bentuk skripsi dengan judul Pertanggungjawaban Pidana Pegawai Imigrasi yang Melakukan Pemalsuan Paspor Studi pada Kantor Imigrasi Medan.
B. Permasalahan
1. Bagaimana kedudukan paspor sebagai dokumen resmi dalam lingkungan
keimigrasian di Indonesia? 2.
Bagaimana konsep pertanggungjawaban pidana yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia?
3. Bagaimana pertanggungjawaban pidana pegawai imigrasi yang melakukan
pemalsuan paspor?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan
a. Untuk mengetahui kedudukan paspor sebagai dokumen resmi dalam
lingkungan keimigrasian di Indonesia b.
Untuk mengetahui konsep pertanggungjawaban pidana yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
c. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pegawai imigrasi yang
melakukan pemalsuan paspor
2. Manfaat
a. Secara Teoritis
Universitas Sumatera Utara
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum
pidana, khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan yang dilakukan oleh pegawai imigrasi.
2. Dapat memberi masukan kepada masyarakat, lembaga
keimigrasian, pemerintah, aparat penegak hukum tentang eksistensi Undang-undang serta pasal-pasal yang berkaitan dengan tindak
pidana pemalsuan yang dilakukan oleh pegawai imigrasi yang terdapat dalam berbagai Undang-undang.
b. Secara Praktis
Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, lembaga keimigrasian, praktisi hukum dan
pemerintah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan yang dilakukan oleh pegawai imigrasi.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Pertanggungjawaban Pidana Pegawai Imigrasi yang Melakukan Pemalsuan Paspor Studi pada Kantor Imigrasi Medan
” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan
kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka
penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Universitas Sumatera Utara
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu “strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wet Boek van
Strafrecht voor Nederlands Indie, akan tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit tersebut. Karena itu para ahli hukum
berusaha memberi arti dari istilah tersebut walau sampai saat ini belum ada keseragaman pendapat.
6
Pembentuk undang-undang telah menggunakan perkataan “strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang dikenal sebagai tindak pidana di dalam KUHP tanpa
memberikan suatu penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan “strafbaar feit. Perkataan feit sendiri di dalam bahasa Belanda berarti
sebahagian dari suatu kenyataan, sedangkan strafbaar feit itu dapat diterjemahkan sebagai suatu kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu tidak tepat,
oleh karena kelak akan diketahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan.
Hazewinkel-Suringa membuat rumusan yang umum dari strabaar feit sebagai perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak dalam sesuatu
pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus diadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang
terdapat di dalamnya.
7
6
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 67.
7
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 181.
Universitas Sumatera Utara
Istilah-istilah yang pernah dipergunakan baik dalam perundang-undangan maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar
feit adalah : tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, perbuatan pidana. Nyatalah
kini setidak-tidaknya ada dikenal tujuh istilah bahasa Indonesia. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan feit. Dari tujuh istilah yang digunakan
sebagai terjemahaan dari strafbaar feit, ternyata straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh.
Sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan.
Menurut wujud dan sifatnya, tindak pidana adalah perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan-perbuatan ini merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan
dengan atau menghambat akan terlaksananya tata dalam pergaulan masyarakat yang dianggap baik dan adil. Dapat pula dikatakan bahwa perbuatan pidana ini
adalah perbuatan yang anti sosial. Moeljatno, memakai istilah “perbuatan pidana” untuk menggambarkan isi
pengertian strafbaar feit dan beliau mendefinisikannya sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi
yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Beliau tidak setuju dengan istilah “tindak pidana” karena menurut beliau “tindak”
lebih pendek daripada perbuatan, “tindak” tidak menunjukkan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan keadaan konkrit.
8
8
Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat di Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal. 3
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut, tindak pidana tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Perbuatan
b. Yang dilarang oleh aturan hukum
c. Ancaman pidana bagi yang melanggar
Dari uraian unsur tindak pidana diatas, maka yang dilarang adalah perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata
perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak dipisahkan dengan orangnya. Ancaman diancam dengan pidana menggambarkan
bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 KUHP seseorang yang melakukan tindak pidana dapat dihukum apabila memenuhi hal-hal berikut:
a. Ada norma pidana tertentu
b. Norma pidana tersebut berdasarkan undang-undang
c. Norma pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan terjadi.
Dengan perkataan lain, bahwa tidak seorangpun karena suatu perbuatan tertentu, bagaimanapun bentuk perbuatan tersebut dapat dihukum kecuali telah
ditentukan suatu hukuman berdasarkan undang-undang terhadap perbuatan itu. Jadi syarat utama dari adanya “perbuatan pidana” adalah kenyataan bahwa ada
aturan hukum yang melarang dan mengancam dengan pidana barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
F. Metode Penelitian