– Rasio Perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (Persen)

Tabel II – Rasio Perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (Persen)

Sumber: data.worldbank.org diakses pada tanggal 28 Oktober 2014, 11:24 PM

Kondisi struktural sebagai negara dagang (trading nation) ini pada akhirnya membentuk wajah politik luar negeri Malaysia. Politk luar negeri Malaysia bukanlah sekedar isu ―politik dan keamanan‖, tapi isu ekonomi menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan. Kementerian Luar Negeri Malaysia menggariskan sejumlah poin penting, sebagaimana terlihat pada Kotak I. Poin 1 kebijakan luar negeri menegaskan prinsip pragmatisme Malaysia. Poin ini dipertegas kembali pada poin 2, dimana ada tiga faktor pembentuk kebijakan luar negeri Malaysia, dimana salah satunya adalah status negara tersebut sebagai negara dagang. Kemudian poin 4 membahas secara lebih spesifik terintegrasinya dimensi ekonomi tersebut dengan menegaskan

maju tersebut. 19 EAEG muncul sebagai respons untuk menggalang solidaritas negara-negara berkembang di Asia Timur, menandingi kedua blok

perdagangan tersebut, dan mencari pasar alternatif bagi produk-produk Malaysia. Selain itu, motif Malaysia mendukung masuknya negara-negara Indochina sebagai anggota ASEAN pun bisa dijelaskan dari perspektif ini. Selain kebutuhan untuk menciptakan Asia Tenggara yang stabil, Malaysia berupaya mencari pasar-pasar baru di Vietnam, Kamboja, Laos, dan

Myanmar. 20

Kotak I – Butir-Butir Kebijakan Luar Negeri Malaysia

Poin 1: ―...Malaysia continues to pursue an independent, principled and pragmatic foreign policy, founded on the values of peace, humanity, justice and equality... ‖

Poin 2: ―...Malaysia‘s foreign policy is largely influenced and shaped by three factors,namely its strategic location in Southeast Asia, its attributes as a trading nation as well as its unique demography... ‖

Poin 4: ―...under the present leadership of Prime Minsiter YAB Dato‘ Sri Najib Tun Razak, Malaysia continues to promote a forward-looking and pragmatic

foreign policy that facilitates trade, attracts foreign investment as well as

project Malaysia as a stable and peaceful country... ‖

Sumber: Ministry of Foreign Affairs Malaysia, 2014, ―Malaysia‘s Foreign Policy‖, diakses dari kln.gov.my/web/guest/foreign_policy

Ciri khas lain dari kebijakan luar negeri Malaysia adalah prinsip equidistant. Prinsip ini dibuat untuk menjaga posisi Malaysia sebagai negara

Yumiko Okamoto, ―The Reluctant Bilateralist: Malaysia‘s New Trade Strategy‖, dalam Vinod K. Aggarwal dan Sujiro Urata (eds.), Bilateral Trade Agreements in the Asia-Pacific: Origins,

Evolution and Implications (New York and London: Routledge, 2006).

20 K.S. Dhillon, Malaysian Foreign Policy in the Mahathir Era 1981-2003: Dilemmas of Development (Singapore: NUS Press, 2009), hlm. 127-138

perlunya Malaysia mengambil posisi non-aligned. Inilah sebabnya Malaysia, dimulai dari era PM Mahathir, berupaya untuk lebih dekat dengan negara- negara Selatan. Malaysia menjadi aktor penting dalam berbagai organisasi

seperti Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan Organisasi Konferensi Islam (OKI). 22 Sejak tahun 1980an, tidak mengherankan jika Malaysia dikenal sebagai

champion atau penyuara kepentingan negara-negara berkembang dengan sikap yang relatif tegas terhadap negara-negara Barat.

Karakter trading nations dan non-alignment ini pada akhirnya mendorong Malaysia untuk berinteraksi secara ekonomi dengan negara-negara Selatan. Bagi Malaysia, penguatan hubungan mutual diantara negara-negara berkembang merupakan hal yang imperatif untuk mencapai kepentingan nasionalnya, selain juga menaikkan taraf hubungan Selatan-Selatan ini ke level yang lebih tinggi. Malaysia mem-follow up KSS-nya dengan membentuk agen yang secara khusus menangani kerjasama ekonomi. Sejak tahun 1992, Malaysia telah mendirikan Malaysian South-South Cooperation (MASSCORP) untuk menghubungkan pebisnis domestik dengan mitra-mitra di negara Selatan, khususnya melalui promosi dagang dan investasi. Hal ini tergambar jelas dalam tujuan MASSCORP, misalnya: a) menciptakan joint venture antara perusahaan domestik Malaysia dengan pebisnis negara Selatan, baik untuk proyek di Malaysia maupun di negara Selatan terkait; b) mendorong keterlibatan perusahaan domestik Malaysia pada privatisasi badan usaha milik negara di negara Selatan; c) memberikan business intelligence terkait peluang-

peluang bisnis di negara Selatan lain. 23 MASSCORP sendiri merupakan entitas bisnis dengan status Berhad

atau perusahaan. Dewan Direksi MASSCORP berisikan pengusaha-pengusaha Malaysia yang memang memiliki expertise dalam berbisnis di negara-negara Selatan. MASSCORP juga memiliki sejumlah Country Directors yang bertanggung jawab atas ekspansi bisnis ke berbagai kawasan negara berkembang, seperti untuk wilayah Afrika; Kamboja, Laos dan Micronesia;

J. D. Ciorciari, The limits of Alignment: Southeast Asia and the Great Powers Since 1975, (Washington, D. C.: Georgetown University Press, 2010), hlm. 151

22 Ibid. 23 Syamsul Hadi, et.al. (2010). Arah Kebijakan Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan.

(Jakarta: JICA)

Amerika Latin dan Myanmar; Filipina; Tiongkok; dan Argentina. 24 MASSCORP juga merupakan shareholder company yang mengumpulkan berbagai macam

perusahaan domestik Malaysia dalam satu platform dan beraktivitas di berbagai sektor, seperti perkebunan, produk, manufaktur, pertanian, telekomunikasi,

konstruksi, perbankan, pertambangan, minyak dan gas, turisme, dan lain-lain. 25

Selain MASSCORP, Malaysia juga memiliki entitas lain terkait pengembangan bisnis ke negara-negara Selatan. Malaysian South-South Association (MASSA) dibentuk pada tahun 1991 setelah kunjungan Presiden

Mahathir Muhammad ke Chile, Brazil dan Argentina. 26 Anggota MASSA berisikan pengusaha-pengusaha domestik dengan tujuan untuk meningkatkan

kegiatan perdagangan dan investasi ke negara-negara berkembang. MASSA terutama berfungsi sebagai pusat informasi yang mengidentifikasi peluang- peluang bisnis di negara Selatan untuk kemudian didiseminasikan kepada

pengusaha-pengusaha domestik. 27 MASSA memiliki koneksi yang sangat baik ke pemerintah dengan posisinya yang berada langsung di bawah Kantor

Perdana Menteri dan dengan Menteri Perdagangan dan Industry (Minister of International Trade and Industry) sebagai penasihatnya. 28