Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RUSD Dr.Pirngadi Medan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Kartu FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

Kuesioner Penelitian

PETUNJUK

1. Bapak/Ibu/Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada dengan jujur

2. Lingkarilah untuk pilihan jawaban yang tepat

3. Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti Contoh :

Jenis kelamin : 1 Laki-laki Perempuan

DATA PASIEN

1. Nama : ...

2. Umur : ……….

1. Masa remaja 12-25 tahun 2 2 Masa dewasa 26-45 tahun

3. Masa lansia 46-65 tahun

3. Jenis Kelamin : ………. 1. Laki- laki 2. Perempuan 3

4. Pendidikan terakhir :

1. Tidak sekolah/tidak lulus SD 4. Tamat SMA atau sederajat 4 2. Tamat SD atau sederajat 5. Perguruan tinggi

3. Tamat SMP atau sederajat 5. Pekerjaan :

1. PNS/ABRI 5. Ibu rumah tangga 5 2. Pegawai swasta/Pedagang 6. Mahasiswa/tidak bekerja

3. Wiraswasta/Pedagang 7. Dll (………) 4. Pensiunan


(2)

6. Jumlah Kunjungan :

1. Pertama datang 3. Lebih dari dua kali 6

2. Kedua

Pertanyaan responden yang pernah berobat ke dokter gigi 7. Bagaimana perasaan anda terhadap pengalaman sebelumnya

yang tidak menyenangkan terhadap perawatan gigi? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 7 c. Cemas

8. Jika asnda cemas, perawatan apa yang paling membuat anda cemas? a. Pencabutan gigi

b. Penambalan 8 c. Scalling/ Pembersihan karang gigi

d. Ortodonti/kawat gigi

9. Bagaimana perasaan anda duduk di kursi gigi dan melihat alat – alat dokter gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 9 c. Cemas

10.Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi melihat dan memeriksa gigi anda? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 10 c. Cemas

11.Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi memegang jarum suntik dan akan menyuntik ke gusi anda?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 11 c. Cemas

12.Bagaimana perasaan anda mendengar dan merasakan getaran alat seperti bur dan alat skeling?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 12 c. Cemas

13. Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi tidak ramah dan tidak

simpatik saat merawat anda? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 13 c. Cemas


(3)

14.Bagaimana perasaan anda saat melihat dokter gigi yang terburu – buru ketika merawat anda?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 14 c. Cemas

Pertanyaan untuk semua responden

15.Bagaimana perasaan anda untuk mengunjungi dokter gigi di hari esok?

a. Tidak cemas b. Cukup cemas 15 c. Cemas

16.Bagaimana perasaan anda terhadap rasa sakit yang anda alami sekarang membuat anda cemas untuk berobat ke dokter gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 16 c. Cemas

17.Bagaimana perasaan anda saat menunggu giliran di ruang tunggu? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 17 c. Cemas

18. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar pengalaman buruk seseorang terhadap perawatan gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 18 c. Cemas

19.Bagaimana perasaan anda jika ada orang menakut – nakuti anda bahwa ke dokter gigi sangat menakutkan?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 19 c. Cemas

20. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar nama anda dipanggil untuk memasuki ruangan dokter gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 20 c. Cemas


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dennis G, Christine A, Padesky A. Manajemen pikiran : Metode ampuh menata pikiran untuk mengatasi depresi, kemarahan, kecemasan, dan perasaan merusak lainnya. Cet I. Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI. Bandung: 2004: 212-13.

2. Stefanace J. Stephen, Nesbit SP. Treatment planning in dentistry. 2nd ed. Mosby Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008: 371-73.

3. Daniel SJ, Harfst SA, Wilder RS, Francis B, Mitchell SH. Mosby’s dental hygiene: concepts, cases, and competencies.2nd ed. Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA, 2008: 754-55.

4. Greenwood M, Seymour RA, Meechan JG. Textbook of human disease in dentistry. 1nd ed. British Library, USA, 2009: 275.

5. Hmud R, Walsh LJ. Dental anxiety: causes, complication and management approaches. J Minim Interv Dent. The University of Queensland, Brisbane, Australia. 2009; 2(1).

6. Naidu RS, Lalwah S. Dental anxiety in a sampleof west Indian adults. West Indian med J 2010; 59.

7. Natarajan S, Seenivasan MK, Paturu R, Arul QA, Padmanabhan T. Dental fear and anxiety in different gender of Chennai population. The Internet Epidemiology, 2003; 9(10). 5580/197. (14 januari 2013).

8. Kumar S, Bhargav P, Patel A, Bhati M, Balasubramanyam G, Duraiswamy P. et. al. Does dental anxiety influence oral health-related quality of life? Observation from a cross-sectional study among adults in Udaipur district, India. Oral Science, 2009; 2: 245-54.

9. Mappahijah N. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20 Panyula Kab. Bone tahun 2010. Media Kesehatan Gigi 2010: 28-35.


(5)

10.James LW. Dental management of the medically compromised patient. 7nd ed. Mosby Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008: 488.

11.Cappelli DP, Mobley C. Prevention in clinical oral health care. Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008: 145-53.

12.Oktay EA, Kocak MM, Sahinkesen G, Topcu FT. The role of age, gender, education and experiences on dental anxiety. Gulhane Med J 2009; 51: 145-8. 13.Wals LJ. Anxiety prevention: implementing the 4 S principle in conservative

dentistry. Special Needs 2007. Sept/Oct: 24-6.

14.Bernson JM. Dental coping strategies and dental anxiety: Adaptive and Maladaptive strategies among adults patients with regular or irregular dental care. Tahun 2012. Tesis. Swedia: Department of Behavioral and Community Dentistry Institute of Odontology Sahlgrenska Academy University of Gothenburg, 2012: 7-10.

15.Kirova DG. Dental anxiety among dental students. J IMAB 2011; 17: 137-9.

16.Soelarso H, Soebakti R, Mufid H. Peran komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan gigi. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005; 38: 124-9.

17.Australian Research Centre for Population Oral Health. Australian Dental Association Inc. The avoidance and delaying of dental visits in Australia. Aust Dent J 2012; 57:1-5.

18.Jahja Y. Psikologi perkembangan. Prenada media Jakarta, 2011: 237-54.

19.Kusumawati. Kepemimpinan dalam perspektif gender. Journal administrasi bisnis. 2007:1(1): 37-40.

20.Mehboob B, Khan E, Khan M. Dental anxiety scale in exodontias patient. JKCD 2011; 1(2): 66-8.


(6)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama dan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli gigi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. HM Yamin SH 147 Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan selama penelitian ini adalah ± 12 bulan (Juli 2012-Juli 2013).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat ke poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.3.2 Sampel

Cara sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan kriteria sampel adalah pasien dengan kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan gigi dan usia pasien 12-65 tahun.

3.3.3 Besar Sampel

Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus besar sampel untuk data proporsi yaitu :


(7)

Keterangan :

n : besar sampel

Zα : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan 95% =1,96

P : Proporsi pada populasi penelitian sebelumnya (hasil penelitian Hmud dan Walts tahun 2007 menunjukkan rasa cemas terhadap perawatan gigi sebesar 22%)

Q (1-P) : Selisih dari P

d : Prakiraan proporsi di populasi (8%)

n = 103

Maka, sampel yang diambil peneliti adalah 105 responden.

3.3.4 Kriteria Inklusi

Beberapa kriteria inklusi pada subjek penelitian ini adalah:

- Pasien kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan gigi - Pasien berumur 12-65 tahun yang berkunjung atau berobat ke poli gigi dan mulut

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

- Pasien bersedia mengisi kuesioner.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

1. Jumlah kunjungan yang terdiri dari :

a. Kunjungan pertama ke dokter gigi yaitu pasien yang berobat ke poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi sebelum mendapatkan perawatan gigi dengan pengalaman :

- Perasaan mengunjungi dokter gigi yaitu perasaan pasien ketika berkunjung ke dokter gigi.

- Mendengar pengalaman buruk orang lain yaitu perasaan pasien saat mendengar pengalaman buruk terhadap perawatan gigi.


(8)

- Ditakut-takuti orang lain ke dokter gigi yaitu perasaan pasien saat ada orang lain menakut-nakuti tentang ke dokter gigi.

- Saat menunggu giliran yaitu perasaan pasien saat menunggu giliran di ruang tunggu.

- Bau ruangan lingkungan praktek yaitu perasaan pasien terhadap bau ruangan praktek.

- Saat nama dipanggil memasuki ruangan yaitu perasaan pasien saat namanya dipanggil memasuki ruangan dokter gigi.

b. Kunjungan berulang ke dokter gigi yaitu pasien yang berobat ke poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan yang datang kembali untuk melakukan perawatan gigi atau kontrol ke dokter gigi dengan perasaan :

- Tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi yaitu pasien yang mempunyai perasaan buruk atau tidak menyenangkan sebelumnya.

- Saat duduk di kursi gigi yaitu perasaan pasien saat duduk di kursi gigi.

- Saat dokter gigi memeriksa yaitu perasaan pasien saat dokter gigi melakukan pemeriksaan.

- Saat dokter gigi memegang jarum suntik yaitu perasaan pasien ketika melihat dokter gigi memegang jarum suntik.

- Saat mendengar suara getaran bur yaitu perasaan pasien ketika mendengar suara getaran bur.

- Saat dokter gigi tidak ramah yaitu perasaan pasien saat dokter gigi tidak ramah dalam melakukan perawatan gigi.

- Saat dokter gigi terburu-buru melakukan perawatan yaitu perasaan pasien saat dokter gigi tidak ramah dalam melakukan perawatan gigi.

2. Usia adalah umur responden pada saat ulang tahun terakhir. Usia dikategorikan menjadi :

a. Masa remaja 12-25 tahun b. Masa dewasa 26-45 tahun c. Masa lansia 46-65 tahun


(9)

3. Jenis kelamin adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan.

4. Tingkat kecemasan pasien adalah tingkat kecemasan responden dinilai dari level:

a. Tidak cemas yaitu keadaan yang sama sekali pasien tidak gelisah atau khawatir terhadap perawatan gigi.

b. Cemas yaitu keadaan yang membuat pasien merasa khawatir atau gelisah terhadap perawatan gigi.

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara secara langsung pada pasien poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan menggunakan kuesioner dengan menilai tingkat kecemasan : tidak cemas atau cemas.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi manual. Analisis data dilakukan dengan cara menghitung persentase frekuensi dan distribusi.


(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan

Karakteristik pasien yang berobat ke poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan 40,9% pasien kunjungan pertama dan 58,9% kunjungan berulang. Berdasarkan kelompok umur cukup merata namun paling banyak dijumpai pada kelompok umur 46-65 tahun yaitu 36,1%. Berdasarkan jenis kelamin perempuan 57,1% dan laki-laki 42,8%. Berdasarkan kelompok pendidikan paling banyak tamat SMA 52,3% dan kelompok pekerjaan sebagai PNS 20,9% (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase distribusi karakteristik pasien Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=105)

Karakteristik responden n %

Jumlah kunjungan Pertama Berulang 43 62 40,9 58,9 Umur Masa remaja (12-25 tahun)

Masa dewasa (26-45 tahun) Masa lansia (46-65 tahun)

31 36 38 29,5 34,2 36,1 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan 45 60 42,8 57,1 Pendidikan terakhir

Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Perguruan tinggi 2 1 7 55 40 1,90 0,90 6,60 52,3 38,0 Pekerjaan PNS

Pegawai swasta Wiraswasta/pedagang Pensiunan

Ibu rumah tangga

Mahasiswa/tidak bekerja Dll (pelajar dan bidan)

22 11 18 12 16 19 7 20,9 10,4 17,1 11,4 15,2 18,0 6,60


(11)

4.2 Tingkat kecemasan pada pasien kunjungan pertama di Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan

Persentase pengalaman responden sebelum melakukan perawatan gigi pada pasien kunjungan pertama perasaan cemas yang paling tinggi terhadap bau ruangan praktek dokter gigi yaitu 67,4%, diikuti rasa cemas saat dipanggil ke ruangan dokter gigi 60,5%, mengunjungi dokter gigi 58,1%, ketika mendengar pengalaman buruk orang lain terhadap perawatan gigi serta menunggu giliran 53,5% dan perasaan jika ada orang menakut-nakuti ke dokter gigi 39,5% (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Pengalaman responden Tidak cemas Cemas

n % n %

Bau ruangan praktek dokter gigi Saat dipanggil ke ruangan dokter gigi Mengunjungi dokter gigi

Mendengar pengalaman buruk seseorang Menunggu giliran

Ditakut-takuti ke dokter gigi

14 17 18 20 20 26

32,6 39,5 41,9 46,5 46,5 60,5

29 26 25 23 23 17

67,4 60,5 58,1 53,5 53,5 39,5

Persentase kecemasan perasaan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 78,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih cemas daripada perempuan sebesar 90,0% (Tabel 4).


(12)

Tabel 4. Persentase distribusi kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Bau ruangan praktek dokter gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 5 3 6 31,3 21,5 46,2 11 11 7 68,7 78,5 53,8 16 14 13

Jumlah 14 32,6 29 67,4 43

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2 12 10,0 52,2 18 11 90,0 47,8 20 23

Jumlah 14 32,6 29 67,4 43

Persentase kecemasan terhadap perasaan saat nama dipanggil ke ruangan dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi 68,7%. Umur 26-45 tahun 50% dan umur 46-65 tahun 61,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 78,2% (Tabel 5).

Tabel 5. Persentase distribusi kecemasan terhadap perasaan saat nama dipanggil ke ruangan dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Saat dipanggil ke ruangan dokter gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 5 7 5 31,3 50,0 38,5 11 7 8 68,7 50,0 61,5 16 14 13

Jumlah 17 39,5 26 60,5 43

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 12 5 60,0 21,8 8 18 40,0 78,2 20 23


(13)

Persentase kecemasan terhadap perasaan mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 68,7%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki yaitu 65,2% (Tabel 6).

Tabel 6. Persentase distribusi kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Mengunjungi dokter gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun

5 5 8

31,3 35,8 61,6

11 9 5

68,7 64,2 38,4

16 14 13

Jumlah 18 41,9 25 58,1 43

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

10 8

50,0 34,8

10 15

50,0 65,2

20 23

Jumlah 18 41,9 25 58,1 43

Persentase kecemasan terhadap mendengar pengalaman buruk seseorang pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 64,2%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan memiliki perasaan cemas yang tinggi daripada laki-laki sebesar 56,5% (Tabel 7).


(14)

Tabel 7. Persentase distribusi kecemasan terhadap mendengar pengalaman buruk seseorang pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Mendengar pengalaman buruk orang lain

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 7 5 8 43,7 35,3 61,5 9 9 5 56,3 64,2 38,4 16 14 13

Jumlah 20 46,5 23 53,5 43

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 10 10 50,0 43,5 10 13 50,0 56,5 20 23

Jumlah 20 46,5 23 53,5 43

Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 62,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 73,9% (Tabel 8).

Tabel 8. Persentase distribusi kecemasan saat menunggu giliran pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Menunggu giliran

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 6 8 6 37,5 57,2 46,2 10 6 7 62,5 42,8 53,8 16 14 13

Jumlah 20 46,5 23 53,5 43

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 14 6 70,0 26,1 6 17 30,0 73,9 20 23


(15)

Persentase kecemasan terhadap perasaan jika ada orang lain yang menakut-nakuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 50,0%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih cemas daripada perempuan sebesar 55,0% (Tabel 9). Tabel 9. Persentase distribusi kecemasan perasaan ketika ditakut–takuti ke dokter

gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Ditakut – takuti ke dokter gigi

Jumlah Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 8 9 9 50,0 64,3 69,3 8 5 4 50,0 35,7 30,7 16 14 13

Jumlah 26 60,5 17 39,5 43

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 9 17 45,0 73,9 11 6 55,0 26,1 20 23

Jumlah 26 60,5 17 39,5 43

4.3 Tingkat kecemasan pada pasien kunjungan berulang Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan

Persentase pengalaman responden terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan berulang dimana perasaan cemas yang paling tinggi yaitu perasaan tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi sebesar 90,3%. Perasaan cemas secara berurutan saat duduk di kursi gigi 63,0%, dokter gigi memeriksa 53,3%, dokter gigi memegang jarum suntik 46,8%, dokter gigi tidak ramah atau terburu-buru dalam melakukan perawatan 40,4% dan saat mendengar suara getaran bur 32,3% (Tabel 10).


(16)

Tabel 10. Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Pengalaman responden Tidak cemas Cemas

n % n %

Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya Duduk di kursi gigi

Dokter gigi memeriksa

Dokter gigi memegang jarum suntik Dokter gigi tidak ramah

Dokter gigi terburu-buru Mendengar suara getaran bur

6 23 29 33 37 37 42 9,7 37,7 46,7 53,2 59,6 59,6 67,7 56 39 33 29 25 25 20 90,3 62,3 53,3 46,8 40,4 40,4 32,3

Persentase kecemasan terhadap pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun, umur 26-45 tahun dan umur 46-65 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi secara berurutan sebesar 100%, 91,0% dan 84,0%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki memiliki perasaan lebih cemas daripada perempuan sebesar 91,6% (Tabel 11). Tabel 11. Persentase distribusi kecemasan terhadap pengalaman tidak

menyenangkan sebelumnya pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 0 2 4 0,00 9,90 16,0 15 20 21 100 91,0 84,0 15 22 25

Jumlah 6 9,7 56 90,3 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2 4 8,40 10,5 22 34 91,6 89,5 24 38


(17)

Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi 77,2%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 78,9% (Tabel 12).

Tabel 12. Persentase distribusi kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Duduk di kursi gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun

4 5 14

26,6 22,8 56,0

11 17 11

73,4 77,2 44,0

15 22 25

Jumlah 23 37,1 39 62,9 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

15 8

62,5 21,1

9 30

37,5 78,9

24 38

Jumlah 23 37,1 39 62,9 62

Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi melakukan pemeriksaan selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi 66,6%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 68,4% (Tabel 13).


(18)

Tabel 13. Persentase distribusi kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi memeriksa

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 5 10 14 33,4 45,4 56,0 10 12 11 66,6 54,5 44,0 15 22 25

Jumlah 29 46,7 33 53,3 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 17 12 70,8 31,5 7 26 29,1 68,4 24 38

Jumlah 29 46,7 33 53,3 62

Persentase kecemasan terhadap dokter gigi memegang jarum suntik selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 53,3%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 52,6% (Tabel 14).

Tabel 14. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi memegang jarum suntik pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi memegang jarum suntik

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 7 13 13 46,6 59,0 52,0 8 9 12 53,3 40,9 48,0 15 22 25

Jumlah 33 53,2 29 46,8 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 15 18 62,5 47,3 9 20 37,5 52,6 24 38


(19)

Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 45,4%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 52,6% (Tabel 15).

Tabel 15. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi tidak ramah

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun

9 12 16

60,0 54,5 64,0

6 10

9

40,0 45,4 36,0

15 22 25

Jumlah 37 59,6 25 40,4 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

19 18

79,1 47,3

5 20

20,8 52,6

24 38

Jumlah 37 59,6 25 40,4 62

Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang terburu-buru selama melakukan perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 45,4%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 47,3% (Tabel 16).


(20)

Tabel 16. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi terburu-buru pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi terburu–buru

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 9 12 16 60,0 54,5 64 6 10 9 40,0 45,4 36 15 22 25

Jumlah 37 59,6 25 40,2 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 17 20 70,8 52,6 7 18 29,1 47,3 24 38

Jumlah 37 59,6 25 40,2 62

Persentase kecemasan mendengar suara getaran bur selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 36,3%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih cemas daripada perempuan sebesar 33,3% (Tabel 17).

Tabel 17. Persentase distribusi kecemasan mendengar suara getaran bur pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Mendengar suara getaran bur

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 11 14 17 73,3 63,6 68,0 4 8 8 26,6 36,3 32,0 15 22 25

Jumlah 42 67,7 20 32,2 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 16 26 66,6 68,4 8 12 33,3 31,5 24 38


(21)

Perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan berulang adalah pencabutan gigi sebesar 69,3%, dari perawatan penambalan 24,1% dan skeling 6,6% sedangkan perawatan ortodonti pasien tidak mengalami kecemasan (Tabel 18). Tabel 18. Persentase distribusi perawatan gigi yang paling membuat cemas pada

pasien kunjungan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Jenis perawatan gigi n %

Pencabutan gigi Penambalan Skeling Ortodonti 43 15 4 0 69,3 24,1 6,6 0

Perawatan gigi yang paling membuat cemas adalah pencabutan gigi dengan persentase 84% pada umur 46-65 tahun dan 68,1% umur 26-45 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, kecemasan perawatan paling tinggi juga terdapat pada pencabutan gigi sebesar 79,1% laki-laki dan 63,1% perempuan sedangkan perawatan penambalan dan skeling baik berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin menunjukkan kecemasan yang rendah (Tabel 19).

Tabel 19. Persentase distribusi perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Perawatan gigi yang membuat cemas Pencabutan gigi Penambalan Skeling

Jumlah

n % n % n %

Umur 12-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 7 15 21 46,6 68,1 84,0 7 5 3 46,6 22,7 12,0 1 2 1 6,60 9,09 4,00 15 22 25

Jumlah 43 69,1 15 24,6 4 6,6 62

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 19 24 79,1 63,1 3 12 12,5 31,5 2 2 8,30 5,20 24 38


(22)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perasaan cemas berdasarkan umur pada pasien kunjungan pertama dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas paling tinggi saat mengunjungi dokter gigi diikuti cemas terhadap bau ruangan praktek dan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi sebesar 68,7%. Penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Australian Centre for Population Oral Health di Australia Selatan mereka menemukan pasien umur 18-25 tahun merasa cemas ke dokter gigi diikuti saat memasuki ruangan praktek lebih rendah daripada penelitian ini yaitu 18%.17 Cemas terhadap bau ruangan mungkin disebabkan karena bahan-bahan yang ada di dalam ruangan dokter gigi membuat pasien tidak nyaman pada saat melakukan perawatan nanti. Hal ini disebabkan psikologi remaja memiliki perubahan fisik yang luar biasa seperti penakut, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.18 Perasaan cemas paling tinggi pada umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terhadap bau ruangan praktek dokter gigi. Bau ruangan tersebut dapat berasal dari bahan-bahan perawatan gigi seperti eugenol dan bonding agents yang dapat memicu terjadinya stress.5 Pada umur tersebut dari segi emosional lebih labil dan mudah resah sehingga membuat responden tidak nyaman dalam melakukan perawatan nanti. Perasaan cemas pada umur 46-65 tahun adalah pada saat dipanggil ke ruangan dokter gigi 61,5%. Hal ini sesuai dengan psikologi dewasa tua yang mudah terkejut dan biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik dan daya ingat.18

Perasaan cemas yang lebih tinggi berdasarkan jenis kelamin pada kunjungan pertama yaitu saat menunggu giliran pada perempuan 73,9% sedangkan laki-laki hanya 30%, hal ini disebabkan karena perempuan lebih mudah mengekspresikan emosinya dan terkadang bersifat subyektif sehingga berfikir dengan menambah masalah buruk akan terjadi.19 Penelitian ini sama dengan penelitian Naidu yaitu perempuan lebih cemas daripada laki-laki saat menunggu giliran dan saat dokter gigi memasuki alat bur ke dalam mulut pasien sebesar 81%.6


(23)

Perasaan cemas paling tinggi berdasarkan umur pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi dimana terjadi pada setiap umur yaitu pada umur 12-25 tahun 100%, umur 26-45 tahun 91% dan umur 46-65 tahun 84%. Walaupun pasien tersebut mengalami kecemasan yang tinggi, pasien tetap datang kembali melakukan perawatan ke poli gigi tersebut karena sebagian besar responden bekerja sebagai PNS yang memiliki Asuransi Kesehatan (ASKES). Kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 12-25 tahun 73,4% diikuti saat dokter gigi melakukan pemeriksaan 66,6%. Kecemasaan saat duduk di kursi gigi juga dialami pada umur 26-45 tahun sebesar 77,2%. Hal ini disebabkan pada masa dewasa muda psikologinya dapat mempertimbangkan segala sesuatu yang terbuka dan dapat menilai semua pengalaman hidupnya.18 Perasaan cemas yang rendah hanya terdapat pada umur 46-65 tahun kecuali karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi. Hal ini biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik pada umur tersebut diikuti oleh penurunan daya ingat sehingga membuat pasien mau menerima segala sesuatu yang dilakukan oleh dokternya.18

Perasaan cemas yang tinggi berdasarkan jenis kelamin pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi terdapat pada perempuan 91,6% diikuti cemas saat duduk di kursi gigi 78,9%, dokter gigi memeriksa 68,4% dan saat dokter gigi tidak ramah 52,6%. Dalam salah satu studi Moore menemukan bahwa jenis kontak komunikasi dokter gigi yang berprilaku negatif diperoleh 5-10 kali pasien mengalami kecemasan. Selain itu, pasien sering mengeluh karena dokter gigi membuat mereka lebih cemas terhadap perawatan gigi.5 Perasaan cemas lebih tinggi pada laki-laki hanya terdapat pada pengalaman sebelumnya ke dokter gigi sedangkan kondisi lainnya menimbulkan kecemasan yang rendah. Dapat dilihat psikologi emosional laki-laki tidak mudah terpengaruh dengan hal lain dan berusaha memiliki sifat kepemimpinan.19

Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas yaitu pencabutan gigi 69,3% diikuti penambalan 24,1% dan skeling 6,4% sedangkan perawatan ortodonti pasien sama sekali tidak menimbulkan kecemasan. Penelitian ini sama halnya dengan penelitian Naidu bahwa perawatan gigi yang paling membuat cemas berurutan


(24)

pencabutan gigi 33,8%, penambalan 14,7% dan skeling 5,9%.6 Ini mungkin disebabkan karena responden takut melihat alat-alat pencabutan gigi seperti tang sehingga responden mengalami kecemasaan yang tinggi. Kecemasan pada saat pencabutan gigi 84% paling banyak terdapat pada umur 46-65 tahun dan berjenis kelamin laki-laki sebesar 79,1%. Hal ini disebabkan karena pada umumnya secara psikologis umur 60 tahun mudah terkejut seperti jika terjadi kesalahan operator selama bekerja membuat responden merasa jenuh.19 Penelitian ini berbeda dengan penelitian Mehboob bahwa laki-laki memiliki kecemasan pada saat pencabutan gigi lebih kecil yaitu 15%.20


(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Perasaan cemas berdasarkan umur pada pasien kunjungan pertama dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas paling tinggi saat mengunjungi dokter gigi diikuti cemas terhadap bau ruangan praktek dan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi sebesar 68,7%. Perasaan cemas pada umur 26-45 tahun paling tinggi terhadap bau ruangan praktek sebesar 67,4%. diikuti rasa cemas saat mengunjungi dokter gigi dan saat dipanggil ke ruangan pada umur 12-25 tahun sebesar 68,7%. Perasaan cemas pada umur 46-65 tahun saat dipanggil ke ruangan dokter gigi 61,5%.

2. Perasaan cemas paling tinggi berdasarkan umur pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi dimana terjadi pada setiap umur yaitu pada umur 12-25 tahun 100%, umur 26-45 tahun 91% dan umur 46-65 tahun 84%.

3. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan berulang adalah pencabutan gigi sebesar 69,3% diikuti penambalan 24,1% dan skeling 6,4% sedangkan perawatan ortodonti tidak menyebabkan kecemasan. Perasaan cemas pada saat pencabutan gigi paling banyak terdapat pada umur 46-65 tahun 84% terutama laki-laki sebesar 79,1%.

6.2 Saran

1. Perlu perhatian khusus dari pihak poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan berupa penanganan terhadap rasa cemas pasien :

- Saat menunggu giliran, disarankan penambahan fasilitas yang dapat membuat pasien nyaman seperti penambahan alat musik dan tidak membuat pasien terlalu lama dalam menunggu giliran.

- Terhadap bau ruangan praktek dokter gigi seperti bahan – bahan perawatan gigi, maka disarankan untuk menyemprot wangi-wangian di ruangan dokter gigi agar pasien nyaman selama perawatan.


(26)

- Terhadap pengalaman sebelumnya yang tidak menyenangkan ke dokter gigi, disarankan kepada pihak tenaga kesehatan poli gigi mampu menciptakan komunikasi yang membuat pasien nyaman dan diharapkan juga agar dokter gigi lebih memperhatikan pasien selama perawatan terutama pasien yang mempunyai riwayat trauma di masa lalu ke dokter gigi.

2. Perlunya penelitian lanjutan tentang hubungan tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut dengan status kesehatan rongga mulut.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecemasan

Rasa cemas merupakan sesuatu perasaan gelisah terhadap suatu bahaya yang akan terjadi. Rasa cemas dan rasa takut sering berhubungan erat tapi diantara keduanya ada sedikit perbedaan. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut sering merasa cemas juga. Perasaan cemas berhubungan dengan harapan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang mengerikan atau menakutkan. Sebaliknya rasa takut merupakan respons terhadap sesuatu bahaya yang timbul pada saat ini. Menurut Soemartono pada tahun 2003, rasa takut dan cemas menghadapi perawatan gigi merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien anak maupun orang dewasa, perasaan ini sering kali menjadi penyebab seseorang menghindar dari perawatan gigi.9 Kecemasan atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekhawatiran atau kecemasan yang sering terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan adalah pengalaman yang normal dalam menghadapi ancaman yang dirasakan atau bahaya. Tingkat kecemasan adalah adaptif dan dapat berguna karena berfungsi untuk memobilisasi cadangan energi untuk tindakan dan meningkatkan kinerja dengan meningkatkan gairah. Ketika kecemasan menjadi sering dan terus-menerus akibatnya akan mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi, hal tersebut menjadi masalah sehingga dapat dikatakan patologis dan bagian dari gangguan kecemasan.4 Gejala-gejala kecemasan meliputi :10

a. Fungsi otot : merasa gemetar, otot melemah, otot jantung berdebar.

b. Hiperaktif autonom : sesak nafas, sensasi mencekik, aktivitas jantung cepat (takikardia), tangan berkeringat, mulut kering, pusing, mual, diare, kesulitan menelan dan sering buang air kecil.

c. Kewaspadaan dan scanning : merasa tegang, respons mengagetkan berlebihan, kesulitan berkonsentrasi, pikiran menjadi kosong, kesulitan tidur dan lekas marah.


(28)

2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan gigi

Menurut Moore et al. klasifikasi kecemasan perawatan gigi dapat dibagi menjadi 4 subtipe, yaitu :11

a. Tipe I

Tipe ini merupakan ketakutan akibat rangsangan yang menyakitkan atau tidak menyenangkan seperti jarum, suara, dan bau.

b.Tipe II

Tipe ini merupakan kecemasan tentang reaksi somatik selama pengobatan atau perawatan gigi (reaksi serangan panik).

c. Tipe III

Pasien dengan kecemasan yang rumit atau multiphobia. d.Tipe IV

Tipe ini tergolong kepada ketidakpercayaan pasien terhadap dokter gigi.

2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan gigi

Beberapa penyebab kecemasan pasien terhadap perawatan gigi yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi meliputi:5,12

1. Rasa sakit

Secara umum pasien yang mengalami rasa sakit, tersedak-sedak selama perawatan gigi merupakan pemicu utama kecemasan pasien. Dalam salah satu studi Kent et al. menunjukkan bahwa memori rasa sakit pasien direkonstruksi dari waktu ke waktu. Kent menemukan pasien sangat cemas cenderung melebih-lebihkan rasa sakit mereka sebelum prosedur perawatan gigi. Misalnya, dalam studi Arntz et al. terhadap 40 pasien yang menjalani perawatan Bedah Mulut, pasien mengalami lebih cemas karena pengalaman rasa sakit yang sebenarnya terhadap perawatan tersebut.5

2. Ketakutan kehilangan kontrol

Kehilangan kontrol biasanya disebabkan pada saat pasien menunggu giliran di ruang tunggu praktek dokter gigi. Ini dapat menjadi masalah utama pada kecemasan pasien karena waktu yang lama pada saat menunggu giliran membuat pasien berfikir mengenai sesuatu yang buruk akan terjadi nanti pada saat perawatan gigi.5


(29)

3. Tenaga kesehatan gigi yang pemarah dan agresif

Aspek dari interaksi dokter gigi dengan pasien merupakan hal yang sangat penting dalam perawatan gigi. Adapun pemicu kecemasan pasien terhadap perawatan gigi mencakup pernyataan yang dibuat oleh operator, khususnya ketika operator bersifat tidak simpatik atau pemarah dalam berkomunikasi memicu kecemasan pasien. Dalam salah satu studi Moore et al. menemukan bahwa jenis kontak komunikasi dokter gigi yang berprilaku negatif diperoleh 5-10 kali pasien mengalami kecemasan. Selain itu, pasien sering mengeluh karena dokter gigi membuat mereka lebih cemas terhadap perawatan gigi.5

4. Melihat, mendengar dan merasakan sensasi getaran bur dan suntikan

Beberapa studi melaporkan bahwa prosedur tindakan restorasi gigi membawa pemicu kecemasan selama perawatan gigi yang umum, seperti melihat, mendengar dan merasakan sensasi suntikan.5

5. Pengalaman buruk dari orang lain

Akibat pengaruh cerita buruk dari orang lain seperti pengalaman seseorang terhadap traumatis gigi di masa lalu membuat seseorang tersebut menghindari kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tersebut cenderung untuk tidak ingin mencari perawatan ke dokter gigi. Banyak juga pasien yang sudah berjanji dengan dokter gigi untuk melakukan perawatan tetapi akhirnya sering menunda sampai menggagalkan untuk melakukan perawatan gigi. Akibat menghindari perawatan gigi prevalensi karies dari orang tersebut akan lebih tinggi apabila tidak dirawat.5 Dalam penelitian Liddel menemukan bahwa kecemasan pasien terhadap perawatan gigi cenderung keadaan rongga mulutnya buruk dan signifikan jumlah gigi telah banyak hilang bila dibandingkan pasien yang tidak cemas.5,12


(30)

Interaksi kecemasan dengan modifikasi perawatan gigi terlihat pada Gambar 1. Pasien Karakteristik kepribadian seperti neurotisme Trauma masa lalu dan pengalaman perawatan dental (kondisi pengalaman) Pengaruh hal lain (rasa takut dari keluarga), cerita buruk dari teman, film Takut rasa nyeri Takut injuri/ perdarahan

Dokter Gigi/staf Tempat Prosedur

Teknik Komunikasi/ keahlian (keterampilan komunikasi yang buruk) Terdengar suara getaran Sensasi dari getaran

Bau ruangan Ekstraksi

Desain gambar ruangan Perawatan saluran akar

Menunggu giliran Scalling dan root planning Tingkah laku buruk Suara mengerang dari

pasien

Penambalan dan preparasi

mahkota Dokter gigi

pemarah Prosedur

merangsang muntah Tidak simpatik/

tidak ada dukungan dari staff Tim perilaku negatif terhadap

perawatan gigi (tidak ramah atau tidak meyakinkan)


(31)

2.2 Psikologi perkembangan berdasarkan umur

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan. Psikologi perkembangan fisik yang terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa muda dan dewasa tua sebagai berikut :18

1. Masa awal anak-anak

Menurut Piaget, perkembangan awal anak-anak dibagi atas perkembangan fisik, kognitif, emosi dan psikososial. Perkembangan emosi merupakan suatu perasaan yang kompleks disertai karakteristik kegiatan belajar dan motoris. Berikut beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu di antaranya :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas dengan hasil yang dicapai.

b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan.

c. Apabila sedang mengalami ketegangan emosi dapat menimbulkan sikap gugup dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggunya penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu.

e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya maupun orang lain.

2. Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa remaja menurut Olds dimulai pada usia 12 sampai awal duapuluhan tahun. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja. Perkembangan secara emosionalnya antara lain :

a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisian serta dapat menjauhkan diri.

b. Remaja lebih muda dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda.

c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa seperti penakut, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.


(32)

3. Dewasa muda

Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa menurut Hurlock kisaran 21 sampai awal empat puluhan tahun. Ciri-ciri psikologis masa dewasa muda :

a. Ketika seseorang berumur duapuluhan kondisi emosionalnya tidak terkendali. b. Cenderung labil, resah dan mudah memberontak.

c. Pada masa ini emosinya bergelora dan mudah tegang. d. Dapat berfikir secara logis.

e. Dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat menilai semua pengalaman hidup.

4. Dewasa tua

Masa tua ditandai oleh adanya perubahan jasmani dan mental. Pada usia 40 sampai 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik diikuti oleh penurunan daya ingat. Masalah-masalah yang timbul pada usia ini antara lain :

a. Kemauan untuk mau melakukan penerimaan dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal.

b. Penyesuaian terhadap perubahan fisik biasanya terjadi secara bertahap dan lambat laun.

c. Rasa terkejut dan takut terhadap hilangnya kemudaan, hilangnya tenaga fisik dan berkembang kearah sikap melawan dan menolak.

d. Masa ini merupakan masa jenuh dimana umumnya umur 60 tahun mereka menemukan masa yang hampir tidak menyenangkan.

e. Perubahan dalam penampilan sangat penting terutama dalam penilaian sosial. f. Bagi pria terdapat kesulitan tambahan dalam berlomba dengan orang yang lebih muda, lebih kuat dan lebih berenergik yang cenderung untuk menilai kemampuannya dan mempertahankan pekerjaannya dengan penampilan.


(33)

2.3Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan

Secara alamiah semua orang sudah mengetahui kodrat laki-laki dan perempuan tidak saja dibedakan oleh identitas jenis kelamin, bentuk anatomi dan biologis lainnya melainkan juga hormon-hormon dalam tubuh. Sejumlah ilmuwan mengatakan adanya pengaruh hormon perkembangan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan. Dalam studi Umar mengidentifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan yang dapat dicirikan seperti pada tabel 1:19

Tabel 1. Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan

Laki-laki (masculine) Perempuan (feminim) - sangat agresif

- independen - tidak emosional

- dapat menyembunyikan emosi - lebih objektif

- tidak mudah terpengaruh - lebih aktif

- lebih kompetitif - lebih logis - lebih mendunia - lebih berterus terang

- memahami seluk beluk perkembangan dunia

- berperasaan tidak mudah tersinggung - lebih suka berpetualang

- mudah mengatasi persoalan - jarang mangis

- umumnya selalu tampil sebagai pemimpin

- penuh rasa percaya diri

- lebih banyak mendukung sikap agresif - tidak canggung dalam penampilan - pemikiran lebih unggul

- lebih bebas berbicara

- tidak terlalu agresif - tidak terlalu independen - lebih emosional

- sulit menyembunyikan emosi - lebih subjektif

- mudah terpengaruh - lebih pasif

- kurang kompetitif - kurang logis

- berorientasi ke rumah - kurang berterus terang

- kurang memahami seluk beluk perkembangan dunia

- berperasaan mudah tersinggung - tidak suka berpetualang

- sulit mengatasi persoalan - lebih sering menangis

- tidak umum tampil sebagai pemimpin - kurang rasa percaya diri

- kurang senang terhadap sikap agresif - lebih canggung dalam penampilan - pemikiran kurang unggul

- kurang bebas berbicara


(34)

Berdasarkan ciri-ciri tersebut akan menjadi faktor utama dalam penentuan peran sosial antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Pemisahan fungsi ini dipengaruhi oleh faktor budaya dalam jangka waktu yang lama. Kenyataan lain bahwa laki-laki umumnya lebih besar dan kuat fisiknya secara spontan dibanding perempuan.19

Dalam menghadapi masalah, perempuan memiliki cara yang berbeda daripada laki-laki. Saat mempunyai masalah, perempuan lebih mudah menderita depresi dan kecemasan daripada laki-laki.12 Secara umum perempuan lebih teratur mengunjungi dokter gigi dan memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan rongga mulut yang lebih baik daripada laki-laki akan tetapi dalam literatur mengatakan perempuan lebih cemas daripada laki-laki.5-7,12,13 Dapat dilihat emosi secara psikologis seperti stres, depresi, ketakutan, fobia sosial, panik dan kecemasan lebih sering terjadi pada perempuan sehingga kecemasan pada perempuan dapat berhubungan dengan emosi-emosi tersebut.12

2.4 Kecemasan perawatan gigi

Kecemasan dan ketakutan terhadap perawatan gigi merupakan alasan utama untuk menghindari perawatan sehingga dapat memperburuk kesehatan rongga mulut seseorang (gambar 2). 11,15

Gambar 2. Siklus negatif terhadap perawatan gigi3

Kecemasan perawatan gigi Pengalaman

negatif

Menghindari perawatan gigi Kesehatan

rongga mulut yang buruk


(35)

Dari siklus kecemasan perawatan gigi di atas, telah terbukti bahwa kondisi pengalaman negatif seseorang terhadap perawatan gigi, akan menimbulkan gangguan kecemasan, mengakibatkan kegagalan pasien untuk berobat ke dokter gigi sehingga dapat memperburuk keadaan rongga mulut seseorang. Selain itu kecemasan terhadap perawatan gigi juga mengakibatkan perjanjian antara pasien dan dokter gigi sering dibatalkan.3

Menurut Walts tahun 2007, adanya konsekuensi pasien yang mengalami tingkat kecemasan tinggi selama perawatan gigi yaitu menghindari perawatan gigi, sering membatalkan janji, resiko masalah ekonomi yang lebih besar untuk ke dokter gigi, memperburuk keadaan rongga mulut sehingga memerlukan tindak lanjut pengobatan, persepsi negatif tentang perawatan gigi, keparahan prevalensi karies tinggi (DMFT), mengurangi rasa percaya diri, perasaan malu dan rendah diri dan gangguan tidur di malam hari.13

2.5Penanggulangan Kecemasan

Seperti dengan kondisi yang banyak saat ini, mencegah lebih baik daripada mengobati. Penanggulangannya kemudian harus ditujukan untuk mencegah kondisi yang berkembang saat ini. Secara umum, pengalaman traumatis pertama mengunjungi dokter gigi kemungkinan akan menghasilkan tingkat yang lebih besar dari kecemasan antisipasif sebelum kunjungan berikutnya, sehingga mengurangi kemungkinan kehadiran perawatan di hari esok. Saat ini telah ada penanggulangan kecemasan gigi yang dapat dikelola dengan menggunakan berbagai langkah, mulai dari modifikasi sederhana dari lingkungan dan pendekatan klinis untuk teknis psikologis lebih kompleks. Kadang- kadang obat-obatan mungkin diperlukan untuk mengurangi gejala kecemasan.3 Secara umum ada beberapa penanggulangan masalah kecemasan pasien selama perawatan di praktek dokter gigi yaitu :3,5,16

1. Komunikasi

Komunikasi dengan pasien sangat berperan penting mengurangi kecemasan pasien. Sehingga dapat memberikan dukungan verbal dan kepastian dengan strategi yang digunakan. Komunikasi maksimal yang efektif dengan pendekatan harus


(36)

dilakukan oleh staf maupun tenaga kesehatan yang berinteraksi siapa saja dengan pasien.3 Menurut teori komunikasi, komunikasi yang terjadi selama transaksi terapeutik adalah komuniksasi interpersonal. Naude cit Santosa menyebutkan bahwa pada proses pelayanan medik gigi terjalin suatu hubungan kerja sama antara dokter gigi dengan penderitanya yang dikenal dengan komunikasi interpersonal. Menurut Rakhmat, karakteristik komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi terjadi tanpa melalui media komunikasi, sehingga dalam proses komunikasi interpersonal mempunyai ciri pesan dari komunikator tidak terbatas pada pesan verbal tetapi juga pesan non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, sehingga pesan tersebut mempunyai makna yang beragam.16

2. Terapi relaksasi

Teknik relaksasi yang tidak memerlukan pelatihan lanjutan, seperti biofeedback atau hypnosis, paling sering menggunakan relaksasi otot progresif, latihan pernapasan, citra dipandu atau kombinasi dari teknik ini. Relaksasi otot progresif melibatkan sistematis tegang dan otot santai dari kepala sampai kaki dan menggunakan pernapasan tubuh dalam bentuk lebih rileks.3

3. Modelling

Pemodelan adalah tindakan mengamati orang lain menjalani perawatan, baik secara langsung atau dilihat pada rekaman video tersebut bahwa aspek prosedur dan sensasi yang bisa diharapkan jelas terlihat kepada pasien. Manfaat pemodelan ada 2 yaitu :3

a. Menyediakan informasi tentang prosedur.

b. Memungkinkan pasien untuk mengamati model menerima dukungan positif untuk perilaku yang tepat.

4. Selingan

Mengurangi gangguan kecemasan pasien dengan cara keasyikan. Bentuk gangguan yang paling dasar adalah pasien terlibat dalam percakapan positif dan menarik. Teknik lainnya termasuk kacamata visi virtual, televisi, video games dan rekaman audio. Dalam sebuah studi pasien yang menggunakan perangkat audiovisual


(37)

(AV) dilaporkan kecemasan berkurang. Kondisi pasien yang diliputi kecemasan akan memperkuat rangsang nyeri yang diterimanya karena kecemasan menyebabkan zat penghambat rasa nyeri tidak disekresikan. Dengan adanya musik sebagai fasilitas dalam praktek dokter gigi maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga timbul perasaan tenang dan rileks, dan dapat mengurangi rasa nyeri.3


(38)

2.6 Kerangka Konsep

Tingkat Kecemasan terhadap Perawatan Gigi dan Mulut pada Pasien Poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tingkat kecemasan pasien terhadap

perawatan gigi :

1. Tidak cemas

2. Cemas Jumlah kunjungan terdiri dari :

Kunjungan pertama :

- Perasaan mengunjungi dokter gigi

- Mendengar pengalaman buruk seseorang

- Ditakut – takuti ke dokter gigi - Menunggu giliran

- Bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi - Nama dipanggil Kunjungan berulang :

- Perasaan tidak menyenangkan

sebelumnya

- Duduk di kursi gigi - Dokter gigi memeriksa - Dokter gigi memegang jarum

suntik

- Mendengar suara getaran bur - Dokter gigi tidak ramah - Dokter gigi terburu - buru

Karakteristik pasien : 1. Umur


(39)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stres, yang dirasakan setiap orang sehingga sebagian besar pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Terkadang kecemasan disebut juga dengan ketakutan atau perasaan gugup. Kata kecemasan menggambarkan sejumlah masalah termasuk fobia atau takut akan hal-hal dengan situasi tertentu.1 National Institute of Mental Health (NIMH) memperkirakan bahwa lebih dari 19 juta orang dewasa Amerika Serikat yang terpengaruh dengan gangguan kecemasan setiap tahun yang ditemukan dalam praktek. Sayangnya, sebagian besar pasien dengan gangguan kecemasan tidak menerima perawatan secara profesional. Pada umumnya berkembang sebelum usia 30 tahun dan yang lebih umum pada wanita dan memiliki riwayat keluarga terhadap gangguan kecemasan.2 Penelitian yang dilakukan oleh Jong et al. tentang kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dijumpai 15% pasien mengalami kecemasan.3 Dalam beberapa pendapat peneliti juga menunjukkan bahwa 90% orang mengalami tingkat kecemasan sebelum mengunjungi dokter gigi sementara yang lain di antaranya 40% orang dewasa menunda kunjungan perawatan gigi karena mengalami kecemasan.4

Kecemasan terhadap perawatan gigi saat ini menduduki peringkat ke-5 di antara situasi umum yang ditakuti. Tingginya prevalensi bahwa pasien dengan gangguan kecemasan perawatan gigi akan menghindari kunjungan ke dokter gigi. Hanya sebagian kecil pasien mengaku tidak cemas di lingkungan perawatan gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hmud dan Wals pada tahun 2007 bahwa hanya 14% penduduk Belanda yang tidak cemas ketika berkunjung ke dokter gigi, sementara hampir 40% rata-rata cemas dan 22% sangat cemas. Pada penelitian tersebut pasien yang paling mengalami tingkat kecemasan tinggi adalah pasien perempuan berusia 26-35 tahun. Dalam penelitian lain oleh Armfield et al. juga


(40)

diperoleh data prevalensi populasi yang takut terhadap perawatan gigi 16,4% orang dewasa dan 10,3% anak-anak.5

Penelitian Naidu dan Lalwah pada tahun 2010 yang dilakukan di India Barat pada sampel orang dewasa sekitar penduduk Trinidad dan Tobago menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan. Dari 100 sampel dengan kisaran usia 18-65 tahun yang mayoritas di kelompok usia 26-45 tahun, sebanyak 30% sampel melaporkan alasan mereka menghindari perawatan gigi karena pengalaman masa lalu sehingga mengalami gangguan kecemasan.Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa hanya jenis kelamin yang berhubungan dengan tingkat kecemasan, yaitu perempuan menjadi lebih cemas daripada laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan mengalami kecemasan selama dilakukan perawatan gigi, pada saat menunggu giliran di ruang tunggu dokter gigi dan ketika dokter gigi memasukkan alat bur ke dalam mulut. Sebanyak 68 responden menanggapi pada saat ditanya tentang aspek perawatan gigi sebelumnya yang membuat cemas. Dimana 45,6% mengalami kecemasan pada saat pencabutan gigi, 33,8% pada saat disuntik, 14,7% perawatan penambalan dan 5,9% pada saat skeling. Responden juga mengalami gangguan kecemasan karena pengalaman mereka selama perawatan gigi. Dari jumlah tersebut 55,8% karena merasa sakit, 18,4% takut ke dokter gigi dan 15,4% perawatan yang sangat lama.6

Hasil survei yang dilakukan oleh Natarajan, Madhan, Rasmi, Queen dan Padmanabhan pada tahun 2009 sekitar 550 sampel dewasa berusia diatas 18 tahun (332 laki-laki dan 218 perempuan) menunjukkan nilai skor rata-rata total kecemasan untuk perempuan 18,5±4,9 lebih tinggi dari nilai rata-rata untuk laki-laki 17,4±4,7. Rasa takut dan kecemasan seseorang bisa mempengaruhi hubungan antara pasien dengan dokter gigi dan rencana perawatan.7 Pada penelitian yang dilakukan oleh Santhos et al. di India pada tahun 2009 terlihat pasien yang mengunjungi dokter gigi 12 bulan terakhir dengan tingkat kecemasan yang rendah pada perawatan gigi sebanyak 93,5% sedangkan tingkat kecemasan tinggi hanya 6,5%. Pada pasien yang tidak pernah mengunjungi dokter gigi, 86,5% mempunyai tingkat kecemasan yang rendah dan tingkat yang tinggi 13,5%.8


(41)

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama dan berulang di poli gigi RSUD Dr Pirngadi Medan berumur 12-65 tahun. Pada kelompok umur ini, dimulainya masa perkembangan remaja sampai dewasa sedangkan dibawah 12 tahun umumnya mereka datang dibawa orangtuanya. Pada remaja merupakan masa ingin kebebasan, terjadi perubahan fisik dan emosi yang sering meningkat. Dewasa muda mempunyai emosi yang labil, resah dan dapat berfikir logis serta dapat menilai semua pengalaman hidup. Dewasa tua secara psikologi kemauan untuk melakukan penerimaan dengan perubahan fisik berkembang kearah sikap melawan dan menolak, rasa terkejut dan takut terhadap hilangnya kemudaan. Masa tua juga merupakan masa jenuh dimana mereka menemukan masa yang hampir tidak menyenangkan.18

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3. Untuk mengetahui jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas pada kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(42)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar dapat melakukan upaya mengatasi kecemasan pasien di dalam praktek dokter gigi.

2. Prosedur tindakan preventif bagi tenaga kesehatan terhadap gangguan kecemasan pasien selama perawatan gigi.

3. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka menambah wawasan keilmuwan melalui penelitian lapangan.


(43)

Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2013

Vivi Zayanthi Rezeki Nasution

Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RUSD Dr.Pirngadi Medan.

xi + 39 halaman

Kecemasan adalah emosi yang menimbulkan stres sehingga sebagian besar pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pasien kunjungan pertama dan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian survei deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berobat ke poli gigi berumur 12-65 tahun, jumlah sampel sebesar 105 orang.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tingkat kecemasan paling tinggi pada pasien kunjungan pertama ke dokter gigi adalah terhadap bau ruangan praktek yaitu 67,4%. Berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terutama pada laki-laki 90%. Persentase kecemasaan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi pada umur 12-25 tahun sebesar 68,7% terutama perempuan 78,2%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Perasaan cemas paling tinggi pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya 90,3%. Berdasarkan kelompok umur 12-25 tahun sebesar 100% terutama laki-laki 91,6%. Persentase kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 26-45 tahun sebesar 77,2% terutama perempuan 78,9%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas adalah pencabutan gigi daripada penambalan dan skeling sedangkan perawatan ortodonti tidak menimbulkan kecemasan.


(44)

TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PERAWATAN

GIGI DAN MULUT PADA PASIEN POLI GIGI

RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh

:

VIVI ZAYANTHI REZEKI NST NIM: 090600026

Pembimbing

:

SIMSON DAMANIK, DRG., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(45)

Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2013

Vivi Zayanthi Rezeki Nasution

Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RUSD Dr.Pirngadi Medan.

xi + 39 halaman

Kecemasan adalah emosi yang menimbulkan stres sehingga sebagian besar pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pasien kunjungan pertama dan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian survei deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berobat ke poli gigi berumur 12-65 tahun, jumlah sampel sebesar 105 orang.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tingkat kecemasan paling tinggi pada pasien kunjungan pertama ke dokter gigi adalah terhadap bau ruangan praktek yaitu 67,4%. Berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terutama pada laki-laki 90%. Persentase kecemasaan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi pada umur 12-25 tahun sebesar 68,7% terutama perempuan 78,2%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Perasaan cemas paling tinggi pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya 90,3%. Berdasarkan kelompok umur 12-25 tahun sebesar 100% terutama laki-laki 91,6%. Persentase kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 26-45 tahun sebesar 77,2% terutama perempuan 78,9%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas adalah pencabutan gigi daripada penambalan dan skeling sedangkan perawatan ortodonti tidak menimbulkan kecemasan.


(46)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 Juli 2013

Pembimbing: Tanda tangan

Simson Damanik, drg., M.Kes NIP. 19501013 198203 1 001


(47)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 5 juli 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Simson Damanik, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D


(48)

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan dorongan semangat dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU sekaligus sebagai tim penguji yang telah memberikan saran agar skripsi ini lebih baik.

4. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes yang juga sebagai tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan bimbingan agar skripsi ini lebih baik.

5. Siti Wahyuni drg, selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan.

6. Fauziah, drg, selaku Kepala Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Rohaya Lubis, drg yang telah memberi izin untuk dapat dilakukannya penelitian ini.

Ucapan terima kasih tidak terhingga kepada ayahanda Aminur Rasid Nst dan ibunda Dewi Murni Hsb atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada abang penulis Wiscorni Aulia, SH., adik penulis Ahmad Rizal Nst, Tony Yahya dan Fitri Monica beserta seluruh keluarga besar yang memberikan motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi ini.


(49)

yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang jauh lebih baik di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 5 Juli 2013 Penulis,

(Vivi Zayanthi Rezeki Nst) NIM: 090600026


(50)

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecemasan ... 5

2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan Gigi ... 6

2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan Gigi ... 6

2.2 Psikologi perkembangan ... 9

2.3 Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan 11

2.4 Kecemasan Perawatan Gigi ... 12

2.5 Penanggulangan Kecemasan ... 13

2.6 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 17

3.2.2 Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel ... 17


(51)

3.3.4 Kriteria Inklusi ... 18

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 18

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian ... 20

3.6 Pengolahan Dan Analisis Data ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 21

BAB 5 PEMBAHASAN ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(52)

Tabel Halaman

1 Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan ... 11 2 Persentase distribusi karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD

Dr. Pirngadi Medan (n=150) ... 21 3 Persentase tingkat kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan

mulut pada kunjungan pertama (n=43) ... 22 4 Persentase kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23 5 Persentase kecemasan terhadap perasaan nama dipanggil ke ruangan

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23 6 Persentase kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien

kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 24 7 Persentase kecemasan saat mendengar pengalaman buruk seseorang

ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25 8 Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada

pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25 9 Persentase kecemasan terhadap jika ada orang menakut-nakuti ke

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 26 10 Persentase kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien


(53)

dokter gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 27 12 Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien

kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 28 13 Persentase kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada

pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29 14 Persentase kecemasan saat dokter gigi memegang jarum suntik pada

pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29 15 Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada

pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 30 16 Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi terburu-buru

melakukan perawatan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31 17 Persentase kecemasan saat mendengar suara getaran bur pada pasien

kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31 18 Persentase perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien

kunjungan berulang (n=62) ... 32 19 Persentase perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien


(54)

Gambar Halaman 1 Interaksi kecemasan dan modifikasi perawatan gigi ... 8 2 Siklus negatif terhadap perawatan gigi ... 12


(55)

Lampiran

1 Kuesioner tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan

2 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 3 Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum


(1)

vi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecemasan ... 5

2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan Gigi ... 6

2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan Gigi ... 6

2.2 Psikologi perkembangan ... 9

2.3 Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan 11

2.4 Kecemasan Perawatan Gigi ... 12

2.5 Penanggulangan Kecemasan ... 13

2.6 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 17

3.2.2 Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel ... 17


(2)

vii

3.3.2 Sampel ... 17

3.3.3 Besar Sampel ... 17

3.3.4 Kriteria Inklusi ... 18

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 18

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian ... 20

3.6 Pengolahan Dan Analisis Data ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 21

BAB 5 PEMBAHASAN ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan ... 11 2 Persentase distribusi karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD

Dr. Pirngadi Medan (n=150) ... 21 3 Persentase tingkat kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan

mulut pada kunjungan pertama (n=43) ... 22 4 Persentase kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23 5 Persentase kecemasan terhadap perasaan nama dipanggil ke ruangan

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23 6 Persentase kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien

kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 24 7 Persentase kecemasan saat mendengar pengalaman buruk seseorang

ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25 8 Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada

pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25 9 Persentase kecemasan terhadap jika ada orang menakut-nakuti ke

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 26 10 Persentase kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien


(4)

ix

Tabel Halaman 11 Persentase kecemasan terhadap pengalaman tidak menyenangkan ke

dokter gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 27 12 Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien

kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 28 13 Persentase kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada

pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29 14 Persentase kecemasan saat dokter gigi memegang jarum suntik pada

pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29 15 Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada

pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 30 16 Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi terburu-buru

melakukan perawatan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31 17 Persentase kecemasan saat mendengar suara getaran bur pada pasien

kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31 18 Persentase perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien

kunjungan berulang (n=62) ... 32 19 Persentase perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien


(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Interaksi kecemasan dan modifikasi perawatan gigi ... 8 2 Siklus negatif terhadap perawatan gigi ... 12


(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan

2 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 3 Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum