Faktor Hormonal Faktor Radiasi Faktor Gizi Faktor-faktor Lain Kerangka Konsep Definisi Operasional

lalu diharapkan risiko kehamilan yang dapat memperberat keadaan ibu dan janin dapat diatasi dengan pengawasan obstetrik yang baik. f.3. Riwayat Komplikasi Risiko terjadinya kelainan kongenital terjadi pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus adalah 6 sampai 12, yang empat kali lebih sering daripada bayi dengan ibu yang bukan penderita diabetes melitus. Keturunan dari ibu dengan insulin-dependent diabetes mellitus mempunyai risiko 5-15 untuk menderita kelainan kongenital terutama PJB, defek tabung saraf neural tube defect dan agenesis sacral. Penyakit ibu lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital adalah epilepsi. Risiko meningkat sekitar 6 untuk timbulnya celah bibir dan PJB dari ibu penderita epilepsi. 2,9,11,46

g. Faktor Hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.

h. Faktor Radiasi

Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Universitas Sumatera Utara

i. Faktor Gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan- penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kurang gizi lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.

j. Faktor-faktor Lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui. 2.9. Pencegahan 2.9.1. Pencegahan Primer Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital, yaitu dengan : a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi, seperti usia lebih dari 35 tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital. 47 b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita tersebut Universitas Sumatera Utara hamil, karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini. Maka kepada wanita yang hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya pada trimester pertama dan dianjurkan kepada wanita yang berencana hamil untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcghari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mghari. Asam folat banyak terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam, brokoli, buah alpukat, pisang, jeruk, berry, telur, ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya asam folat seperti nasi, pasta, kedelai, sereal. 2 c. Perawatan Antenatal Antenatal Care 47 Antenatal care mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yang lazim berlaku. Tujuan dilakukannya antenatal care adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi serta mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya. Perawatan antenatal juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau berat badan lahir rendah yang sangat rentan terkena penyakit infeksi. Selain itu dengan pemeriksaan kehamilan dapat dideteksi kelainan kongenital. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut: c.1. Minimal 1 kali pada trimester I K1, usia kehamilan 1-12 minggu. c.2. Minimal 1 kali pada trimester II K2, usia kehamilan 13-24 minggu. Universitas Sumatera Utara c.3. Minimal 2 kali pada trimester III K3 dan K4, usia kehamilan 24 minggu d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan alkohol karena dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti atresia ani, celah bibir dan langit- langit.

2.9.2. Pencegahan Sekunder a. Diagnosis

Diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan dengan cara: a.1. Pemeriksaan Ultrasonografi USG Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara dini beberapa kelainan kehamilanpertumbuhan janin, kehamilan ganda, molahidatidosa, dan sebagainya. 48 Beberapa contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan non invasive ultrasonografi pada midtrimester kehamilan adalah hidrosefalus dengan atau tanpa spina bifida, defek tuba neural, porensefali, kelainan jantung bawaan yang besar, penyempitan sistem gastrointestinal misalnya atresia duodenum yang memberi gambaran gelembung ganda, kelainan sistem genitourinaria misalnya kista ginjal, kelainan pada paru sebagai kista paru, polidaktili, celah bibir, mikrosefali, dan ensefalokel. 9,49 a.2. Pemeriksaan cairan amnion amnionsentesis 2,9,50 Amnionsentesis dilakukan pada usia kehamilan 15-19 minggu dengan aspirasi per-abdomen dengan tuntunan USG. Dari cairan amnion tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut antara lain pemeriksaan Universitas Sumatera Utara genetikkromosom, pemeriksaan alfa-feto-protein terhadap defek tuba neural anensefali, mengingomielokel, pemeriksaan terhadap beberapa gangguan metabolic galaktosemia, fenilketonurua, dan pemeriksaan lainnya. a.3. Pemeriksaan Alfa feto protein maternal serum MSAFP. Apabila serum ini meningkat maka pada janin dapat diketahui mengalami defek tuba neural, spina bifida, hidrosefalus, dan lain-lain. Apabila serum ini menurun maka dapat ditemukan pada sindrom down dan beberapa kelainan kromosom. 2 a.4. Biopsi korion Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan kromosom pada janin, kelainan metabolik, kelainan genetik dapat dideteksi dengan analisis DNA, misalnya talasemia dan hiperplasia adrenal kongenital. 2 a.5. Fetoskopikordosentesis Untuk mengenal kelainan kongenital setelah lahir, maka bayi yang baru lahir perlu diperiksa bagian-bagian tubuh bayi tersebut, yaitu bentuk muka bayi, besar dan bentuk kepala, bentuk daun telinga, mulut, jari-jari, kelamin, serta anus bayi. 2

b. Pengobatan

Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ tubuh umumnya memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan langit-langit, atresia ani, spina bifida, hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi Universitas Sumatera Utara produksi cairan serebrospinal. Penanganan PJB dapat dilakukan dengan tindakan bedah atau obat-obatan, bergantung pada jenis, berat, dan derajat kelainan. 2

2.9.3. Pencegahan Tersier

2 Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital pencegahan tersier bergantung pada jenis kelainan. Misalnya pada penderita sindrom down, pada saat bayi baru lahir apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya. Banyak orang tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya lahir dengan kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan kelainan adalah masa- masa yang sangat sulit bagi para orang tua. Selain stres, orang tua harus menyesuaikan dirinya dengan cara-cara khusus. Untuk membantu orang tua mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu tim tenaga kesehatan yang dapat mengevaluasi dan melakukan penatalaksanaan rencana perawatan bayi dan anak sesuai dengan kelainannya. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital 1. Sosiodemografi Umur Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Daerah Asal

2. Mediko Obstetri

Umur Kehamilan Riwayat Komplikasi Kehamilan

3. Jenis Kelainan Kongenital 4. Jenis Kelamin

5. Penatalaksanaan Medis 6. Sumber Biaya 7. Lama Rawatan Rata-rata 8. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. 3.2.1. Bayi dengan kelainan kongenital adalah bayi dengan kelainan berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tertulis dalam kartu status. 3.2.2. Umur ibu adalah umur ibu saat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas 43 : 1. Umur 20 tahun dan 35 tahun risiko tinggi 2. Umur 20 – 35 tahun risiko rendah Universitas Sumatera Utara 3.2.3. Suku adalah keterangan mengenai etnis ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Aceh 5. Nias 3.2.4. Agama adalah kepercayaan yang dianut ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3.2.5. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh ibu, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Tidak tamat SD 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. AkademiPerguruan Tinggi 3.2.6. Pekerjaan adalah kegiatan yang paling utama dilakukan oleh ibu, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Pegawai Negeri Sipil PNS 2. Pegawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu Rumah Tangga 3.2.7. Daerah asal adalah wilayah atau tempat darimana ibu berasal, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Kota Medan Universitas Sumatera Utara 2. Luar Kota Medan 3.2.8. Umur kehamilan adalah umur kandungan ibu saat melahirkan, dikategorikan atas 34 : 1. 28 – 36 minggu kurang bulan 2. 37 – 40 minggu cukup bulan 3. 40 minggu lebih bulan 3.2.9. Riwayat komplikasi kehamilan adalah ada tidaknya mengalami komplikasi yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan kehamilan, berdasarkan kategori : 1. Tidak ada komplikasi 2. Ada komplikasi Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes, PreeklamsiaEklampsia, Ketuban Pecah Dini, Perdarahan antepartum, dan lain-lain 3.2.10. Jenis kelainan kongenital adalah jumlah bayi yang lahir dengan kelainan kongenital berdasarkan jenisnya, dikategorikan atas: 1. Sistem Susunan Saraf Pusat 2. Sistem Cardio-Torax 3. Sistem Gastro-Intestinal 4. Sistem Kranio-Fasial 5. Sistem muskulo-skeletalekstremitas Untuk analisa statistik, jenis kelainan kongenital dikategorikan menjadi: 1. Kelainan yang terjadi pada kehamilan ≤ 7 minggu sistem susunan saraf pusat, cardio-torax, dan gastro-intestinal 2. Kelainan yang terjadi pada kehamilan 7 minggu sistem kranio-fasial dan muskulo-skeletal 3.2.11. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh bayi yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas: 1. Laki-laki 2. Perempuan Universitas Sumatera Utara 3.2.12. Penatalaksanaan medis adalah penanganan yang dilakukan tim medis kepada bayi dengan kelainan kongenital dalam rangka penyembuhan sesuai yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas: 1. Bedah 2. Non-bedah 3.2.13. Sumber biaya adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh orangtua dari bayi dengan kelainan kongenital seperti yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas: 1. ASKES 2. Jamkesmas 3. Medan Sehat 4. Jampersal 5. Umum 3.2.14. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya hari rawatan bayi yang dihitung sejak dilahirkan sampai keluar dari rumah sakit. 3.2.15. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi bayi sewaktu pulang dari rumah sakit, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Pulang Berobat Jalan PBJ 2. Pulang Atas Permintaan Orang Tua 3. Meninggal 4. Dirujuk Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian