BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian Pasal
1 butir 3 disebutkan bahwa Surat Perjalanan atau paspor adalah dokumen
resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara
yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan
perjalanan antar negara. Paspor sebagai dokumen resmi suatu negara merupakan keterangan autentik bagi pemegangnya dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran data-data yang ada didalamnya. Sebagai dokumen resmi paspor berfungsi sebagai: surat Perjalanan antar
negara yang merupakan fungsi utamanya dan sebagai identitas pemegangnya yang berarti dengan memperlihatkan paspornya, seseorang
akan dikenal siapa dia, seperti namanya, kebangsaannya, umurnya, kadang-kadang tertera tinggi badan, warna kulit, alamat dan keterngan lain
dari pemegang paspor tersebut 2.
Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban orang terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Tegasnya, yang dipertanggungjawabkan
ornag itu adalah tindak pidana yang dilakukannya. Dengan demikian, terjadinya pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana
yang dilakukan oleh seseorang. 3.
Didalam KUHP, kejahatan pemalsuan paspor dikategorikan masuk kedalam bab pemalsuan surat. Didalam surat terkandung arti atau makna
Universitas Sumatera Utara
tertentu dari sebuah pemikiran, yang kebenarannya harus dilindungi. Diadakannya kejahatan pemalsuan surat ditujukan pada perlindungan
hukum terhadap kepercayaan masyarakat terhadap kebenaran akan isi surat. Dalam pasal-pasal tentang pemalsuan surat dalam KUHP, kejahatan
pemalsuan paspor masuk dalam kategori pemalsuan surat-surat tertentu 269, 270 dan 271 KUHP. Namun yang lebih relevan dengan kejahatan
pemalsuan paspor adalah pasal 270 KUHP. Didalam pasal 270 KUHP dirumuskan sebagai berikut
Barangsiapa membuat secara palsu atau memalsu surat jalan atau surat penggantinya, kartu keamanan, surat perintah jalan atau surat yang
diberikan menurut ketentuan undang-undang tentang pemberian izin kepada orang asing untuk masuk dan menetap di Indonesia, ataupun
barangsiapa menyuruh memberikan surat serupa itu atas nama palsu atau nama kecil yang palsu atau dengan menunjuk pada keadaan palsu,
dengan maksud untuk memakai surat itu seolah-olah asli dan tidak dipalsukan atau seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 tahun 8 bulan. Dipidana dengan pidana penjara yang sama, barangsiapa yang dengan
sengaja memakai surat yang tidak benar atau yang dipalsu tersebut ayat pertama, seolah-olah benar dan tidak dipalsu atau seolah-olah sesuai
dengan kebenaran”
Undang-Undang tentang Keimigrasian selain mengatur hal ihwal yang menyangkut bidang keimigrasian, juga mencantumkan ketentuan pidana
yang berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian, termasuk di dalamnya pemalsuan paspor. Ketentuan pidana tersebut akan menjadi
acuan bagi pengadilan untuk memeriksa dan memutuskan perkara tindak pidana yang menyangkut bidang keimigrasian. Didalam ketentuan pidana
itu ditentukan tindak pidana yang berupa pelanggaran dan yang berupa kejahatan dan proses peradilan tindak pidana keimigrasian sama dengan
proses peradilan umum biasa.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran