Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, pola diet diabetes melitus responden menunjukkan bahwa masih banyak reponden yang ada di Desa Pusong Kota Lhokseumawe tidak terkontrol dalam menjalankan pola diet. Terbukti bahwa dari 52 responden 37 orang 72,2 responden tidak terkontrol menjalankan pola diet, dan 15 orang 28,8 reponden mematuhi pola diet. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul 2005, yang meneliti tentang tingkat kepatuhan pelaksanaan diet diabetes melitus di poliklinik endokrin RSU Pirngadi Medan tahun 2005, menemukan 77,8 tidak mematuhi diet, dan 22,2 mematuhi diet. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus dalam melaksanakan diet sangat rendah. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Montaque 2002 yang menyatakan bahwa terdapat 32-82 pasien diabetes melitus yang tidak mematuhi diet. Penelitian yang dilakukan oleh Rowley 1999 juga menyatakan hal yang sama, bahwa terdapat sekitar 35-75 pasien yang tidak mematuhi diet, ketidakpatuhan dalam pelaksanaan diet dipengaruhi oleh faktor situasional yang lalu seperti psikologis dan tekanan sosial untuk makan. Menurut Nurul 2005 Seseorang menjadi patuh atau tidak patuh terhadap program diet dan pengobatan yang telah dianjurkan di pengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi yang merupakan faktor utama yang ada dalam diri individu yang terwujud Universitas Sumatera Utara dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan keyakinan serta nilai- nilai. Selain itu terdapat faktor pendukung merupakan faktor diluar individu seperti status ekonomipenghasilan, dimana faktor penghasilan akan mempengaruhi gaya hidup individu, dukunganperhatian serta peran serta keluarga dalam melaksanakan program diet. Faktor pendorong sangat terkait dengan faktor yang memotivasi individu untuk melaksanakan diet. Menurut asumsi peneliti bahwa komunikasi antara pasien dan dokterperawat dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang untuk memetauhi pola diet penderita diabetes melitus, misalnya informasi dan pengawasan dari petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, pada pola diet penderita diabetes melitus, responden menunjukkan bahwa pola diet pada penderita diabetes melitus pada jenis makanan masih banyak responden yang tidak mengontrol jenis makanannya, berdasarkan penelitian responden yang tidak terkontrol jenis makanannya sebanyak 41 orang atau 78,8, sedangkan responden yang terkontrol jenis makanannya sebanyak 11 orang atau 21,2. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati 2011, yang meneliti tentang hubungan pola makan khususnya pada jenis makanan yang tepat pada penderita diabetes melitus dalam menjaga kadar gula dalam darah di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar tahun 2011, menemukan 87,9 responden tidak terkontrol jenis makanannya dan 12,1 responden yang dapat terkontrol jenis makanannya. Universitas Sumatera Utara hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat aceh yang identik dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis. Hasil penelitian ini menunjukkan 52 responden, 47 orang 90,4 diantaranya suku Aceh. Menurut asumsi peneliti, masyarakat aceh identik dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sifatnya manis, sehingga suku aceh cenderung melanggar aturan jenis makanan yang sehat dikonsumsi bagi penderita diabetes melitus, Kurangnya responden yang melakukan diet tepat jenis bisa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang kesadaran hidup sehat seperti buah apa saja yang mengandung banyak gula atau kalori dan lain sebagainya. Namun Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin 2012, yang meneliti tentang pola diet tepat jumlah, jadwal, dan jenis terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri tahun 2012, menemukan 58.3 terkontrol dan tidak terkontrol 41.7. Menurut Rahmawati 2012, yang meneliti tentang perencanaan diet untuk penderita diabetes melitus di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjar masin, Dalam membuat susunan menu pada perencanaan makan, seorang ahli gizi tentu akan mengusahakan mendekati kebiasaan makan sehari-hari, sederhana, bervariasi dan mudah dilaksanakan, seimbang, dan sesuai kebutuhan, namun pada dasarnya hampir semua jenis makanan sebagai penyebab diabetes melitus. Makanan yang harus dihindari adalah makanan manis yang termasuk pantangan buah seperti sawo, jeruk, nanas, Universitas Sumatera Utara rambutan, durian, nangka dan anggur. Jenis buah yang dianjurkan adalah makanan manis termasuk buah yaitu pepaya, kedondong, salak, pisang kecuali pisang raja, pisang emas, pisang tanduk, apel, tomat, semangka. Berdasarkan hasil penelitian pola diet diabetes melitus responden menunjukkan bahwa jumlah makanan pada penderita diabetes melitus mayoritas responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya sebanyak 38 orang atau 73,1 dan jumlah responden yang dapat mengontrol sebanyak 14 orang atau 26,9. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rosaline 2011, yang meneliti tentang jumlah makanan yang tepat pada penderita diabetes melitus dalam kehidupan sehari-hari di poliklinik penyakit dalam RSUD Semarang tahun 2011, menemukan 42 orang atau 80,7 tidak dapat mengontrol jumlah makanan, dan 10 orang atau 19,3 dapat mengontrol jumlah makanan. Menurut asumsi peneliti, kurangnya pengetahuan tentang kesadaran hidup sehat di kalangan masyarakat dalam mengontrol jumlah makan yang baik bagi penderita diabetes melitus khususnya di desa Pusong, sehingga masih banyak penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol pola diet nya khususnya pada jumlah makanan penderita diabetes melitus. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putro 2012, yang meneliti tentang pola diet tepat jumlah, terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Kediri tahun 2012, Universitas Sumatera Utara menemukan sebanyak 63.3 yang terkontrol jumlah makanannya dan 36.7 tidak terkontrol jumlah makanannya. Selain itu didalam Al-Qur’an surat At-thoha ayat 81 yang artinya makanlah diantara rezeki yang baik yang telah kami berikan pada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya. Menurut Almatzier, 2010, banyaknya kalori yang dikonsumsi dalam 1 hari hanya untuk mencukupi kebutuhan kalori tubuh. Karena banyaknya faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan total kalori dan komposisi makanan sehari-hari maka komposisi makanan ditentukan dalam kisaran persentasi bukan suatu angka yang mutlak. Kebutuhan kalori pada pria juga lebih besar dibandingkan wanita serta jumlah karbohidrat, protein dan lemak yang dibutuhkan antara pria dan wanita juga berbeda, oleh sebab itu penderita diabetes melitus di desa pusong kurang pengetahuan tentang bagaimana cara mengontrol jumlah makan yang baik dan tepat bagi penderita diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian, pola diet diabetes melitus responden menunjukkan bahwa pada jadwal makan responden yang tidak dapat terkontrol jadwal makannya sebanyak 35 orang atau 67,3 dan reponden yang dapat mengontrol jadwal makannya yaitu sebanyak 17 orang atau 32,7. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita 2013 yang meneliti tentang faktor resiko yang berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD kabupaten Universitas Sumatera Utara karanganyar, menemukan 55 responden 76,4 tidak dapat mengontrol jadwal makan dan 17 responden 23,6 dapat mengontrol jadwal makannya. Menurut asumsi peneliti ketepatan jadwal makan responden penderita diabetes melitus mungkin dipengaruhi banyak faktor misalnya pengetahuan, pekerjaan, dan informasi yang di dapatkan sedangkan responden yang tidak dapat menjalankan dan mengatur jadwal makannya, mungkin di pengaruhi banyak faktor misalnya kurangnya informasi, ekonomi, pekerjaan atau aktivitas, yang dilakukan sehingga sulit untuk mengikuti sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana sebagian besar responden berprofesi sebagai pedagang yaitu 22 orang atau 42,3, nelayan 10 orang atau 19,2, wiraswasta 7 orang atau 13,5, pegawai negeri sipil sebanyak 4 orang atau 7,7, pegawai swasta sebanyak 4 orang atau 7,7, dan pekerjaan yang lain-lain sebanyak 5 orang atau 9,6. Ketika seseorang sibuk dalam pekerjaannya, sangat jarang seseorang untuk memperhatikan jadwal makannya, sehingga masih penderita diabetes melitus tidak terkontrol jadwal makannya. jadwal makan penderita diabetes harus sesuai intervalnya yaitu tiap 3 jam. Pada dasarnya diet diabetes melitus diberikan dengan cara 3 kali makanan selingan dengan jarak antara 3 jam. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Mubarti 2012, yang meneliti tentang pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan, pola makan dan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus RSUD lantok pasewang Universitas Sumatera Utara jeneponto, menemukan sebanyak 18 responden 53,3 yang terkontrol jadwal makannya dan 12 responden 46,7 tidak terkontrol makannya. Menurut Muchtasar 2012, yang meneliti tentang hubungan antara pengetahuan diabetes dan dukungan sosial dengan perilaku retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus di prof.dr.margono rumah sakit umum purwokerto, biasanya perempuan mampu menyediakan makan secara mandiri, dan lebih mengikuti aturan yang diberikan oleh petugas kesehatan dibandingkan pria. Alasan ini sesuai dengan pendapat Lubis 2006, yang meneliti tentang dukungan sosial pada pasien gagal ginjal terminal yang melakukan terapi. menyebutkan wanita secara tidak langsung diarahkan untuk memepercayai respon eksternal, sehingga lebih mematuhi dan tergantung aturan dari tenaga medis. Di dalam riwayat hadist Rasulullah saw bersabda, yang artinya kami adalah orang-orang yang tidak makan kecuali setelah lapar, dan bila makan kami tidak sampai kenyang. Maksud dari hadist Rasullah saw sendiri adalah telah memerintahkan untuk mengatur waktu makan dan berpegang teguh pada etika. Jelaslah bahwa setiap individu harus mematuhi jadwal makan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh guna menjaga keseimbangan dan kesehatan. Universitas Sumatera Utara 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pola diet penderita diabetes melitus dengan 52 responden bahwa: a. Tingkat kepatuhan pasien penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe dalam menjalankan pola diet sangatlah rendah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 72,2 responden tidak mematuhi pola diet, dan 28,8 reponden mematuhi pola diet terhadap jenis, jumlah dan jadwal. b. Pada jenis makanan masih banyak responden yang tidak mengontrol jenis makanannya, berdasarkan penelitian responden yang tidak terkontrol jenis makanan nya sebanyak 78,8, sedangkan responden yang terkontrol jenis makanannya sebanyak 21,2, c. Pada jumlah makanan masih banyak responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya 73,1 dan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 26,9, d. Sedangkan pada jadwal makan, responden yang dapat terkontrol jadwal makannya sebanyak 67,3 dan reponden yang tidak dapat mengontrol jadwal makannya yaitu sebanyak 32,7. Universitas Sumatera Utara