjutnya memeluk
agama Islam. Bahkan, pada tahun 1600 Islam telah menjadi agama yang sangat populer di sepanjang pesisir pantai pulau
tersebut.
Bagaimanakah perkembangan Islam di Sulawesi? Islamisasi di Sulawesi terjadi lebih akhir jika dibandingkan dengan daerah-
daerah lainnya, yaitu pada akhir abad XVI atau awal XVII. Di Sulawesi, khususnya Makasar banyak berdiri kerajaan-
kerajaan Hindu seperti Gowa, Bone, Tallo, Waju, dan Sopeng. Selanjutnya, kerajaan-kerajaan ini banyak didatangi para mubalig
dari Sumatra. Di antara mubalig yang terkenal adalah Dato’ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau.
Selanjutnya, kerajaan Gowa dan Tallo berubah menjadi kerajaan Islam. Dalam perkembangannya, kedua kerajaannya ini
bergabung menjadi satu. Salah satu Raja muslim terkenal yang memimpin kerajaan ini adalah Sultan Hasanuddin 1653-1669.
Dia adalah raja yang dikenal sangat tegas terhadap penjajah sehingga mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Selain di
kedua kerajaan ini, Islam juga berkembang di kerajaan-kerajaan lain di wilayah Nusa Tenggara, seperti Bima, Sumbawa, Dompu,
dan Tambora.
Di Maluku juga berdiri banyak kerajaan seperti Ternate, Tidore, Bacaan, Jailolo, Obi, dan lainnya. Ternate dan Todore
merupakan kerajaan yang terbesar dan memiliki pengaruh dibandingkan dengan yang lain. Kedua kerajaan ini selanjutnya
menjadi kerajaan Islam. Sebagai daerah yang subur dengan penghasilan bumi yang melimpah ruah, Ternate dan Tidore
menjadi tempat tujuan perdagangan. Oleh karena itu, lahir banyak pedagang di sana yang saling berinteraksi dengan para
pedagang dari Eropa, Jawa, dan Melayu. Selain berdagang, para pedagang juga menyiarkan agama Islam.
Sumber: www.hassanudin.foto-foto.com
▲ ▲
▲ ▲
▲ Gambar 7.5
Dialah Sultan Hasanuddin, pahlawan muslim yang mendapat julukan Ayam Jantan dari
Timur.