Peta Wilayah Laut China Selatan

Gambar 1. Peta Wilayah Laut China Selatan

Sumber: TibetanReview.net (30 Nov 2015), China Willing to nuke US to Effectuate South China Sea Claims? Diunduh dari

http://www.tibetanreview.net/wp- content/uploads/2015/12/South-China-Sea-1.jpg ; pada 18 November 2016.

Laut China Selatan melingkupi wilayah daratan dan karang laut yaitu Spratly dan Paracel. Dengan dikeluarkannya kebijakan nine dash line oleh Tiongkok atas dasar Hak Sejarah menyebabkan kedua wilayah ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Tiongkok. Hal ini disanggah oleh Vietnam, bahwa kedua wilayah tersebut merupakan hak kedaulatan Vietnam sejak abad ke-17. Kepulauan Spratly dan Paracel yang dalam Bahasa Vietnam disebut dengan Hoang Sa dan Truong Sa merupakan milik Vietnam yang dikuasai oleh Perancis pada masa Kolonial dan Vietnam Selatan pada masa Perang Dingin, kedua pulau tersebut secara tidak sah di kuasai oleh Tiongkok (PRC / Peoples Republic of China) pada saat perang Vietnam (Anthoni, 2016). Philipina merupakan salah satu pihak yang juga mengklaim bahwa sebagian Pulau di Laut China Selatan merupakan bagian dari wilayah kedaulatannya. Terdapat empat wilayah yang di klaim oleh Philipina di Laut China Selatan yang merupakan bagian dari kedaulatan Philipina yaitu Dangkalan Scarborough

53

(Scarborough Shoal), Dangkalan Thomas Kedua (Second Thomas Shoal), Tepian Reed (Reed Bank), dan sejumlah karang pada rangkaian kepulauan spratley (Kalayaan Island Groups/KIG) (Rosen, 2014). Klaim tersebut didasarkan pada konsesi yang diberikan oleh Spanyol kepada Amerika Serikat sebagai akibat kekalahan dalam perang Spanyol –Amerika Serikat tahun 1898 dan dinyatakan dalam Perjanjian Paris (The Treaty of Paris). Traktat tersebut diperkuat oleh Senat Philipina pada tahun 1932 dalam Undang Undang No. 4003 yang mengklasifikasikan bahwa semua wilayah air yang disebutkan dalam traktat adalah milik Philipina untuk kepentingan pengaturan penangkapan ikan, pnegakan hukum, pertahanan dan pengembangan sumber daya. Undang undang ini diakui secara de facto oleh Amerika Serikat pada tahun berikutnya 1933 dan secara de jure pada tahun 1946 sebagai bentuk pengakuan atas kemerdekaan penuh terhadap Philipina. Dalam beberapa periode waktu pemerintah philipina mengeluarkan kebijakan baru mengenai klaimnya atas wilayah Laut China Selatan yang mengundang pertanyaan masyarakat internasional mengenai jalur bebas masuk internasional (international passage) yang berada pada Wilayah Laut Dalam Philipina, yang pada akhirnya pemerintah Philipina mengakui adanya jalur tersebut dan mengikuti ketentuan pada UNCLOS 1982.

Malaysia merupakan negara yang memiliki dua wilayah terpisah yaitu semenanjung Malaysia (Peninsular Malaysia) yang terdiri atas 11 negara bagian dan Malaysia timur (East Malaysia) dengan dua negara bagian yang semuanya tergabung dalam negara federal Malaysia. Kedua wilayah tersebut terpisah oleh 640 mil laut-Laut China Selatan. Permasalahan timbul antara Malaysia dan Tiongkok atas Laut China Selatan atas klaim Malaysia terhadap beberapa pulau, dangkalan dan wilayah karang yang masuk dalam kebijakan nine dash line Tiongkok. Malaysia menandatangani perjanjian UNCLOS 1982 dan meratifikasinya pada 14 Oktober 1996 (Roach, 2014). Klaim Malaysia atas Laut China Selatan terletak pada laut dangkal di selatan kepulauan Spratley dan klaimnya atas wilayah zona ekonomi ekslusif (economic exclusive zone) yang membentang dari wilayah Sabah di Pulau Borneo Utara antara lain Swallow Reef, Erica Reef, Investigator Shoal, Mariveles Reef, Dallas Reef, Ardaiser Reef (keenam wilayah ini merupakan wilayah yang diklaim oleh Malaysia yang juga di klaim oleh negara lain). Commodore Reef/Rizal Reef, Amboyna Cay, Barque Canada Reef, James Shoal, North Luconia Shoal dan South Luconia Shoal (keenam wilayah ini diklaim oleh Malaysia namun di duduki oleh Philipina).

Salah satu negara asia tenggara yang juga meng-klaim wilayah di Laut China Selatan adalah Brunei Darussalam yang juga merupakan salah satu