pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.
2. everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi
yang rutin dihadapi oleh pengguna. 3. exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan
informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan
lengkap.
4. catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai
perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.
Berdasarkan pendapat Taylor yang dikutip Pendit 2008 menjelaskan empat tingkat kebutuhan informasi yaitu:
1. visceral need, yaitu tingkatan ketika “need for information not existing in the remembered experience of the inquirer” atau dengan kata lain ketika
kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam
hidupnya. Inilah kebutuhan “tersembunyi” yang seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.
2. conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan “mental- description of an ill-defined area of indecision” atau ketika seseorang mulai
menerka-nerka apa sesungguhnya yang ia butuhkan. 3. formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu
dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
4. compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menguraikan bahwa jenis kebutuhan informasi seseorang dapat dilihat dari pendekatan-pendekatan serta
tingkatan-tingkatan kebutuhan yang pada akhirnya dapat membantu seseorang dalam menemukan serta memenuhi kebutuhan informasinya.
Dalam mencari informasi dibutuhkan acuan untuk dapat memudahkan informasi tersebut yaitu salah satunya sumber daya informasi elektronik yang dapat
membantu pengguna menemukan informasi tersebut.
2.6.4 Identifikasi Kebutuhan Informasi
Menurut Sankarto 2008: 10 Identifikasi dengan pendekatan kualitatif terhadap kebutuhan informasi dilakukan antara lain:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.
Untuk memahami bagaimana persepsi pengguna mengenai jenis, bentuk, media serta makna dari informasi bagi pengguna. Memahami perspektif
pengguna biasanya sulit dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti dapat
menggali penjelasan mengenai perilaku pengguna terhadap informasi.
2.
Untuk memahami pengaruh informasi terhadap pengguna. Implementasi pengguna informasi, kesuksesan maupun kegagalan terjadi dalam konteks
sosial dan usahatani. Sebuah informasi tidak selalu memberikan hasil yang sama ketika diimplementasikan di tempat lain. Penelitian kualitatif dapat
memberikan pemahaman mengenai hal ini sekaligus mendukung pengembangan hipotesis dan teori.
3.
Menyelidiki proses sebab akibat. Penelitian eksperimental dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan kausal namun tidak bisa memberikan alasan bagaimana
proses kausal tersebut berlangsung. Di sinilah kelebihan penelitian kualitatif dibandingkan eksperimental atau survei.
4.
Memberikan evaluasi formatif evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki sistem yang sedang dalam tahap pengembangan dibandingkan hanya sekedar
melakukan pengkajian. Menggunakan metode kualitatif dapat memberikan gambaran masalah potensial yang sedang dihadapi sehingga memberikan
peluang untuk memperbaiki sistem.
5.
Meningkatkan utilisasi dari hasil evaluasi. Pembuat kebijakan, dan praktisi seringkali mengalami kesulitan menggunakan hasil studi kuantatif karena hal
tersebut tidak terkait dengan pemahaman mereka mengenai situasi yang sedang terjadi. Penelitian kualitatif, sebaliknya, dapat meningkatkan
kredibilitas dan kemanfaatan hasil evaluasi untuk para pengembil keputusan.
Identifikasi kebutuhan informasi merupakan langkah awal dalam menentukan jenis informasi apa yang yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Informasi yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna akan tergantung pada keberhasilan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi. Identifikasi kebutuhan informasi yang
tidak tepat sudah pasti menghasilkan informasi yang tidak berguna. Identifikasi kebutuhan informasi adalah sebuah proses untuk mendapatkan
informasi yang sesuai kebutuhan dan diinginkan pengguna. Dalam proses identifikasi kedua belah pihak terlibat aktif pada tahap ini. Informasi yang diperoleh dari
pengguna menjadi acuan abagi penyedia informasi sebagai bahan pertimbangan menyediakan informasi yang tepat. Tiga faktor yang harus dipenuhi ketika melakukan
identifikasi kebutuhan informasi yaitu lengkap, detail, dan benar. Lengkap, artinya semua informasi yang diharapkan pengguna didapatkan oleh
pihak yang melakukan identifikasi. Detail, adalah informasi yang terkumpul terinci sampai hal-hal yang kecil. Benar, yaitu semua data yang diperoleh harus benar, bukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
benar menurut identifikator tetapi benar dan sesuai dengan apa yang dimaksud pengguna.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian