38
melakukan penelitian hama Sexava sp. Pada tahun 1927 terjadi kembali serangan hama Sexava sp bersamaan dengan kekeringan yang panjang. Akibat serangan hama dan kemarau yang panjang
dilaporkan kurang lebih 100.000 pohon kelapa mati. Pemerintah Belanda kemudian mendirikan Klapper Proefstation Stasiun Percobaan Kelapa pada tahun 1930 dengan kantor bertempat di Sario Manado
dan kebun percobaan di Mapanget. Dr. A. Reyne, seorang ahli zoology, sebagai kepala Stasiun Percobaan ditugaskan melakukan usaha-usaha pemberantasan hama Sexava sp. Ia dibantu oleh Dr. P.L.M. Tammes
dan Ir. Tulner. Hasil penelitian yang menonjol saat itu adalah seleksi dan koleksi lebih dari 40 kultivar kelapa dari berbagai daerah.
Sesudah Indonesia Merdeka 1945, Penelitian kelapa dilanjutkan pemerintah Indonesia dan mendapat perhatian lebih besar pada tahun 1955
– 1961, terutama setelah merosotnya eksport kopra Indonesia. Seorang ahli pemuliaan tanaman FAO berkebangsaan Jerman, Diplm. Img. A.F. Ihne
didatangkan untuk melakukan inventarisasi, seleksi dan hibridisasi materi-materi yang telah dikumpulkan Tammes. Klimaks dari perhatian pemerintah Indonesia terhadap penelitian kelapa terjadi pada tahun 1961
yaitu dengan didirikannya Lembaga Penelitian Tanaman Lemak. Lembaga ini diubah namanya menjadi Lembaga Penelitian Kelapa dan Jenis-jenis Tanaman Lemak Lainnya pada tahun 1962 yang selanjutnya
bergabung dengan Lembaga Penelitian Serat dan Jenis-jenis Tanaman Industri LPTI pada tahun 1967.
3.1 Latar Belakang Pendirian Perkebunan PT Riau Sakti United Plantations
Pada hamparan sebagian Pulau Sumatera yang tenang di Propinsi Riau, Sumatera Bagian Timur, terdapat lahan perkebunan tanaman kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit seluas kurang
lebih 100.000 hektar. Dengan kondisi ini sangat dimungkinkan dengan sinergi inovasi, kerja keras, dan dedikasi tanpa henti dalam sebuah visi untuk muncul sebagai sebuah perkebunan dan
industri kelapa hibrida yang paling komprehensif dan terpadu di dunia. Menekankan pada intensifikasi tanaman dan perkebunan kelapa pertama yang berhasil pada lahan basah berpori di
dunia.
Universitas Sumatera Utara
39
Lahan basah berpori memungkinkan terjadi rembesan air dalam jumlah yang banyak dan penguapan yang berlebihan terutama terjadi pada saat musim kering. Sehingga lahan basah ini
cocok dan subur untuk budidaya tanaman kelapa hibrida. Hal ini juga didukung dengan saluran irigasi yang baik dengan adanya kanalisasi yang memungkinkan pengairan tetap terjaga
sepanjang tahunnya. Memperhatikan beberapa faktor tersebut, maka pada tahun 1985 didorong dengan
keberhasilan berdirinya PT Pulau Sambu Kuala Enok dan PT Pulau Sambu Guntung, PT Pulau Sambu kembali melebarkan sayap usahanya di Pulau Burung dengan mendirikan PT Riau Sakti
United Plantations yang juga merupakan sebuah perusahaan padat karya yang juga bergerak pada pengelolaan hasil perkebunan kelapa hibrida dengan media lahan gambut. Sesuai dengan kutipan
dari daftar keputusan Menteri Kehakiman tertanggal 24 Januari 1986 nomor C2- 500HT01.01TH86, Menteri Kehakiman memutuskan menetapkan berdasarkan hukum yang
berlaku untuk perseroan terbatas memberikan persetujuan atas akta pendirian perseroan terbatas “PT Riau Sakti United Plantations” berkedudukan di Jakarta yang dibuat tanggal 2 Maret 1978
nomor 5 di hadapan Notaris Henk Limanow diperbaiki tanggal 18 Oktober 1984 nomor 20 dan akta tertanggal 7 Januari 1986 yang ddiajukan oleh seorang pengusaha bedarah Cina-Singapura
yaitu Tay Juhana. Berdirinya perusahaan perkebunan di Pulau Burung ini telah memberikan bukti bahwa
dengan memperhatikan beberapa faktor, lahan gambut dapat diolah dengan baik dan dapat menghasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan. Sejak berdiri pada tahun 1985, PT Riau
Sakti United Plantations telah membuktikan diri sebagai pionir dalam hal pengolahan lahan basah gambut tersebut dengan manajemen irigasi yang baik. PT Riau Sakti United Plantations
juga membantu pemerintah mengatasi jumlah pengangguran. Keberadaan perusahaan ini
Universitas Sumatera Utara
40
membuka lapangan pekerjaan yang luas untuk penduduk yang berada di lingkungan perkebunan maupun dari luar daerah Pulau Burung. Hal ini dibuktikan dengan memeberikan ruang bagi para
petani yang berasal dari Jawa untuk merantau ke lahan kosong yang telah disediakan oleh pihak perusahaan tersebut untuk diberdayakan. Lahan kosong tersebut merupakan sebuah kesatuan dari
Perkebunan Inti Rakyat yang diperuntukkan bagi masyarakat transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa dan dikenal dengan sebutan Sarana Pemukiman.
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah yang paling berpotensi untuk pemanfaatan
budidaya tanaman kelapa di Propinsi Riau. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel II: Daerah Potensi Bahan Baku Kelapa di Propinsi Riau Tahun 2001
KabupatenKota Tahun
Luas Area Ha Produksi Ton
Kuantan Singingi 2001
7.160,00 17.663,16
Indragiri Hulu 2001
1.688,00 1.551,24
Indragiri Hilir 2001
220.813,00 330.225,00
Pelalawan 2001
21.329,50 230.782,40
S i a k 2001
2.034,00 1.070,00
Kampar 2001
2.726,00 1.560,00
Rokan Hulu 2001
1.344,00 4.876,70
Bengkalis 2001
48.198,00 58.643,80
Kota Dumai 2001
2.027,00 4.387,00
Jumlah 307.319,50
650.759,30
Sumber: http:www.dekindo.commedia.php?propinsi=3 diakses pada 20 Nopember 2013
Universitas Sumatera Utara
41
Berdasakan tabel yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 Kabupaten Indragiri Hilir menempati urutan pertama daerah potensi bahan baku kelapa di Propinsi Riau
dengan total luas area lahan perkebunan kelapa 220.813 Ha dengan total produksi 330.225 ton per tahun. Mengikut kemudian Kabupaten Bengkalis dengan total luas area lahan perkebunan
kelapa 48.198 Ha dengan total produksi 58.643,80 ton per tahun dan yang terakhir adalah Kabupaten Rokan Hulu dengan total luas lahan perkebunan kelapa 1.344 Ha dengan total
produksi 4.876,70 ton per tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pulau Burung yang berada di wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir adalah daerah yang sangat berpotensi untuk
pengembangan budidaya tanaman kelapa, khususnya tanaman kelapa hibrida yang diusahakan oleh PT Riau Sakti United Plantation.
3.2 Profil Perusahaan PT Riau Sakti United Plantations