b. ketahanan terhadap panas, air dan kelembaban
c. konsistensi kualitas paspor
Untuk mengamankan dan menstandarisasikan paspor, telah direkomendasikan oleh ICAO untuk menstandarisasikan paspor-paspor dari
negara-negara yang tergabung dalam ICAO dengan menggunakan paspor dalam bentuk Machine Readable Passport MRP yang baik formatnya, maupun cara
pengisiannya secara standar, sehingga untuk mengecek paspor tersebut yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang dengan menggunakan mesin pembaca
Paspport Reader, sehingga pelayanannya akan lebih cepat, dan penelitiannya akan lebih akurat; dengan demikian akan lebih mudah mendetek adanya
penyimpangan atau pemalsuan paspor. Hingga saat ini sudah ada beberapa Negara yang menggunakan MRP, disamping ada pula negara-negara yang sedang
mempersiapkan MRP.
B. Sumber Hukum Positif Indonesia tentang Kejahatan Pemalsuan Paspor
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang
apabila dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
19
Sumber hukum pidana ialah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, yang terdiri dari 3 Buku. Buku I berisi mengenai aturan umum hukum
Sumber Hukum Positif Indonesia tentang kejahatan pemalsuan paspor yakni sumber-sumber
hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat dikenakan kepada petindak terhadap kejahatan-kejahatan pemalsuan paspor atau dokumen perjalanan Negara.
19
C.S.T. Kansil, “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia” , cet.7, Balai
Pustaka, Jakarta, 1986, hal. 46.
Universitas Sumatera Utara
pidana, Buku II mengenai tindak pidana kejahatan dan Buku III mengenai tindak pidana pelanggaran.
Seperti yang diterangkan dalam Memorie van Toelichting MvT, pembedaan dan pengelompokkan tindak pidana menjadi kejahatan misdrijven
dan pelanggaran overtredingen didasarkan pada pemikiran bahwa:
20
1. Pada kenyataannya dalam masyarakat ada sejumlah perbuatan-perbuatan
yang pada dasarnya sudah mengandung sifat terlarang melawan hukum, yang karenanya pada pembuatnya patut dijatuhi pidana walaupun kadang-
kadang perbuatan seperti itu tidak dinyatakan dalam undang-undang. 2.
Disamping itu ada perbuatan-perbuatan yang baru mempunyai sifat terlarang dan kepada pembuatnya diancam dengan pidana setelah
perbuatan itu dinyatakan dalam undang-undang. Pemikiran yang demikian tergambar dari istilah rechdelicten untuk
kejahatan sebagaimana yang dimaksudkan pertama, dan wetsdelicten untuk menyebut pelanggaran sebagaimana yang dimaksudkan kedua, yang pada
kenyataannya kejahatannya berupa tindak pidana yang lebih berat daripada pelanggaran.
Teranglah bahwa bagi kejahatan pada dasarnya sifat terlarangnya atau tercelanya perbuatan itu adalah terletak ada masyarakat, sedangkan bagi
pelanggaran karena dimuatnya dalam undang-undang. Kejahatan-kejahatan yang dimuat dalam Buku II, digolongkan ke dalam bentuk-bentuk tertentu, yang pada
pokoknya didasarkan pada kepentingan hukum yang dilanggardibahayakan oleh perbuatan itu.
20
Adami Chazawi, “Kejahatan Mengenai Pemalsuan”, cet 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
Banyak kepentingan hukum dalam masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang, yang pada pokoknya dapat dikelompokkan dalam 3 golongan
besar, yakni: 1.
Kepentingan hukum perorangan individuale belangen 2.
Kepentingan hukum masyarakat sociale of maatschappelijke belangen 3.
Kepentingan hukum Negara staatsbelangen Walaupun dapat dibedakan dalam 3 kelompok kepentingan hukum, namun
ada kalanya suatu kepentingan hukum dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu golongan kepentingan hukum tersebut. Seperti pada kejahatan pemalsuan uang
dan uang kertas. Perkosaan atau pelanggaran terhadap kepentingan umum atas kepercayaan uang dan penggunaan uang sebagai alat pembayaran yang sah, tidak
saja berupa pelanggaran penyerangan terhadap kepentingan hukum masyarakat tetapi juga sekaligus terhadap kepentingan hukum negara.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN