Pengaruh Pt Riau Sakti United Plantations Terhadap Perkembangan Wilayah Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir-Riau (1985-2001)

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. NAMA : H. Muhawam, S.E

UMUR : 55 Tahun

ALAMAT : Pulau Burung

PEKERJAAN : Kepala Desa Pulau Burung

2. NAMA : Rum

UMUR : 56 Tahun

ALAMAT : Pulau Burung

PEKERJAAN : Pedagang

3. NAMA : Zaini

UMUR : 37 Tahun

ALAMAT : Pulau Burung

PEKERJAAN : Karyawan

4. NAMA : Jonner Silitonga

UMUR : 54 Tahun

ALAMAT : Pulau Burung


(2)

5. NAMA : Ir. Irfan Haryanto

UMUR : 53 Tahun

ALAMAT : Lampung

PEKERJAAN : Karyawan Swasta

6. NAMA : Rahmat Sugiono

UMUR : 51 Tahun

ALAMAT : Pulau Burung


(3)

Lampiran


(4)

(5)

(6)


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rachman, Ir. 1982. Budidaya Kelapa. Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.

Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985.

J. Peltzer, Karl, Toean Keboen dan Petani. Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria Di

Sumatera Timur 1863-1947, Jakarta: Sinar Harapan, 1977.

Kartodirdjo, Sartono dan Suryo, Djoko, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial

Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991.

Kuntowijoyo, Metode Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Purba, Elisa. 2012, Kelapa Sawit Rakyat: Hubungannya Dengan Perkembangan Kecamatan

Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir Tahun 1981-2000, skripsi sarjana, Medan:

belum diterbitkan.

Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999.

Setyamidjaja, Djoehana, Bertanam Kelapa, Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Soetedjo,R.1969, Kelapa. Penerbit Yasaguna, Jakarta


(16)

Suhardiyono, L. 1988, Tanaman Kelapa. Kanisius, Yogyakarta.

Suhardiman, P. 1999, Bertanam Kelapa Hibrida, Penebar Swadaya, Jakarta.


(17)

BAB III

PEMBUKAAN PERKEBUNAN PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS TAHUN 1985

Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, kata ini berhubungan dengan kera atau wajah aneh seperti tempurung kelapa yang bermata tiga.19 Sebenarnya kelapa hibrida sebagai kelapa unggul sudah lama dikenal. Usaha pemuliaan tanaman kelapa di Indonesia, melalui proses persilangan (hibridasi) mulai dirintis sejak tahun 1955. Lantaran usaha pengembangan tersebut terbentur sarana dan keuangan maka kegiatannya terputus dan dilanjutkan kembali pada tahun 1973. Tanaman kelapa dalam mempunyai bunga yang bersifat protandri, yaitu bunga jantan yang lebih dahulu masak, sehingga bila tanaman tersebut didekatnya terdapat tanaman kelapa genjah, kemungkinan persilangan alami akan banyak terjadi. Hal ini terbukti dengan adanya kelapa hibrida alam yang menghasilkan buah cukup tinggi, misalnya antara kelapa dalam dengan kelapa genjah Nias kuning.20

Sebelum membahas mengenai pembukaan perkebunan PT Riau Sakti United Plantations di Pulau Burung, ada baiknya dibahas sejarah perkelapaan di Indonesia terlebih dahulu. Penelitian kelapa telah mendapat perhatian sejak awal abad ke 19. Pada Tahun 1876, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Cultuurtuin atau Economic Garden dan kelapa di masukkan dalam program penelitian pada tahun 1907. Penelitian kelapa secara institusional dilaksanakan pada tahun 1911 yaitu koleksi kelapa dari berbagai daerah di Indonesia. Pada tahun 1900 terjadi serangan

hama Sexava sp dan Aspidiotus sp di Kabupaten Sangihe Talaud (Sulawesi Utara) dan Maluku Utara. Dr P.L.M. Tammes, seorang ahli agronomi Belanda, atas praksasa sendiri dibantu oleh dua orang rekannya,

19 Suhardikono, L. 1988, Tanaman Kelapa. Yogyakarta: Kanisius. hal. 14.


(18)

melakukan penelitian hama Sexava sp. Pada tahun 1927 terjadi kembali serangan hama Sexava sp bersamaan dengan kekeringan yang panjang. Akibat serangan hama dan kemarau yang panjang dilaporkan kurang lebih 100.000 pohon kelapa mati. Pemerintah Belanda kemudian mendirikan Klapper

Proefstation (Stasiun Percobaan Kelapa) pada tahun 1930 dengan kantor bertempat di Sario (Manado)

dan kebun percobaan di Mapanget. Dr. A. Reyne, seorang ahli zoology, sebagai kepala Stasiun Percobaan ditugaskan melakukan usaha-usaha pemberantasan hama Sexava sp. Ia dibantu oleh Dr. P.L.M. Tammes dan Ir. Tulner. Hasil penelitian yang menonjol saat itu adalah seleksi dan koleksi lebih dari 40 kultivar kelapa dari berbagai daerah.

Sesudah Indonesia Merdeka (1945), Penelitian kelapa dilanjutkan pemerintah Indonesia dan mendapat perhatian lebih besar pada tahun 1955 – 1961, terutama setelah merosotnya eksport kopra Indonesia. Seorang ahli pemuliaan tanaman FAO berkebangsaan Jerman, Diplm. Img. A.F. Ihne didatangkan untuk melakukan inventarisasi, seleksi dan hibridisasi materi-materi yang telah dikumpulkan Tammes. Klimaks dari perhatian pemerintah Indonesia terhadap penelitian kelapa terjadi pada tahun 1961 yaitu dengan didirikannya Lembaga Penelitian Tanaman Lemak. Lembaga ini diubah namanya menjadi Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis-jenis Tanaman Lemak Lainnya pada tahun 1962 yang selanjutnya bergabung dengan Lembaga Penelitian Serat dan Jenis-jenis Tanaman Industri (LPTI) pada tahun 1967.

3.1 Latar Belakang Pendirian Perkebunan PT Riau Sakti United Plantations

Pada hamparan sebagian Pulau Sumatera yang tenang di Propinsi Riau, Sumatera Bagian Timur, terdapat lahan perkebunan tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit seluas kurang lebih 100.000 hektar. Dengan kondisi ini sangat dimungkinkan dengan sinergi inovasi, kerja keras, dan dedikasi tanpa henti dalam sebuah visi untuk muncul sebagai sebuah perkebunan dan industri kelapa hibrida yang paling komprehensif dan terpadu di dunia. Menekankan pada intensifikasi tanaman dan perkebunan kelapa pertama yang berhasil pada lahan basah berpori di dunia.


(19)

Lahan basah berpori memungkinkan terjadi rembesan air dalam jumlah yang banyak dan penguapan yang berlebihan terutama terjadi pada saat musim kering. Sehingga lahan basah ini cocok dan subur untuk budidaya tanaman kelapa hibrida. Hal ini juga didukung dengan saluran irigasi yang baik dengan adanya kanalisasi yang memungkinkan pengairan tetap terjaga sepanjang tahunnya.

Memperhatikan beberapa faktor tersebut, maka pada tahun 1985 didorong dengan keberhasilan berdirinya PT Pulau Sambu Kuala Enok dan PT Pulau Sambu Guntung, PT Pulau Sambu kembali melebarkan sayap usahanya di Pulau Burung dengan mendirikan PT Riau Sakti United Plantations yang juga merupakan sebuah perusahaan padat karya yang juga bergerak pada pengelolaan hasil perkebunan kelapa hibrida dengan media lahan gambut. Sesuai dengan kutipan dari daftar keputusan Menteri Kehakiman tertanggal 24 Januari 1986 nomor C2-500HT01.01TH86, Menteri Kehakiman memutuskan menetapkan berdasarkan hukum yang berlaku untuk perseroan terbatas memberikan persetujuan atas akta pendirian perseroan terbatas

“PT Riau Sakti United Plantations” berkedudukan di Jakarta yang dibuat tanggal 2 Maret 1978 nomor 5 di hadapan Notaris Henk Limanow diperbaiki tanggal 18 Oktober 1984 nomor 20 dan akta tertanggal 7 Januari 1986 yang ddiajukan oleh seorang pengusaha bedarah Cina-Singapura yaitu Tay Juhana.

Berdirinya perusahaan perkebunan di Pulau Burung ini telah memberikan bukti bahwa dengan memperhatikan beberapa faktor, lahan gambut dapat diolah dengan baik dan dapat menghasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan. Sejak berdiri pada tahun 1985, PT Riau Sakti United Plantations telah membuktikan diri sebagai pionir dalam hal pengolahan lahan basah gambut tersebut dengan manajemen irigasi yang baik. PT Riau Sakti United Plantations juga membantu pemerintah mengatasi jumlah pengangguran. Keberadaan perusahaan ini


(20)

membuka lapangan pekerjaan yang luas untuk penduduk yang berada di lingkungan perkebunan maupun dari luar daerah Pulau Burung. Hal ini dibuktikan dengan memeberikan ruang bagi para petani yang berasal dari Jawa untuk merantau ke lahan kosong yang telah disediakan oleh pihak perusahaan tersebut untuk diberdayakan. Lahan kosong tersebut merupakan sebuah kesatuan dari Perkebunan Inti Rakyat yang diperuntukkan bagi masyarakat transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa dan dikenal dengan sebutan Sarana Pemukiman.

Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah yang paling berpotensi untuk pemanfaatan budidaya tanaman kelapa di Propinsi Riau. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel II: Daerah Potensi Bahan Baku Kelapa di Propinsi Riau Tahun 2001

Kabupaten/Kota Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton)

Kuantan Singingi 2001 7.160,00 17.663,16

Indragiri Hulu 2001 1.688,00 1.551,24

Indragiri Hilir 2001 220.813,00 330.225,00

Pelalawan 2001 21.329,50 230.782,40

S i a k 2001 2.034,00 1.070,00

Kampar 2001 2.726,00 1.560,00

Rokan Hulu 2001 1.344,00 4.876,70

Bengkalis 2001 48.198,00 58.643,80

Kota Dumai 2001 2.027,00 4.387,00

Jumlah 307.319,50 650.759,30


(21)

Berdasakan tabel yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 Kabupaten Indragiri Hilir menempati urutan pertama daerah potensi bahan baku kelapa di Propinsi Riau dengan total luas area lahan perkebunan kelapa 220.813 Ha dengan total produksi 330.225 ton per tahun. Mengikut kemudian Kabupaten Bengkalis dengan total luas area lahan perkebunan kelapa 48.198 Ha dengan total produksi 58.643,80 ton per tahun dan yang terakhir adalah Kabupaten Rokan Hulu dengan total luas lahan perkebunan kelapa 1.344 Ha dengan total produksi 4.876,70 ton per tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pulau Burung yang berada di wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir adalah daerah yang sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman kelapa, khususnya tanaman kelapa hibrida yang diusahakan oleh PT Riau Sakti United Plantation.

3.2 Profil Perusahaan PT Riau Sakti United Plantations

PT Riau Sakti United Plantations merupakan perusahaan swasta yang berada dalam naungan PT Sambu Group yang bergerak di bidang perkebunan khususnya perkebunan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. PT Riau Sakti United Plantations telah dikenal dunia untuk pengelolaan perkebunan dengan komoditas unggulan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Perusahaan yang berlokasi di Desa Pulau Burung, Kecamatan Pulau Burung, kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau ini memiliki luas area sekitar 22.560 Ha dengan rincian 18.228,5 Ha kelapa hibrida, 2.449 Ha nanas dan 33,5 Ha kelapa sawit21.

Perusahaan yang berdiri pada tahun 1986 dan intensif pada tanaman kelapa hibrida ini merupakan pengelola perkebunan kelapa hibrida pertama di dunia pada lahan basah berpori. Untuk efektifitas pemanfaatan perkebunan pada lahan basah berpori pihak perusahaan

21 Dokumen Quality Manual Departemen Quality System PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan,


(22)

membangun sistem irigasi atau sistem kanalisasi yang terdiri dari kanal utama, kanal sekunder atau kanal cabang, dan kanal tersier yang dibangun sepanjang lebih dari 3000 km. Pintu air pada jaringan kanal tersebut difungsikan sebagai kontrol distribusi air untuk masing-masing area demi menjamin pasokan air dapat dipertahankan secara konsisten. Jaringan kanal di area perkebunan dikeruk setiap kurang lebih 18 bulan, sehingga memungkinkan debit air yang konsisten tetap dipertahankan sebagai sarana peningkatan produktifitas kebun serta memastikan penyediaan bahan baku yang bermutu.

Perusahaan ini terletak di zona tropis yang memiliki curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. Oleh karena itu, selain sesuai untuk lahan perkebunan kelapa hibrida, lahan perkebunan di PT Riau Sakti United Plantations juga sesuai untuk perkebunan nanas dan kelapa sawit. Sejak tahun 1993 perusahaan ini mulai memproduksi buah nanas dengan total produksi awal sekitar 14,200 buah per hari22. Untuk menjaga produktifitas dan kelangsungan usaha, pihak perusahaan juga memiliki lahan untuk pembibitan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit yaitu Kebun Induk. Sementara itu Departemen Research and Advisory mempunyai kegiatan untuk penelitian dan pengembangan. Difasilitasi laboratorium sebagai tempat penelitian dan memonitoring pola pertumbuhan tanaman dan mengendalikan serta memberantas hama penyakit.

3.2.1 Kebijakan Sosial Lingkungan

Dalam hal kebijakan sosial lingkungan pengusahaan tanaman dikerjakan dengan cara monokultur dan tumpang sari serta diolah secara terpadu. Pihak perusahaan berkomitmen melaksanakan perkebunan yang berkelanjutan melalui program-program yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan dengan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi

22 Ibid, hal. 1.


(23)

perusahaan. Adapun program-program yang mendukung kelestarian lingkungan tersebut meliputi:

1. Penyiapan lahan dengan metode pembakaran tidak dibenarkan di perusahaan, 2. Lokasi lahan produksi sesuai dengan prinsip ijin yang berlaku,

3. Perusahaan menyiapkan lahan konservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, 4. Perusahaan berkomitmen untuk tidak mengelola segala jenis satwa liar, termasuk di

dalamnya perburuan satwa liar, penangkaran, pengembangbiakan, dan perdagangan satwa liar di dalam lokasi perusahaan,

5. Perusahaan berkomitmen untuk mencari alternatif yang lebih baik secara berkelanjutan termasuk dalam penggunaan bahan agrokimia berbahaya yang dilarang oleh undang-undang atau Jaringan Pertanian Lestari,

6. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga kelestarian ekosistem baik ekosistem darat maupun ekosistem perairan,

7. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga sungai alam, merawat serta mencegah dari bahaya erosi dengan melakukan pemeliharaan ekosistem air secara berkala dan berkelanjutan, dan

8. Perusahaan berkomitmen untuk melakukan peningkatan perhatian terhadap kelestarian lingkungan secara berkelanjutan.

3.2.2 Pemberdayaan Masyarakat Setempat

Sebagai bagian dari lingkungan sekitar, dalam melaksanakan kegiatan usahanya PT Riau Sakti United Plantations tidak melupakan masyarakat sekitar yang tinggal di lingkungan usaha perkebunan yang mereka kelola. Program-program yang tepat tujuan untuk memberdayakan


(24)

masyarakat sudah dibentuk dan akan terus berlanjut. Adapun bentuk dari program-program pendayagunaan masyarakat sekitar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tetap memperkuat kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya, ekonomi, dan infrastruktur masyarakat sekitar,

2. Perusahaan membangun infrastruktur yang juga menguntungkan bagi masyarakat sekitar secara proporsional seperti jalan umum, jembatan penyeberangan, dan akses transportasi air,

3. Perusahaan mendukung dan melakukan pembangunan infrastruktur desa di luar area perusahaan,

4. Perusahaan juga ikut memberdayakan masyarakat sekitar dengan mendirikan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang terbuka secara luas untuk semua lapisan, dan

5. Perusahaan memprioritaskan masyarakat sekitar untuk diberdayakan di perusahaan.

3.2.3 Kebijakan Mutu

Dalam hal kebijakan mutu, pihak perusahaan juga menerapkan kebijakan mutu yang relevan dengan tujuan dan harapan perusahaan. Adapun kebijakan mutu yang diterapkan di perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Berkomitmen menerapkan sistem manajemen sosial dan lingkungan melalui program perkebunan yang lestari secara berkelanjutan dan menjamin keefektifannya,

2. Berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kerja pada seluruh tingkat dan fungsi yang ada di dalam perusahaan, dan


(25)

3. Berkomitmen meningkatkan aspek kesehatan dan keselamatan kerja, patuh pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik lokal, nasional maupun internasional.

3.2.4 Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah limbah yang sangat berbahaya, karena bersifat korosif, mudah terbakar, meledak, reaktif, beracun, dan radioaktif yang dapat mengakibatkan infeksi, iritasi, mutagenis, cedera, wabah penyakit, sampai berujung pada kematian. Walaupun peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3 sudah ada, akan tetapi peraturan tersebut hanya diterapkan di sektor industri dan pabrik saja. Padahal pencemaran limbah B3 tersebut tidak hanya terjadi dipabrik saja, pencemaran tersebut juga dapat dijumpai pada limbah-limbah rumah tangga dan biasanya limbah rumah tangga tersebut tidak dikelola dengan baik dan dibuang di lingkungan sekitar secara terbuka.

Adapun kegiatan kerja di lingkungan PT Riau Sakti United Plantations yang menghasilkan limbah B3 dan perlu penanganan yang serius untuk pengolahannya adalah sebagai berikut23:

1. Oli Bekas

Oli bekas adalah limbah yang mengandung logam berat yang sangat berbahaya yang apabila logam tersebut masuk ke dalam tubuh dan perlahan menumpuk sedikit demi sedikit akan mengakibatkan kerusakan ginjal, gangguan syaraf, penyakit kanker, dan lain sebagainya. Tingkat bahaya oli bekas jika dinyatakan dalam perbandingan dalah 1 liter oli bekas mampu mencemari 1 juta galon air, selain itu oli bekas juga mudah terbakar.


(26)

2. Wadah Bekas Bahan Kimia

Wadah bekas bahan kimia adalah suatu wadah yang telah bercampur dengan bahan kimia berbahaya. Salah satu contoh dari wadah bekas bahan kimia adalah wadah kemasan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi baik di perkebunan maupun di industri. Limbah daripada bahan ini sangatlah berbahaya karena mengandung racun yang dapat bercampur dengan udara, air, tanah, dan kontak langsung dengan tubuh bila tidak menggunakan pengaman. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa gangguan syaraf, iritasi, ISPA, dan merusak organ-organ vital tubuh.

3. Limbah Bekas Bola Lampu

Limbah bekas bola lampu jenis fluoroescent lamp atau lampu hemat energi mengandung zat merkuri dan uap raksa yang tidak baik bagi kesehatan anak-anak maupun ibu hamil.

4. Limbah Baterai/Accu

Limbah baterai/accu merupakan limbah yang mengandung zat mercuri, nikel, timbel, mangan, litihium, seng, dan juga menghasilkan asam sulfat yang sangat tinggi. Sehingga limbah ini dapat mengganggu kinerja otak dan syaraf dan tidak jarang dapat mengakibatkan gangguan jiwa hingga kematian.

5. Limbah Medis

Limbah medis merupakan salah satu jenis limbah b3 yang lainnya, yang bila mencemari lingkungan dapat berakibat fatal, serangan dari berbagai penyakit berbahaya, hal ini dikarenakan limbah ini merupakan limbah bekas dari hasil pemakaian pengobatan pasien yang menghidap


(27)

penyakit. Contoh dari limbah ini adalah jarum suntik, botol infus, jarum suntik, dan wadah yang digunakan untuk pengobatan yang tidak terpakai.

Pengolahan limbah-limbah tersebut baik diperkebunan maupun di industri diolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan agar tidak mencemari lingkungan sehingga ekosistem di lingkungan sekitar perusahaan tetap terjaga dan tidak mengganggun kegiatan produksi. Penanganan yang tepat dalam pengelolaan limbah beracun dan berbahaya sangatlah penting mengingat limbah dapat mengganggu kesehatan manusia, oleh karena itu pola sanitasi yang benar kepada penduduk dapat diterapkan guna menghimbau akan bahaya yang ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan.

Selain itu perusahaan perkebunan yang berdiri sejak tahun 1985 ini terbagi dalam beberapa area ataupun afdeling yang masing-masing afdeling tersebut dikontrol oleh seorang manager wilayah yang bertanggung jawab kepada pihak manajemen perusahaan atas keberlangsungan kegiatan kerja di lapangan. Pada tiap-tiap area tersebut terdapat kampung-kampung produksi yang dihuni oleh tenaga-tenaga kerja dengan varian pekerjaan yang berbeda-beda.

Untuk mengalokasikan hasil panen dari perkebunan, PT Riau Sakti United Plantations memiliki pabrik ataupun industri pengolahan hasil perkebunan sendiri. Industri yang masih merupakan bagian dari PT Pulau Sambu tersebut mulai didirikan pada tahun 1993 dengan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT Riau Sakti United Plantations-Industri atau lebih dikenal oleh masyarakat di Pulau Burung dengan sebutan CWP II. PT Riau Sakti United Plantations-Industri bergerak dibidang pengolahan hasil-hasil produksi dari perkebunan yang kemudian diolah menjadi beberapa bahan produksi siap pakai. Di antara


(28)

beberapa produk tersebut adalah santan kara, kopra, nanas kaleng, arang, dan beberapa produk industri lainnya yang siap untuk didistribusikan ke pasar. Oleh karena itu, di Pulau Burung terutama di Desa Pulau Burung perkebunan kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit dikelola oleh PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan dan PT Riau Sakti United Plantations-Industri yang masih berada di bawah naungan PT Pulau Sambu.

3.3 Penyediaan Lahan

Kelapa diketahui dapat tumbuh di semua jenis tanah. Akan tetapi, untuk mendorong produktivitas yang lebih baik perlu diperhatikan syarat-syarat tanah yang baik, seperti:

a. Struktur tanah cukup baik, artinya selain tata udara yang cukup baik, sistem peresapan airnya juga harus baik. Persediaan humus/bahan organik dan bila perlu ditanami tanaman penutup.

b. Derajat keasaman tanah (pH) yang baik antara 6,5-7,5.

c. Tipe tanah yang baik untuk tanaman kelapa adalah tanah alluvial, tanah latosol, tanah pasir dengan air tanah yang cukup baik dan sedikit mengandung tanah liat.

Selain itu, lokasi yang baik untuk tanaman kelapa adalah di daerah pantai atau pesisir. Hal ini karena tata udara tanah yang baik dengan kandungan air tanah yang cukup dalam, atau air tanah dangkal tetapi bergerak. Kelapa masih dapat tumbuh dengan baik sampai ketinggian 600 meter dari permukaan air laut sampai 900 meter di atas permukaan air laut. Suhu yang baik untuk tanaman kelapa adalah 27-28 derajat celcius. Sedangkan untuk kelembaban udara yang baik adalah 80-90 %. Kelembaban udara di bawah 70 % akan menyebabkan daun kering dan rontoknya buah dan pertumbuhan tanaman muda terganggu.24


(29)

Kunci untuk mengetahui pertumbuhan daerah yang cukup subur di Pulau Burung adalah kondisi geologi daerah itu sendiri dan yang erat berkaitan dengannya, yaitu bentuk lahan dan tanahnya. Lahan di Pulau Burung yang sebagian besar merupakan rawa-rawa dan tanah gambut dianggap cocok untuk pengembangan perkebunan kelapa hibrida dan beberapa komoditas perkebunan lainnya. Hal ini didukung oleh tanaman kelapa yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah, termasuk pada lahan basah berpori yang ada di Pulau Burung.

Proses awal daripada pembukaan sebuah perkebunan adalah persiapan dan penyediaan lahan yang cocok untuk komoditas yang akan ditanam. PT Riau Sakti United Plantations melihat potensi tersebut ada pada lahan basah berpori yang ada di Pulau Burung untuk dijadikan perkebunan kelapa hibrida. Pemetaan lahan dilakukan sekitar tahun 1985 dengan mendatangkan tenaga ahli topografi untuk memetakan lahan yang akan dipersiapkan menjadi lahan perkebunan kelapa hibrida. Adapun lahan berupa hutan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang besar dengan kondisi semak belukar dan berawa-rawa. Persiapan awal penyediaan lahan setelah proses fotografi lahan selanjutnya masuk pada tahapan tumbang atau tebang pohon (rencek lahan). Pada tahap ini pohon-pohon besar yang merupakan hutan tersebut ditebang dan ditumbang oleh para pekerja dengan menggunakan peralatan berupa kapak, gergaji, dan chainsaw. Pengerjaan lahan ini dikerjakan oleh tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari luar Pulau Burung yang benar-benar terampil dalam bidangnya. Pengerjaan penebangan pohon ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketentuan dan area yang telah dipetakan untuk dijadikan lahan perkebunan. Kayu-kayu yang telah ditebang kemudian diolah menjadi papan untuk bahan baku bangunan perumahan para tenaga kerja di tiap-tiap area yang telah ditentukan oleh pihak perkebunan. Pada tahap rencek lahan ini, lahan harus benar-benar bersih dari sisa-sisa penebangan pohon. Lahan dibersihkan dengan menggunakan bulldozzer seri B-6.


(30)

Setelah lahan benar-benar bersih, proses selanjutnya yang dilakukan adalah kanalisasi. Adapun yang dimaksud dengan kanalisasi adalah proses pembuatan kanal yang digunakan untuk sistem irigasi dan bertujuan untuk efektifitas pemanfaatan perkebunan. Peranan kanal difungsikan sebagai sarana kontrol distribusi air untuk setiap area dengan menjamin pasokan air dapat dipertahankan dan tetap konsisten pada saat musim kemarau. Kanalisasi juga bertujuan untuk mengeringkan genangan air gambut yang ada di lahan mengingat kondisi lahan yang berawa-rawa. Selain itu, kanal juga berfungsi sebagai jalur transportasi pengangkutan buah hasil panen dari kebun yang diangkut dengan menggunakan pompong25. Kanal-kanal tersebut dikeruk atau digali dengan menggunakan alat berat seperti excavator milik perusahaan dan ukuran dari tiap-tiap kanal yang akan digali atau dikeruk tersebut telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan agar dapat tetap menjaga konsistensi irigasi area tanam. Pengerjaan penggalian kanal tersebut dilakukan berangsur dan bertahap sesuai dengan standar operasional prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan agar tidak merusak kelangsungan ekosistem yang ada.

Pemadatan jalur tanam merupakan proses selanjutnya dalam tahap penyediaan lahan. Hasil-hasil galian kanal dari proses kanalisasi tersebut kemudian dipadatkan dan diratakan menggunakan bulldozzer dan excavator. Pemadatan ini dilakukan bertujuan untuk memastikan lahan tidak digenangi air sehingga lahan siap untuk ditanami bibit-bibit kelapa hibrida. Setelah proses pemadatan lahan selesai, maka lahan-lahan tanam tersebut digali atau dibuat lubang-lubang tanam untuk persiapan penanaman bibit-bibit yang telah dipersiapkan. Lubang-lubang-lubang galian tersebut diberi pupuk yang sesuai dengan prosedur penanaman yang ditetapkan oleh tenaga ahli yang dipekerjakan oleh pihak perkebunan. Pada tahapan ini pemberian pupuk dasar

25 Pompong adalah sejenis perahu bermotor yang beroperasi di Pulau Burung yang memiliki ragam

kegunaan baik sebagai sarana transportasi air maupun sebagai sarana pengangkutan hasil-hasil perkebunan yang ada di Pulau Burung.


(31)

dimaksudkan untuk semakin menyuburkan lahan sehingga membantu pertumbuhan bibit-bibit kelapa hibrida yang ditanam kemudian. Adapun jenis-jenis pupuk dasar yang diberikan antara lain26:

1) Pupuk RP (Rhophospat) dengan takaran 500 gram per lubang, 2) Pupuk CuSO4 dengan takaran 20 gram per lubang,

3) Pupuk FeSO4 dengan takaran 50 gram per lubang, 4) Pupuk ZnSO4 dengan takaran 10 gram per lubang, dan 5) Pupuk Boraks dengan takaran 10 gram per lubang.

Setelah semua tahapan selesai dilakukan dan lahan sudah benar-benar siap untuk ditanami bibit-bibit kelapa hibrida, proses selanjutnya adalah memindahkan bibit-bibit kelapa hibrida dari polybag ke lubang tanam dengan cara menyayat bagian bawah polybag dan menarik bibit-bibit kelapa hibrida tersebut ke atas kemudian meletakkannya di lubang tanam yang telah teredia. Proses penyediaan lahan pertama ini berlangsung selama tahun 1986 dan berlanjut secara bertahap hingga mencapai luas sekitar 22.650 Ha. Luas lahan tanam bibit-bibit kelapa hibrida yang pertama kali dilakukan adalah 112 Ha dengan jumlah bibit pohon kelapa hibrida sekitar 18.243 batang (1986)27. Pada tahun 1990 pihak perkebunan mulai mengusahakan tanaman nanas. Bibit-bibit nanas tersebut berasal dari daerah lokal yang dibeli dari petani nanas kemudian dikembangkan sendiri oleh pihak perkebunan. Jenis bibit nanas yang diusahakan oleh perkebunan adalah nanas bangka. Pada tahun 1990 luas lahan pembibitan nanas yang diusahakan pertama kali sekitar 50 Ha dan mulai menghasilkan pada tahun 1993 dengan total

26 Wawancara, Rahmat Sugiono, Pulau Burung, tanggal 26 Nopember 2013. 27 Op.cit, hal. 2.


(32)

produksi sekitar 14.200 butir. Sementara untuk tanaman kelapa sawit baru dikembangkan oleh pihak perkebunan pada akhir tahun 1999 dengan total luas lahan usaha sekitar 33,5 Ha.

Luas lahan yang dimiliki oleh PT Riau Sakti United Plantations sebagian besar berada di Desa Pulau Burung. Perkebunan kelapa hibrida ini juga menjalin hubungan kerjasama dengan perkebunan kelapa hibrida milik masyarakat yang tergabung dalam Perkebunan Inti Rakyat yang berada di desa-desa tetangga, seperti Desa Manunggal Jaya, Desa Mayang Sari Jaya, dan beberapa desa lainnya. Desa-desa ini merupakan sarana pemukiman yang dibangun oleh pihak perkebunan yang ditujukan untuk membantu program pemerintah dalam hal transmigrasi penduduk, oleh karena itu desa-desa tersebut sering juga disebut sebagai “trans”. Kebanyakan masyarakat yang tinggal di desa-desa trans tersebut bermata pencaharian sebagai petani kelapa.

Lahan perkebunan seluas 22.650 Ha tersebut selain untuk area pengelolaan komoditas perkebunan juga diperuntukkan untuk sarana pemukiman tenaga kerja (perumahan), kantor-kantor perkebunan, sekolah-sekolah, puskesmas, rumah-rumah ibadah, akses transportasi baik darat maupun air, dan termasuk lahan kosong yang memiliki fungsinya masing-masing. Lahan kosong tersebut meliputi tanah lapang, kebun sayur yang diusahakan oleh tenaga kerja untuk kebutuhan sehari-hari, dan sebagian lagi hutan lindung yang masih terjaga serta dilindungi oleh pihak perkebunan sesuai dengan ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.

3.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi bisa didefinisikan merupakan salah satu mekanisme-mekanisme secara formal tentang pengolahan dari pengertian organisasi itu sendiri. Struktur organisasi mencakup unsur-unsur seperti spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Pada sebuah perusahaan,


(33)

pembuatan struktur organisasi perusahaan bukan hanya sekedar menggambarkan deskripsi terhadap wewenang dan tugas karyawan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi, anggota dalam organisasi tersebut wajib bertanggung jawab terhadap apa yang harus dipertanggungjawabkan. Struktur organisasi memberikan gambaran secara jelas mengenai pertanggungjawaban kepada pimpinan atau atasan yang telah memberikan kewenangan, karena selanjutnya pelaksanaan kewenangan tersebut harus dipertanggungjawabkan. Kedudukan setiap orang dalam perusahaan, terlihat pada struktur organisasi yang sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi, karena adanya keterkaitan penyelesaian pekerjaan terhadap suatu fungsi yang dipercayakan pada seseorang.

Lingkungan sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya.

Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding lingkungan yang dinamis. Karena


(34)

ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan menocba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.

PT Riau Sakti United Plantation yang telah berdiri sejak 1986 di Desa Pulau Burung merupakan sebuah perusahaan dengan struktur organisasi yang jelas dan tersistematis mulai dari pimpinan perusahaan sampai tenaga kerja yang paling bawah.

Pimpinan perusahaan PT Riau Sakti United Plantation dipegang langsung oleh seorang General Manager yang memiliki peran dan fungsi yang telah diatur. Seorang General Manager bertanggung jawab langsung akan keberlangsungan dan perkembangan perusahaan. General Manager kemudian dibantu oleh beberapa Vice General Manager atau Wakil General Manager yang bertanggung jawab langsung kepada General Manager dalam memberikan laporan perkembangan perusahaan. Kemudian Vice General Manager membawahi beberapa orang Assistant General Manager yang berperan langsung dilapangan dan bertanggung jawab langsung kepada Vice General Manager terhadap perkembangan maupun kondisi di lapangan. Assistant General Manager memiliki peran dan fungsi masing-masing tergantung pada fokus pekerjaannya, apakah di perkebunan atau di industri. Seorang Assistant General Manager biasanya membawahi beberapa orang Manager. Seorang Manager merupakan pimpinan dari departemen yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sebagai contoh, seorang manager di departemen Research and Advisory bertanggung jawab dalam hal penyediaan bibit tanaman produksi, pemeliharaan, dan penanaman bibit.

Garis koordinasi antara tiap-tiap departemen di dalam struktur organisasi PT Riau Sakti United Plantation, baik di perkebunan maupun di industri terhubung antara satu departemen


(35)

dengan departemen yang lainnya dengan jelas yang secara keseluruhan membidangi tanggung jawab serta fungsinya masing-masing. Adapun bagan struktur organisasi PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan dan PT Riau Sakti United Plantations-Industry dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Struktur Organisasi PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan

GENERAL MANAGER

VICE GENERAL MANAGER Finances,

Control & Audit

Assistant Manager Accounting

KABAG Accounting

Manager Finance Manager Divisi IA

Senior Assistant Manager Plantation Audit KABAG

Finance Audit

VICE GENERAL MANAGER PLANTATIONS Senior Manager RAA

& Nursery Manager QSD Senior Assistant Manager Quality Control Assistant General Manager Plantation Replanting Manager KTTA Manager HRD

Manager Area I

Manager Area II Manager Area

III Manager Area


(36)

Struktur Organisasi PT Riau Sakti United Plantations-Industry

3.5 Sistem Upah Karyawan

Gaji adalah suatu bentuk pembayaran periodik dari seorang majikan pada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja. Dari sudut pandang pelaksanaan bisnis, gaji dapat dianggap sebagai biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sumber daya manusia untuk menjalankan operasi, dan karenanya disebut dengan biaya personel atau biaya gaji. Sistem upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang diterima pekerja. Kompensasi ini merupakan bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa atas hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah sistem upah merupakan masalah yang penting karena menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan hidup mereka. Oleh karena itu tidak heran bila dari buruh hingga direktur, tidak ada topik yang lebih menarik dan sensitif daripada masalah gaji. Di Indonesia, peraturan mengenai penetapan upah minimum diatur dalam Peraturan Meteri

MANAGING DIRECTOR

GENERAL MANAGER

KETUA TKP MML/KAHIQMR INDEPENDET AUDITOR P2K3/AHLI K3

VICE GENERAL MANAGER ASSISTANT GENERAL MANAGER UTILITY SUPPORTS ASSISTANT GENERAL MANAGER GENERAL ASSISTANT GENERAL MANAGER KELAPA NANAS CAN MAKING LINE VICE GENERAL MANAGER QUALITY FINANCE & CONTROL MATERIALS


(37)

Tenaga Kerja No. 05/Men/1989. Di dalam peraturan menteri tersebut upah minimun terbagi atas tiga jenis, yaitu:

1. Upah Minimum Regional atau yang biasa dikenal dengan UMR. 2. Upah Minimum Sektor Regional, dan

3. Upah Minimum Sub Regional.

Melalui Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi, mengubah pemberlakuan Upah Minimum Regional (UMR) menjadi Upah minimum Propinsi (UMP) atau Upah minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang besarannya ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur dalam kurun waktu 1 tahun sekali. Upah Minimum Propinsi adalah suatu upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di suatu propinsi. Sedangkan Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah suatu upah minimum yang berlaku di suatu kabupaten/kota.

Seperti halnya di Pulau Burung, sistem pengupahan tenaga kerja mengikuti peraturan daerah Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hilir yang ditetapkan sesuai dengan upah minimum kota. Sesuai dengan peraturan tersebut, PT Riau Sakti United Plantations sebagai sebuah perusahaan yang taat akan peraturan pemerintah, menetapkan besaran gaji pokok yang diterima oleh tiap karyawan atau tenaga kerja yang bekerja di PT Riau Sakti United Plantations mulai dari Rp 1.300.000 per bulannya. Jumlah gaji yang diterima oleh tiap pekerja tentu saja berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaan dan tingkatan jabatan yang mereka peroleh di perusahaan. Perbedaan pembagian gaji tersebut ditentukan oleh manajemen perusahaan yang sesuai dengan standar operasional prosedur.


(38)

Upah yang diterima oleh karyawan di PT Riau Sakti United Plantations diperuntukkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup mereka, seperti biaya kebutuhan sehari-hari, kebutuhan untuk biaya sekolah anak-anak mereka, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang masuk dalam katergori kebutuhan sekunder dan terseier.

Setiap karyawan yang bekerja di PT Riau Sakti United Plantations memiliki kesempatan dan peluang yang sama dalam hal kenaikan upah atau gaji. Karyawan yang mendapat kenaikan gaji tersebut ditentukan berdasarkan tingkat prestasi kerja yang mereka lakukan dan dipromosikan oleh masing-masing pimpinan mereka di tiap-tiap departemen. Hal kenaikan gaji kemudian disampaikan kepada pihak personalia untuk kemudian dipertimbangkan dan diputuskan.

Upah ataupun gaji sebagai bentuk balas jasa dari pihak perusahaan kepada tenaga kerja yang bekerja diperusahaan diberikan setiap awal bulan dalam minggu pertama. Untuk karyawan yang bekerja di lapangan, gaji diberikan kepada tiap-tiap asisten wilayah yang bertanggung jawab di wilayahnya, sementara untuk karyawan golongan staff, wakil kepala bagian, kepala bagian, manager, sampai vice general manager, gaji yang berikan perusahaan masuk ke dalam rekening pribadi yang telah dianjurkan oleh perusahaan.

3.6 Pengelolaan Hasil Produksi

Kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan didefinisikan sebagai suatu kegiatan penanganan produk hasil perkebunan, sejak pemanenan hingga siap menjadi bahan baku atau produk akhir siap dikonsumsi, dimana didalamnya juga termasuk distribusi dan pemasarannya. Cakupan teknologi pascapanen dibedakan menjadi dua kelompok kegiatan besar, yaitu pertama: penanganan primer yang meliputi penanganan komoditas hingga menjadi produk


(39)

setengah jadi atau produk siap olah, dimana perubahan atau transformasi produk hanya terjadi secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi biasanya tidak terjadi pada tahap ini. Kedua:

penanganan sekunder, yakni kegiatan lanjutan dari penanganan primer, dimana pada tahap ini

akan terjadi perubahan bentuk fisik maupun komposisi kimiawi dari produk akhir melalui suatu proses pengolahan.

Secara umum, masalah penerapan teknologi maju dalam penanganan pascapanen hasil perkebunan masih banyak ditemui disekitar mata rantai pemasaran dan lebih banyak lagi ditemui pada tingkat daerah sentra produksi (farm). Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain:

1. Kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri,

2. Kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan pascapanen maupun informasi teknologi penanganan pascapanen itu sendiri,

3. Rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, misalnya tentang susut pascapanen sehingga berakibat kurangnya perhatian terhadap masalah mutu,

4. Belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat,

5. Masih kecilnya margin yang diperoleh untuk menutupi biaya operasi penanganan pascapanen, dan

6. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.


(40)

Dalam upaya meningkatkan pengelolaan hasil produksi, tindakan pemeliharaan tanaman merupakan hal pertama yang harus diperhatikan. Pemeliharaan tanaman bukan saja sekedar memberikan pupuk, tetapi juga menyiangi gulma, membersihkan tubuh tanaman, pemberian sanitasi, menanam tanaman sela, membuat parit drainase, memperbaiki teras pada lahan miring, dan menyulam tanaman mati.28

Dari beberapa penelitian tentang pengolahan kelapa, para petani biasanya enggan memberikan pupuk pada tanaman kelapanya. Hal ini dimungkinkan karena rekomendasi pemberian pupuk terhadap tanaman kelapa belum menarik perhatian mereka. Salah satu faktor pendukung produktivitas pertumbuhan tanaman kelapa adalah ketersediaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman itu sendiri.29

Pemberian air terhadap tanaman kelapa sangat diperlukan, terutama pada saat musim kemarau. Ketersediaan air yang cukup setiap tahunnya akan meningkatkan produktivitas tanaman kelapa, di Pulau Burung sendiri sistem kanalisasi sangat membantu dalam penyediaan air yang cukup bagi tanaman kelapa hibrida. Selain ketersediaan air, penyiangan gulma juga sangat penting, mengingat gulma merupakan tanaman salah satu tanaman parasit yang dapat menjadi penghalang pertumbuhan tanaman komoditas yang diusahakan.

PT Riau Sakti United Plantation dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil produksi usahanya telah melakukan hal-hal seperti yang dimaksudkan di atas, pemberian pupuk, penyiangan gulma, pembuatan parit drainase, hingga menanam tanaman sela dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja dibidangnya masing-masing. Perawatan tanaman produksi di lingkungan perusahaan sangat diperhatikan. Perkembangan tanaman, kontrol terhadap hama penyakit, dan panen buah telah diatur secara sistematis oleh pihak perusahaan.

28 Sukamto I.T.N. Ir. 2001, Upaya Meningkarkan Produksi Kelapa. Jakarta: Penebar Swadaya, hal. 34. 29 Ibid, hal. 35.


(41)

Seperti buah-buahan yang lainnya, pemanfaatan tanaman kelapa dimulai sejak masa panen. Tetapi sering kali buah kelapa dipanen sebelum masak, karena kebutuhan untuk konsumsi. Kriteria masaknya buah kelapa dapat diketahui dari perubahan warna kulit luar yang menjadi cokelat. Tandan buah kelapa pada umumnya terbentuk sebanyak 14 kali dalam 1 tahun, kira-kira 1 tandan tiap bulannya. Oleh karena itu, panen kelapa sering dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dalam 1 tahun.30

Frekuensi panen dapat dilakukan sebulan sekali dengan menunggu jatuhnya buah kelapa yang telah masak, akan tetapi sering kali dilakukan panen 2-3 tandan buah kelapa sekaligus. Tinggi rendahnya hasil yang dipanen sering kali dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman kelapa, umur tanaman kelapa, keadaan tanah dan iklim serta pemeliharaan.

Panen yang dilakukan di PT Riau Sakti United Plantations dikerjakan oleh tenaga borongan maupun tenaga harian. Buah kelapa yang telah dipanen kemudian dikupas kulit luarnya kemudian dikumpulkan sebelum dikirim ke industri untuk diolah. Panen dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana, yaitu dengan menggunakan tongkat bambu yang panjang untuk menjangkau tandan buah kelapa yang akan dipanen yang di ujungnya dikaitkan sebilah pisau yang berbentuk seperti celurit. Untuk mengupas kulit luar kelapa digunakan alat berupa tonggak kayu yang ditancapkan ke tanah setinggi kira-kira 70 cm yang di atasnya di berikan sejenis pisau tajam untuk mengupas kulit kelapa tersebut atau dalam bahasa lokal di

Pulau Burung disebut ”sulak”.

Buah kelapa yang sudah selesai dipanen dari perkebunan selanjutnya dikirim ke industri untuk diolah ke dalam beberapa bentuk komoditas yang akan diperdagangkan baik ke daerah-daerah terdekat, luar daerah-daerah, hingga ke pasaran luar negeri.

30 Suhardikono, L. 1988, Tanaman Kelapa, Budidaya dan pemanfaatannya, Yogyakarta: Kanisisus. hal:


(42)

Adapun hasil-hasil olahan yang dihasilkan oleh industri PT Riau Sakti United Plantation adalah:

1. Canned Pineapple/Nanas dalam Kaleng

2. Pineapple Juice Concentrate/Juice nenas

3. Desiccated Coconut/Kelapa Parut Kering

4. Can cream/Santan

5. Air Kelapa 6. Minyak Kelapa 7. Bungkil Kelapa

8. Arang Tempurung Kelapa 9. Kulit Nenas

Sementara itu, bagian-bagian tanaman kelapa lainnya seperti sabut kelapa, batang kelapa, daun, hingga lidinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan konsumsi lainnya, seperti batang kelapa untuk jembatan-jembatan kecil, lidi untuk sapu, sabut kelapa dan akar kelapa untuk kerajinan tangan rumah tangga.


(43)

BAB IV

PERKEMBANGAN PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS

4.1 Pembibitan Kelapa Hibrida

Hibridasi ataupun pembastaran adalah perkawinan atau persilangan antara 2 tanaman

sejenis yang berbeda sifatnya, sedangkan hasilnya disebut hibrida (bastar). Demikian pula pada tanaman kelapa, apabila dilakukan perkawinan atau persilangan antara dua kelapa yang berbeda sifatnya maka akan menghasilkan kelapa hibrida.

Tujuan pembibitan adalah untuk menghasilkan tanaman yang subur dan sehat dalam waktu yang relatif singkat. Keuntungan yang diperoleh dari bibit yang subur dan sehat antara lain adalah menghasilkan tanaman yang seragam, berbuah lebih awal, dan berproduksi tinggi.

Dalam pembibitan benih yang baik harus diambil dari pohon induk yang sudah diplih, berasal dari pohon induk dalam blok penghasil tinggi yang terpilih untuk kelapa dalam, dan dari kebun induk kelapa hibrida untuk benih kelapa hibrida. Benih harus dipilih dari buah kelapa yang berukuran dan berat yang normal, dengan bentuk bulat atau mendekati bulat, cukup tua, sehat, tidak cacat, tidak terserang hama penyakit, dan air buahnya cukup banyak. Adapun syarat pohon induk kelapa dalam yang baik untuk bibit kelapa yang akan ditanam adalah:

1. Umur tanaman antara 20-40 tahun.

2. Produksi terus-menerus dengan jumlah yang tinggi (80-120 butir/pohon/tahun).

3. Batang pohon yang kuat dan lurus dengan mahkota yang berbentuk sperical atau


(44)

4. Daun dan tangkainya kuat.

5. Bebas dari gangguan hama penyakit.

Buah yang baru saja dipetik tidak dapat langsung dikecambahkan, karena buah kelapa memerlukan masa istirahat selama lebih kurang 1 bulan. Apabila benih akan ditanam ada tempat yang cukup jauh dari sumber benih, waktu yang diperlukan untuk mengangkut benih harus diperhitungkan tidak lebih dari 1 bulan.31 Lokasi yang baik untuk pembibitan benih tanaman kelapa yang baik adalah memiliki topografi datar, drainase yang baik, dekat dengan sumber air, dan dekat dengan lokasi penanaman.

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan perkebunan, PT Riau Sakti United Plantations merupakan perusahaan yang mengusahakan komoditas-komoditas perkebunan seperti kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Adapun komoditas unggulan yang merupakan hasil produksi terbesar dari perusahaan ini adalah kelapa hibrida.

Dalam perkembangannya, perusahaan ini membuka lahan perkebunan yang sangat strategis di sebuah kawasan lahan basah berpori di Pulau Burung. Pengembangan usaha perkebunan tersebut berawal pada tahun 1985, di mana benih ataupun bibit kelapa hibrida yang ditanam pertama kali didatangkan dari luar daerah, tepatnya dari PTPN X Lampung32. Bibit-bibit kelapa hibrida tersebut dibeli dan kemudian dikelola dan ditanam pada lahan tanam persiapan pertama seluas kira-kira 50 Ha dan kemudian bertambah luas menjadi 112 Ha pada akhir tahun 1986.

31 Suhardikono, L. 1988, Tanaman Kelapa. Yogyakarta: Kanisius. hal. 35-36. 32 Wawancara, Rahmat Sugiono, Pulau Burung, tanggal 19 Nopember2013.


(45)

Kelapa hibrida merupakan tanaman kelapa hasil persilangan antara kelapa dalam (tall) dengan kelapa genjah (dwarf). Berikut ini beberapa jenis kelapa yang dapat diusahakan di perkebunan:

PB 121, merupakan kelapa hasil persilangan antara Malayan Yellow Dwarf atau Malayan

Red Dwarf dengan West Africaan Tall,

PB 113, merupakan kelapa hasil persilangan antara Completely Randomized Design dengan Rennell Tall,

PB 111, merupakan kelapa hasil persilangan antara Completely Randomized Design dengan West Africaan Tall,

KHINA (Kelapa Hibrida Indonesia), merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias

Yellow Dwarf dengan Tenga,

KHINA 2, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias Yellow Dwarf dengan jenis kelapa dari Bali, dan

KHINA 3, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias Yellow Dwarf dengan jenis kelapa dari Palu.

4.2 Penanaman Bibit Kelapa Hibrida

Dalam tahap penanaman bibit kelapa hibrida lokasi tanah atau kebun yang akan ditanami bibit kelapa hibrida yang luas dibedakan dalam 3 macam, yaitu: pembukaan lahan baru bekas hutan, pembukaan lahan baru bekas alang-alang, dan peremajaan kebun. Pulau Burung sebelum masuknya PT Riau Sakti United Plantations merupakan hutan, sehinga lahan yang akan ditanami bibit kelapa hibrida termasuk ke dalam kategori pembukaan lahan baru bekas hutan.


(46)

Faktor-faktor penanaman yang cukup berpengaruh pada produksi buah dan pertumbuhannya adalah jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan cara menanam.33 Adapun jarak tanam kelapa yang tepat yaitu antara 6x6 meter hingga 10x10 meter, lubang tanam yang dibuat sebaiknya dibuat 2 bulan sebelum bibit ditanam, ukuran lubang tanam yang dibuat tergantung pada jenis tanahnya. Ukuran bervariasi dari 60x60x60 cm sampai 100x100x100 cm. Sementara itu pemindahan bibit hendaknya dilakukan pada saat musim hujan dengan cara putaran.

Keberhasilan penanaman bibit kelapa hibrida dapat dilihat hasilnya pada tahun 1991, di mana hasil produksi pertama kelapa hibrida mulai dapat dirasakan berkat hasil kerja keras dan upaya yang diusahakan oleh para tenaga kerja yang bekerja di perkebunan. Berikut ini merupakan tabel perkembangan luas lahan dan jumlah pohon yang berhasil ditanam tahap demi tahap dari tahun 1986-2001:


(47)

Tabel III: Perkembangan Luas Lahan dan Jumlah Pohon Kelapa Hibrida Dari Tahun 1986-2001

TAHUN JUMLAH POHON LUAS LAHAN (Ha)

1986 18.243 112

1987 373.151 2530

1988 601.099 3990

1989 493.307 3093

1990 67.2421 5183

1991 47.2375 3992

1992 33.344 182

1993 22.420 123

1994 21.100 157

1995 20.129 112

1996 - -

1997 14.648 237

1998 - 45

1999 21.270 253

2000-2001 12.968 583

JUMLAH 2.776.475 20.593

Sumber: Departemen Plantations Administration PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan Tahun 2013 menjelaskan perkembangan luas area tanaman kelapa dan bibit yang berhasil ditanam dari tahun 1986-2001.


(48)

Penjelasan tabel:

 Tahun 1986 merupakan tahun awal penanaman bibit kelapa hibrida dengan luas lahan pertama seluas 112 Ha dengan jumlah pohon kelapa hibrida 18.243 batang pohon.

 Tahun 1987 luas lahan yang ditanam bibit kelapa hibrida 2.530 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 373.151 batang pohon. Peningkatan luas lahan dari 112 Ha menjadi 2.530 Ha didukung dengan efisiensi kerja dari tenaga kerja yang berhasil membuka lahan tahap demi tahap, sehingga berhasil melakukan penanaman bibit kelapa hibrida yang semula 18.243 batang pohon bertambah menjadi 373.151 batang pohon.

 Perluasan lahan terus dilakukan pihak perusahaan tahap demi tahap, sehingga pada tahun 1988 luas lahan bertambah 3.990 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 601.099 batang pohon.

 Tahun 1989 luas lahan bertambah 3.093 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 493.307 batang pohon. Konsistensi terhadap perluasan lahan penanaman kelapa hibrida tetap terjaga dengan jumlah pasokan bibit kelapa hibrida yang berhasil dikembangkan sendiri oleh pihak perusahaan, sehingga tidak perlu lagi melakukan pembelian bibit dari luar.

 Tahun 1990 luas lahan bertambah 5.183 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 672.421 batang pohon. Tahun 1990 dapat dikatakan sebagai tahun keberhasilan perluasan lahan dan penanaman bibit kelapa hibrida oleh pihak perusahaan. Hal ini didukung juga dengan jumlah tenaga kerja yang semakin ramai di lingkungan perusahaan perkebunan, baik dalam pengolahan lahan maupun dalam pembibitan kelapa hibrida.


(49)

 Tahun 1991 luas lahan bertambah 3992 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 472.375 batang pohon. Terjadi penurunan perluasan lahan tanam kelapa hibrida, hal ini dikarenakan pihak perusahaan mulai mengusahakan tanaman nanas.

 Tahun 1992 luas lahan bertambah 182 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 33.344 batang pohon. Penurunan drastis baik dalam luas lahan tanam maupun dalam jumlah bibit kelapa hibrida yang berhasil ditanam. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan yang merupakan lingkungan hutan lindung, sehingga tidak baik untuk pengeksploitasian lahan secara berlebihan karena telah diatur dalam Undang-Undang mengenai perlindungan terhadap kawasan hutan lindung serta ragam makhluk hidup yang berada di dalamnya.

 Tahun 1993 luas lahan bertambah 123 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 22.420 batang pohon.

 Tahun 1994 luas lahan bertambah 157 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 21.100 batang pohon.

 Tahun 1995 luas lahan bertambah 112 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 20.129 batang pohon.

 Tahun 1996 tidak ada aktifitas penambahan lahan dan penanaman pohon kelapa hibrida. Hal ini dikarenakan pada tahun ini pihak perusahaan memfokuskan diri untuk pengembangan usaha produksi yang lain di luar Pulau Burung dan tidak ada proses pembibitan.

 Penanaman kembali dilanjutkan pada tahun 1997 dengan luas lahan yang bertambah sekitar 237 Ha dengan jumlah penanaman bibit kelapa hibrida sebanyak 14.648 batang pohon.


(50)

 Pada tahun 1998 luas lahan bertambah 45 Ha namun tidak ada aktifitas penanaman pohon kelapa hibrida. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang tergenang air yang berkepanjangan sehingga pihak perusahaan berkesimpulan untuk tidak melakukan penanaman bibit kelapa hibrida.

 Tahun 1999 luas lahan bertambah 253 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 21.270 batang pohon.

 Pada tahun 2000-2001 luas lahan bertambah 583 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 12.968 batang pohon. Terjadi penurunan dari segi jumlah bibit kelapa hibrida yang ditanam, hal ini dikarenakan pihak perusahaan mulai melakukan pengembangan dalam penanaman bibit kelapa sawit.

Untuk mengelola dan mengusahakan pembibitan, pihak perusahaan memiliki laboratorium pengembangan bibit-bibit kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Benih-benih dari tiap-tiap tanaman yang berasal dari lahan perkebunan diteliti, dikembangkan dan dikelola secara mandiri oleh perusahaan sehingga mendorong untuk tidak mendatangkan dan membeli bibit-bibit komoditas yang diusahakan dari luar perusahaan. Kegiatan pembibitan ini diusahakan dan dikelola di area yang disebut Kebun Induk34 dan berada dibawah monitoring langsung Departemen Research and Advisory PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan.

4.3 Industri

Keberhasilan yang diperoleh dari penanaman bibit kelapa hibrida di Pulau Burung sebagai bagian dari PT Riau Sakti United Plantations serta permintaan pasar terhadap hasil

34 Kebun Induk merupakan area pembibitan tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit milik PT Riau

Sakti United Plantations yang dikelola dan diusahakan sendiri oleh pihak perusahaan dan berada dibawah monitoring langsung Departemen Research and Advisory serta dilengkapi dengan fasilitas laboratorium pembibitan untuk menjaga kualitas dari bibit yang dihasilkan.


(51)

olahan tanaman kelapa hibrida yang tinggi mendrong pihak perusahaan mendirikan basis pabrik pengolahan hasil perkebunan kelapa hibrida, sehingga pada tahun 1993 didirikan pabrik pengolahan di Pulau Burung dengan nama PT Riau Sakti United Plantations-Industry. Industri ataupun pabrik ini didirikan untuk menangani masalah produksi hasil kelapa dan santan kering sebagai bagian dari permintaan pasar untuk kemudian dipasarkan dan diekspor.

Dalam perkembangannya PT Riau Sakti United Plantations-Industry kemudian berkembang dan bergerak pada sektor industri dalam pengolahan hasil perkebunan kelapa hibrida dan nanas. Pada tahun 1993, industri diawali dengan dengan 1 line produksi desiccated

coconut dengan mesin dryer yang didatangkan dari Amerika Serikat dan pembangunan fasilitas

dermaga ekspor. Pada tahun 1994, industri melakukan perluasan produksi untuk pengoolahan minyak kelapa dan bungkil kopra serta mulai melakukan perluasan pabrik yang mengolah prduksi sabut kelapa. Pada tahun 1995, penambahan line 2 pabrik desiccated coconut bersama dengan perluasan dan peningkatan meat preparation untuk pembukaan 500.000 butir kelapa hibrida per hari dan kapasitas 2.000.000 butir kelapa hibrida pada nut storage dan ditahun yang sama pihak perusahaan mulai mendirikan pabrik untuk menangani produksi nanas kaleng dengan penambahan kapasitas 5 line produksi. Pada tahun 1996-1997 perluasan pabrik santan kaleng dengan penambahan pengoperasian 2 retort dan persiapan penambahan 3 line pabrik desiccated

coconut. Pada tahun 1998 persiapan penambahan 8 line untuk produksi nanas kaleng.

Pihak industri juga melakukan kerja sama dengan beberapa instansi terkait untuk mendorong kelancaran produksi. Berikut ini beberapa bentuk kerja sama yang dilakukan oleh PT Riau Sakti United Plantations35:


(52)

1. Kerjasama dengan Disnaker Kabupaten  pelaporan tenaga kerja dari mulai masuk dan dalam urusan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) dan memenuhi regulasi.

2. Kerjasama dengan PT Jamsostek  untuk urusan penyetoran iuran Jamsostek seluruh tenaga kerja dan urusan dokumentasi jamsostek seluruh tenaga kerja.

3. Dirjen Pajak  penyetoran pajak penghasilan dan dokumentasinya.

4. Kerjasama dengan KLH/BLH (Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Lingkungan Hidup)  dalam upaya melestarikan lingkungan.

5. Kerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Pulau Burung  dalam mengoptimalkan kesehatan masyarakat.

6. Kantor Pelayanan Bea Cukai Kabupaten  untuk lalu lintas barang keluar dan masuk. 7. Kerjasama dengan Badan Perijinan  mengurus dan memperpanjang ijin-ijin yang

diperlukan.

8. Kerjasama dengan Dispenda  pajak dan retribusi daerah.

9. Kerjasama dengan Kantor Imigrasi  untuk lalu lintas orang-orang asing. 10.Kerjasama dengan Syahbandar  lalu lintas alat angkut air.

11.Kerjasama dengan Karantina Pelabuhan (Departemen Kesehatan)  untuk memastikan pemenuhan spesifikasi persyaratan kesehatan barang keluar.

4.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika


(53)

penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja36.

Jenis-jenis tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Berdasarkan Penduduknya

a) Tenaga kerja, yaitu seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja adalah mereka yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

b) Bukan tenaga kerja, yaitu mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja meskipun ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

2) Berdasarkan batas kerja

a) Angkatan kerja, yaitu mereka dengan usia produktif antara 15-64 tahun, yang sudah memiliki pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.


(54)

b) Bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang berusia 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya. Contoh dari bukan angkatan kerja adalah: anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pengangguran sukarela. 3) Berdasarkan kualitasnya

a) Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal.

b) Tenaga kerja terlatih, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidang tertentu dengan pengalaman kerja yang diperoleh secara berulang-ulang.

c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, yaitu mereka yang bekerja dengan mengandalkan tenaga saja, seperti buruh kasar.

Peranan perkebunan dalam perkembangan sejarah Indonesia sendiri memiliki peranan yang cukup penting. Keberadaan suatu perkebunan baik itu dalam skala kecil maupun skala besar seperti sebuah perusahaan tentu saja mampu menyerap tenaga kerja sehingga mampu menekan angka pengangguran penduduk itu sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat perkembangan sebuah wilayah tidak terlepas dari sumber penghasilan yang terdapat di wilayah tersebut. Seperti halnya di Pulau Burung, pendirian perusahaan perkebunan kelapa hibrida semula bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada penduduk serta memberikan ruang kepada para petani transmigran dari Pulau Jawa untuk mengolah lahan kosong yang diupayakan ooleh pihak perusahaan sebagai wujud dalam menekan angka pengangguran tersebut.

Secara historis, tenaga kerja yang pertama sekali didatangkan langsung oleh PT Riau Sakti United Plantations berasal dari Pulau Jawa. Para tenaga kerja yang akan dipekerjakan di perkebunan kelapa hibrida milik PT Riau Sakti United Plantations terdaftar dalam program


(55)

transmigrasi yang pada saat itu merupakan program pemerintahan masa orde baru. Tenaga kerja yang akan diberangkatkan ke perkebunan pertama sekali berjumlah sekitar 100 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Biaya perjalanan sampai ke tempat tujuan mereka akan bekerja ditanggung oleh pihak penyelenggara yaitu PT Riau Sakti United Pantations. Dalam perkembangannya, PT Riau Sakti United Plantations mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang luas untuk menunjang kegiatan produksi sebagai sebuah perusahaan padat karya. Tenaga kerja yang dipekerjakan di PT Riau Sakti United Plantations sangat beraneka ragam mengingat skala produksi serta pengelolaan manajemen perushaan yang cukup luas. Hampir sebagian besar penduduk di Pulau Burung merupakan tenaga kerja yang bekerja di bawah naungan PT Riau Sakti United Plantations.

Untuk PT Riau Sakti United Plantations-Industry jumlah tenaga kerja yang bekerja di pabrik sekitar 4.453 orang. Adapun tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja PT Riau Sakti United Plantations-Industry dan Outsourcing yang ada di wilayah pabrik. Outsourcing tersebut merupakan milik tokoh-tokoh masyarakat Pulau Burung dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan biasanya yang direkut dan dipekerjakan adalah penduduk lokal. Untuk PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan, jumlah tenaga kerja yang bekerja di perkebunan sekitar 1.800 orang. Secara keseluruhan tenaga kerja tersebut berada di bawah naungan PT Riau Sakti United Plantations dengan perjanjian kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan sesuai dengan Peraturan Undang-Undang Ketenaga Kerjaan dan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.


(56)

BAB V

PENGARUH PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS DI PULAU BURUNG SAMPAI DENGAN TAHUN 2001

5.1 Bidang Ekonomi Penduduk

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah indikator untuk tingkat kesejahteraan ekonomi suatu bangsa pada suatu negara atau masyarakat suatu daerah. Selain itu, pemerataan pendapatan, tingkat kemiskinan, pendapatan per kapita, angka pengangguran, sampai tingkat mortalitas bayi juga merupakan indikator untuk tingkat kesejahteraan sebuah daerah. Semakin baik tingkat perekonomian sebuah daerah maka semakin sejahtera rakyatnya dan semakin maju pula daerah itu.37

Kelapa hibrda memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu, tidak sedikit petani maupun perusahaan perkebunan di Indonesia yang mengusahakan tanaman ini. Produk kelapa yang memiliki nilai ekonomi yang paling tinggi adalah minyak kelapa. Minyak kelapa berasal dari daging buah segar atau dari kopra.

PT Riau Sakti United Plantations yang berdiri di Kecamatan Pulau Burung sejak tahun 1986 telah memberikan perubahan yang sangat besar dalam kaitannya dengan pembangunan serta perkembangan wilayah di Pulau Burung khususnya dalam bidang ekonomi masyarakat. Keberadaan perusahaan perkebunan ini saat ini menjadi tulang punggung perekonomian sebagian besar penduduk yang berdomisili di Pulau Burung.

37 Purba, Elisa. 2012, Kelapa Sawit Rakyat: Hubungannya Dengan Perkembangan Kecamatan Bagan


(57)

Pada awal sebelum masuknya perkebunan kelapa hibrida, Pulau Burung dapat dikatakan sebagai sebuah daerah yang tertinggal dari segi perekonomian dibandingkan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Tidak ada pembangunan, infrastruktur yang minim, serta lapangan pekerjaan yang jarang. Seiring dengan perkembangan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung, perkembangan infrastruktur pun semakin membaik. Dengan perkembangan infrastruktur yang semakin baik tentu diikuti dengan perkembangan ekonomi yang semakin membaik pula. Hal ini ditandai dengan mulai berdirinya pasar serta pertokoan sebagai pusat perdagangan di Pulau Burung.

5.2 Bidang Demografi

Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein yang berarti tulisan. Secara sederhana, demografi dapat diartikan sebagai catatan atau tulisan mengenai rakyat atau penduduk. Istilah demografi sendiri pertama kali dipakai oleh seorang ahli yaitu Achille Guillard (1885). Menurut Philip M. Hauser dan Duddley Duncan, demografi adalah ilmu yangg mempelajari jumlah, sebaran teritorial, dan komposisi penduduk serta perubahan penduduk karena fertilitas, mortalitas, migrasi, dan mobilitas sosial.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan suatu wilayah dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan serta persebaran penduduk yang mendiami suatu wilayah tersebut. Persoalan mengenai migrasi penduduk dari suatu wilayah ke wilayah yang baru seringkali dikaitkan dengan beberapa faktor antara lain, keadaan geografis sebuah wilayah, sosial, ekonomi, politik, ekologi, dan beberapa aspek kehidupan yang lainnya. Permasalahan-permasalahan tersebut memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda dalam perkembangan kehidupan masyarakat dan mempengaruhi tujuan masyarakat tersebut untuk melakukan migrasi ke wilayah yang baru.


(58)

Sebagai contoh, semakin tinggi tingkat perekonomian dan kesejahteraan suatu wilayah maka akan semakin tinggi minat masyarakat untuk melakukan migrasi ke wilayah tersebut.

Terkadang perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain secara spontan diakibatkan oleh peluang untuk mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih terbuka dibandingkan dengan yang ada di kampung halaman mereka sebagai bagian dari tujuan memepertahankan kehidupan mereka.

Seperti halnya di Pulau Burung, sebelum dibukanya perkebunan kelapa hibrida daerah ini bisa dibilang sangat terisolir dari daerah luar dan hanya sedikit penduduk yang bermukim di Pulau Burung. Seiring dengan perkembangan perkebunan kelapa hibrida tersebut kesempatan kerja yang luas diberikan oleh pihak perusahaan kepada penduduk menyebabkan pertumbuhan penduduk di Pulau Burung dapat dikatakan tidak sehat. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Pulau Burung diperkirakan berjumlah 16.781 orang dengan tingkat pertumbuhan penduduk 5,01 % per tahunnya38.

Penduduk di Kecamatan Pulau Burung dapat diklasifikasikan pada kategori masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, dan budaya. Keanekaragaman penduduk ini berkaitan dengan program pemerintah dengan sistem transmigrasi, suku Jawa yang merupakan bagian utama dari program transmigrasi tersebut menempati daerah-daerah perkebunan, selain itu juga terdapat beberapa suku lainnya yang terdorong untuk bermigrasi ke Pulau Burung dikarenakan kesempatan untuk memperbaiki kesejahteraan hidup mereka yang cukup besar. Suku-suku tersebut adalah suku Batak (Tapanuli, Simalungun, Mandailing, dan Karo), suku Minang yang terkenal dengan perdagangannya, suku


(59)

Banjar yang berasal dari daerah Hulu Tembilahan, Etnis Tionghoa yang merupakan pelopor pertokoan yang terdapat di Pulau Burung, dan beberapa suku lainnya. Khusus untuk etnis Tionghoa, sebagian besar penduduk dari etnis ini bermata pencaharian sebagai pedagang, baik dalam skala kecil maupun sebagai pedagang besar di Pulau Burung.

5.3 Bidang Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan tujuan tersebut dapat diharapkan akan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang baik pada kelanjutannya memperoleh kehidupan yang sehat dan produktif.

Sebelum dibukanya perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung, masyarakat tidak terlalu mengenal akan pengobatan melalui rumah sakit, puskesmas, ataupun balai pengobatan lainnya seperti saat ini. Sistem pengobatan yang berkembang pada saat itu masih bersifat tradisional dan menggunakan media dukun kampung. Sejalan dengan perkembangan perusahaan perkebunan kelapa hibrida di Pulau Burung mulai didirikan balai-balai pengobatan yang bertujuan untuk melayani kesehatan masyarakat. Adapun balai-balai pengobatan tersebut dalam bentuk Puskesmas, Poliklinik, dan beberapa tempat praktek dokter. Pihak perusahaan sendiri mendirikan balai pengobatan yang dikelola oleh manajemen perusahaan dalam bentuk poliklinik yang terbuka untuk umum. Tercatat ada dua poliklinik milik perusahaan yang beroperasi di Pulau Burung, baik itu di kawasan industri dan di kawasan perkebunan. Dengan berdirinya PT Riau Sakti United Plantations yang turut berperan dalam menciptakan kehidupan masyarakat Pulau Burung yang lebih sehat dan produktif sudah didirikan 8 Puskesmas, 2 Poliklinik milik


(60)

perusahaan, dan beberapa tempat praktek dokter yang seluruhnya bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang ada di Pulau Burung.

5.4 Bidang Pendidikan

Pendidikan adalah sarana yang digunakan untuk mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan pendidikan penduduknya. Semakin maju tingkat dan kualitas pendidikan yang dimiliki sebuah daerah, maka semakin meningkat pula kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pendidikan yang dimaksud dapat diperoleh melalui jenjang formal seperti dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, hingga pada tingkat perguruan tinggi, selain itu pendidikan juga dapat diperoleh melalui jenjang informal, seperti kursus.

Perhatian akan pentingnya pendidikan di Pulau Burung sampai didirikannya PT Riau Sakti United Plantations masih sangat memprihatinkan. Menurut sumber informasi yang diperoleh hanya terdapat satu Sekolah Dasar Negeri saja yang diperuntukkan bagi anak-anak penduduk di Pulau Burung pada saat itu. Sejalan dengan perkembangannya, ditandai dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat pertumbuhan ekonomi penduduk pasca didirikannya PT Riau Sakti United Plantations, tingkat kesadaran akan pentingnya keberadaan pendidikan di tengah-tengah masyarakat meningkat, maka didirikanlah sekolah-sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keberadaan sekolah-sekolah yang didirikan tersebut memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi masyarakat, hal ini juga membantu pemerintah dalam memberantas jumlah penduduk yang buta huruf.


(61)

Di Pulau Burung, pasca berdirinya PT Riau Sakti United Plantations tahun 1985 terdapat 48 sekolah baik negeri maupun swasta, yang terdiri dari 7 Taman Kanak-kanak, 27 Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta, 10 Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta, dan 4 Sekolah Menengah Atas Negeri. Karena kesadaran akan pentingnya pendidikan, tidak jarang penduduk di Pulau Burung menyekolahkan anaknya ke luar daerah yang merupakan kota-kota terdekat dan kota-kota besar seperti, Tembilahan, Rengat, Tanjung Balai Karimun, Batam, Pekan Baru, Padang, Medan, dan ada juga yang menyekolahkan anaknya sampai ke Pulau Jawa.

Pada awalnya tingkat kesadaran penduduk di Pulau Burung akan pentingnya pendidikan masih sangat rendah, bahkan banyak di antara mereka yang tidak pernah mengecap pendidikan formal sama sekali. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan serta keberadaan PT Riau Sakti United Plantations yang turut berperan dalam membangun kualitas pendidikan yang baik dan merata bagi semua lapisan masyarakat di Pulau Burung, kebutuhan akan pendidikan perlahan mulai meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah lulusan dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan baik dari kualitas maupun kuantitasnya.

5.5 Bidang Transportasi

Sarana dan prasarana transportasi merupakan hal terpenting dalam perkembangan kelancaran lalu lintas dalam sebuah wilayah. Secara definitif, transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara.

Dengan dibukanya perkebunan PT Riau Sakti United Plantations, perkembangan transportasi di Pulau Burung semakin membaik. Pulau Burung sebagian besar wilayahnya


(62)

merupakan daerah rawa-rawa dan sungai, sehingga alat transportasi yang paling utama adalah transportasi air. Alat transportasi air ini berkembang lebih pesat daripada alat transportasi darat mengingat topografi Pulau Burung yang merupakan lahan gambut dengan kondisi rawa-rawa. Selain sebagai sarana transportasi penduduk, transportasi air di Pulau Burung juga berfungsi sebagai jalur pengangkutan hasil-hasil produksi perkebunan yang kemudian di salurkan ke industri atau pabrik.

Di Kecamatan Pulau Burung sudah terdapat pelabuhan-pelabuhan antar daerah seperti pelabuhan ke Sungai Guntung, Batam, Tembilahan, Tanjung Batu, Tanjung Balai Karimun, dan ke beberapa daerah lainnya yang keseluruhan dapat ditempuh melalui transportasi air. Pelabuhan-pelabuhan tersebut merupakan hasil kerjasama pihak perusahaan dengan pihak Syahbandar Pulau Burung yang bertujuan untuk melayani sarana pengangkutan penduduk di Pulau Burung. Adapun jenis-jenis transportasi tersebut adalah pompong, speed boat, motor viber,

kapal ferry, dan sampan. Untuk jalur transportasi darat, penduduk masih menggunakan sepeda

motor dan tidak ada sarana transportasi darat seperti mobil, bus umum,dan angkutan desa maupun kota, hal ini dikarenakan tidak adanya pembangunan jalan beraspal yang menyentuh Kecamatan Pulau Burung.


(63)

BAB VI

KESIMPULAN

Sudah sejak lama Indonesia dikenal sebagai sebuah bangsa yang mayoritas penduduknya merupakan petani. Hal ini didorong oleh berlimpahnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia serta didukung dengan tanahnya yang subur.

Salah satu contoh dari kekayaan yang dimiliki oleh alam Indonesia itu ada di Kecamatan Pulau Burung. Sebuah kecamatan yang berada di wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Sebelum masuknya perkebunan kelapa hibrida, Kecamatan Pulau Burung sekarang ini merupakan sebuah wilayah dengan hamparan hutan yang membentang di sepanjang pesisir pantai timur Sumatera. Merupakan sebuah daerah dengan kondisi yang masih tertinggal.

Masuknya perkebunan kelapa hibrida yang diprakarsai oleh PT Riau Sakti United Plantation, sebuah perusahaan perkebunan yang mengusahakan pertanian kelapa dengan media lahan gambut, membawa perubahan yang sangat signifikan dari keadaan sebelumnya. Kemajuan-kemajuan serta perkembangan dalam aspek-aspek kehidupan mulai dapat dirasakan, seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dari sebelumnya, pertambahan penduduk yang ramai padat, serta perkembangan sarana dan prasarana penunjang kehidupan lainnya dapat dilihat setelah masuknya perkebunan kelapa hibrida di wilayah ini.

PT Riau Sakti United Plantations resmi berdiri di Kecamatan Pulau Burung pada tanggal 7 Januari 1986. Perlahan mulai mengembangkan usahanya di Pulau Burung melalui penanaman kelapa hibrida yang kemudian menjadi komoditas unggulan dan menjadi ciri khas dari perusahaan perkebunan ini di Pulau Burung. Seperti yang diketahui bahwa kelapa merupakan tanaman yang seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.


(1)

berkat bantuan segala fasilitas yang tersedia yang penulis peroleh di Fakultas Ilmu Budaya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

 Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum. sebagai Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak nasehat serta motivasi kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sejarah, juga kepada Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si sebagai Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

 Para Dosen Penguji, Drs. Edi Sumarno, M.Hum, Dra. Nurhabsyah, M.Si, Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, Dra. Haswita, M.SP., dan Drs. Samsul Tarigan.

 Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada seluruh bapak/ibu dosen penulis terkhusus di Departemen Sejarah, semoga ilmu yang diberikan dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, juga kepada Bang Amperawira selaku Tata Usaha Departemen Sejarah atas bantuannya kepada penulis dalam mengurus hal-hal administrasi.

 Bapak Ir. Irfan Haryanto sebagai informan penulis dalam mengumpulkan sumber-sumber untuk menyelesaikan skripsi ini dan beberapa informan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.

 Seluruh teman-teman seperjuangan di keluarga besar Mahasiswa Sejarah USU terkhusus untuk stambuk 2009 (Saddam Pulungan, Apul Ginting, Noel Sitompul, Hunter, Roni, Tata Ginting, Muklis, Fani, Rona, Poly, Dedi, Lala, Gian, dan teman-teman stambuk ’09 lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu).

 Seluruh teman-teman TIMNAS (Bang Iwan, Bang Sozi, Bang Doddy, Jabal, Bobbie, David, Leo, Rian, Jacob, Roy, Harapan, Tommy, Niel, Joshua, Fenrico, Riza, Napol,


(2)

hari yang sudah kita lalui. Semoga dikemudian hari TIMNAS akan menjadi lebih baik lagi.

 Juga penulis ucapkan terima kasih untuk Renita D. Simanjuntak yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Dan kepada semua oknum yang terlibat dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi dan studi penulis selama menuntut ilmu di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara..

Dengan penuh rasa suka cita penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar selalu diberikan kesehatan dan berkat dalam melakukan tiap kegiatan maupun aktivitas sehari-hari. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat maupun arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, skripsi ini tidak luput dari kekurangan maupun kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2014

Penulis


(3)

ABSTRAK

Masyarakat Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai masyarakat agraris. Hal ini didorong oleh kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu bentuk dari kegiatan agraris yang kita kenal adalah perkebunan. Perkebunan merupakan salah satu mata pencaharian penting yang mampu menopang perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk yang dilakukan oleh PT Riau Sakti United Plantations di Kecamatan Pulau Burung yang telah berubah menjadi tonggak kehidupan sebagian besar masyarakat di Kecamatan Pulau Burung.

Skripsi ini bersifat deskriptif naratif dimana penulis mencoba menjelaskan dan mengungkapkan serta menceritakan secara ringkas dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai PENGARUH PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH PULAU BURUNG, KABUPATEN INDRAGIRI HILIR-RIAU (1985-2001). Dalam penulisan ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu heuristik (pengumpulan sumber/data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis sumber), dan historiografi (tahapan penulisan).


(4)

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMAKASIH

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ……...……….1

1.2 Rumusan Masalah ………..………....8

1.3 Tujan dan Manfaat Penelitian ...………9

1.4 Tinjauan Pustaka ………10

1.5 Metode Penelitian ………...12

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung ……….15

2.2 Pulau Burung Sampai 1985 ………...17

2.3 Keadaan Penduduk ………19

2.4 Mata Pencaharian Penduduk ………20

BAB III PEMBUKAAN PERKEBUNAN PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS 1985 3.1 Latar Belakang Pendirian Perkebunan PT Riau Sakti United Plantations ...25


(5)

3.2 Profil Perusahaan PT Riau Sakti United Plantations …….………..28

3.2.1 Kebijakan Sosial Lingkungan ……...……….……….....29

3.2.2 Pemberdayaan Masyarakat Setempat …….……….30

3.2.3 Kebijakan Mutu …….……….31

3.2.4 Pengolahan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) ………….32

3.3 Penyediaan Lahan ………...35

3.4 Struktur Organisasi Perusahaan …...39

3.5 Sistem Upah Karyawan …………..……….42

3.6 Pengelolaan Hasil Produksi……….……….46

BAB IV PERKEMBANGAN PT RIAU SAKTI UNITED PLANTATIONS 4.1 Pembibitan Kelapa Hibrida ………50

4.2 Penanaman Bibit Kelapa Hibrida ……….………...52

4.3 Industri ………...………..57

4.4 Tenaga Kerja ………59

BAB V PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA DI WILAYAH PULAU BURUNG SAMPAI DENGAN TAHUN 2001 5.1 Bidang Ekonomi Penduduk ……….63


(6)

5.3 Bidang Kesehatan ……….66

5.4 Bidang Pendidikan ………67

5.5 Bidang Transportasi ……….68

BAB VI KESIMPULAN ………70

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN