65
Kelapa hibrida merupakan tanaman kelapa hasil persilangan antara kelapa dalam tall dengan kelapa genjah dwarf. Berikut ini beberapa jenis kelapa yang dapat diusahakan di
perkebunan: PB 121, merupakan kelapa hasil persilangan antara Malayan Yellow Dwarf atau Malayan
Red Dwarf dengan West Africaan Tall, PB 113, merupakan kelapa hasil persilangan antara Completely Randomized Design
dengan Rennell Tall, PB 111, merupakan kelapa hasil persilangan antara Completely Randomized Design
dengan West Africaan Tall, KHINA Kelapa Hibrida Indonesia, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias
Yellow Dwarf dengan Tenga, KHINA 2, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias Yellow Dwarf dengan jenis
kelapa dari Bali, dan KHINA 3, merupakan kelapa hasil persilangan antara Nias Yellow Dwarf dengan jenis
kelapa dari Palu.
4.2 Penanaman Bibit Kelapa Hibrida
Dalam tahap penanaman bibit kelapa hibrida lokasi tanah atau kebun yang akan ditanami bibit kelapa hibrida yang luas dibedakan dalam 3 macam, yaitu: pembukaan lahan baru bekas
hutan, pembukaan lahan baru bekas alang-alang, dan peremajaan kebun. Pulau Burung sebelum masuknya PT Riau Sakti United Plantations merupakan hutan, sehinga lahan yang akan ditanami
bibit kelapa hibrida termasuk ke dalam kategori pembukaan lahan baru bekas hutan.
Universitas Sumatera Utara
66
Faktor-faktor penanaman yang cukup berpengaruh pada produksi buah dan pertumbuhannya adalah jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan cara menanam.
33
Adapun jarak tanam kelapa yang tepat yaitu antara 6x6 meter hingga 10x10 meter, lubang tanam yang
dibuat sebaiknya dibuat 2 bulan sebelum bibit ditanam, ukuran lubang tanam yang dibuat tergantung pada jenis tanahnya. Ukuran bervariasi dari 60x60x60 cm sampai 100x100x100 cm.
Sementara itu pemindahan bibit hendaknya dilakukan pada saat musim hujan dengan cara putaran.
Keberhasilan penanaman bibit kelapa hibrida dapat dilihat hasilnya pada tahun 1991, di mana hasil produksi pertama kelapa hibrida mulai dapat dirasakan berkat hasil kerja keras dan
upaya yang diusahakan oleh para tenaga kerja yang bekerja di perkebunan. Berikut ini merupakan tabel perkembangan luas lahan dan jumlah pohon yang berhasil ditanam tahap demi
tahap dari tahun 1986-2001:
33
Suhardiman, P. 1999, Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya. hal. 46.
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel III: Perkembangan Luas Lahan dan Jumlah Pohon Kelapa Hibrida Dari Tahun 1986-2001
TAHUN JUMLAH POHON
LUAS LAHAN Ha
1986 18.243
112 1987
373.151 2530
1988 601.099
3990 1989
493.307 3093
1990 67.2421
5183 1991
47.2375 3992
1992 33.344
182 1993
22.420 123
1994 21.100
157 1995
20.129 112
1996 -
- 1997
14.648 237
1998 -
45 1999
21.270 253
2000-2001 12.968
583
JUMLAH 2.776.475
20.593 Sumber: Departemen Plantations Administration PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan
Tahun 2013 menjelaskan perkembangan luas area tanaman kelapa dan bibit yang berhasil ditanam dari tahun 1986-2001.
Universitas Sumatera Utara
68
Penjelasan tabel: Tahun 1986 merupakan tahun awal penanaman bibit kelapa hibrida dengan luas lahan
pertama seluas 112 Ha dengan jumlah pohon kelapa hibrida 18.243 batang pohon.
Tahun 1987 luas lahan yang ditanam bibit kelapa hibrida 2.530 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 373.151 batang pohon. Peningkatan luas lahan dari 112 Ha
menjadi 2.530 Ha didukung dengan efisiensi kerja dari tenaga kerja yang berhasil membuka lahan tahap demi tahap, sehingga berhasil melakukan penanaman bibit kelapa
hibrida yang semula 18.243 batang pohon bertambah menjadi 373.151 batang pohon.
Perluasan lahan terus dilakukan pihak perusahaan tahap demi tahap, sehingga pada tahun 1988 luas lahan bertambah 3.990 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 601.099
batang pohon.
Tahun 1989 luas lahan bertambah 3.093 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 493.307 batang pohon. Konsistensi terhadap perluasan lahan penanaman kelapa hibrida
tetap terjaga dengan jumlah pasokan bibit kelapa hibrida yang berhasil dikembangkan sendiri oleh pihak perusahaan, sehingga tidak perlu lagi melakukan pembelian bibit dari
luar.
Tahun 1990 luas lahan bertambah 5.183 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 672.421 batang pohon. Tahun 1990 dapat dikatakan sebagai tahun keberhasilan perluasan
lahan dan penanaman bibit kelapa hibrida oleh pihak perusahaan. Hal ini didukung juga dengan jumlah tenaga kerja yang semakin ramai di lingkungan perusahaan perkebunan,
baik dalam pengolahan lahan maupun dalam pembibitan kelapa hibrida.
Universitas Sumatera Utara
69
Tahun 1991 luas lahan bertambah 3992 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 472.375 batang pohon. Terjadi penurunan perluasan lahan tanam kelapa hibrida, hal ini
dikarenakan pihak perusahaan mulai mengusahakan tanaman nanas.
Tahun 1992 luas lahan bertambah 182 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak 33.344 batang pohon. Penurunan drastis baik dalam luas lahan tanam maupun dalam
jumlah bibit kelapa hibrida yang berhasil ditanam. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan yang merupakan lingkungan hutan lindung, sehingga tidak baik untuk pengeksploitasian
lahan secara berlebihan karena telah diatur dalam Undang-Undang mengenai perlindungan terhadap kawasan hutan lindung serta ragam makhluk hidup yang berada di
dalamnya.
Tahun 1993 luas lahan bertambah 123 Ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak
22.420 batang pohon.
Tahun 1994 luas lahan bertambah 157 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 21.100
batang pohon.
Tahun 1995 luas lahan bertambah 112 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 20.129
batang pohon.
Tahun 1996 tidak ada aktifitas penambahan lahan dan penanaman pohon kelapa hibrida. Hal ini dikarenakan pada tahun ini pihak perusahaan memfokuskan diri untuk
pengembangan usaha produksi yang lain di luar Pulau Burung dan tidak ada proses
pembibitan.
Penanaman kembali dilanjutkan pada tahun 1997 dengan luas lahan yang bertambah sekitar 237 Ha dengan jumlah penanaman bibit kelapa hibrida sebanyak 14.648 batang
pohon.
Universitas Sumatera Utara
70
Pada tahun 1998 luas lahan bertambah 45 Ha namun tidak ada aktifitas penanaman pohon kelapa hibrida. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang tergenang air yang
berkepanjangan sehingga pihak perusahaan berkesimpulan untuk tidak melakukan
penanaman bibit kelapa hibrida.
Tahun 1999 luas lahan bertambah 253 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 21.270
batang pohon.
Pada tahun 2000-2001 luas lahan bertambah 583 Ha dengan jumlah penanaman sebanyak 12.968 batang pohon. Terjadi penurunan dari segi jumlah bibit kelapa hibrida yang
ditanam, hal ini dikarenakan pihak perusahaan mulai melakukan pengembangan dalam
penanaman bibit kelapa sawit.
Untuk mengelola dan mengusahakan pembibitan, pihak perusahaan memiliki laboratorium pengembangan bibit-bibit kelapa hibrida, nanas, dan kelapa sawit. Benih-benih dari
tiap-tiap tanaman yang berasal dari lahan perkebunan diteliti, dikembangkan dan dikelola secara mandiri oleh perusahaan sehingga mendorong untuk tidak mendatangkan dan membeli bibit-bibit
komoditas yang diusahakan dari luar perusahaan. Kegiatan pembibitan ini diusahakan dan
dikelola di area yang disebut Kebun Induk
34
dan berada dibawah monitoring langsung Departemen Research and Advisory PT Riau Sakti United Plantations-Perkebunan.
4.3 Industri