Proses Pembentukan Reduplikasi Berubah Bunyi

154 Tuturan pada kalimat 1 dilafalkan dengan nada yang lebih tegas dan kasar dan dengan mitra tutur yang setara dan dalam situasi yang santai, sedangkan pada kalimat 2 dilafalkan dengan nada yang lebih pelan dan halus atau lebih sopan saat berbicara dengan mitra tutur yang tidak setara.

4.2.4 Proses Pembentukan Reduplikasi Berubah Bunyi

Reduplikasi berubah bunyi adalah bentuk pengulangan bentuk dasar dengan mengalami perubahan fonem dari suku kata pertama atau pun suku kata terakhir. Reduplikasi BM terjadi pada suku kata kedua bentuk dasar yang mengalami proses pengulangan. Pengulangan ini terjadi dalam beberapa proses, yaitu kata dasar mengalami pengulangan secara utuh tetapi mengalami perubahan fonem dari fonem a berubah menjadi fonem i, kemudian pengulangan ini mengalami penghilangan pada suku kata pertama pada bentuk yang diulang, sehingga terbentuklah pengulangan dengan perubahan fonem. Reduplikasi berubah bunyi pada BM ini menempel pada kelas kata nomina, verba dan numeralia. Berdasarkan temuan data hanya kata-kata tertentu saja yang mengalami perubahan bunyi yakni dengan mengulang suku kata awal dari bentuk dasarnya dan mengubah fonem vokal suku pertamanya, dan ada pula yang tidak mengubah fonem vokalnya. Bentuk penyesuaian fonem vokal tersebut sebagai bentuk pengulangan dari bentuk dasar dalam proses reduplikasi berubah bunyi, seperti yang terdapat pada kelas kata nomina berikut ini. 155 [i] [a] [b] –[b] RED Kiri - NOM ; bentuk dasar Kaidah di atas menjelaskan perubahan vokal tinggi i yang memiliki ciri [+silabel,+tinggi, -depan, -bulat] menjadi vokal rendah a [+sil, -tinggi, +belakang, - bulat] apabila terletak pada posisi kiri suku kata awal CV dari bentuk dasar RED Kiri - KLT ; bentuk dasar yang diikuti oleh batas morfem + yang berada diantara konsonan b [+konsonantal, +labial]. Kaidah ini bisa diterapkan untuk bentuk-bentuk X è +sil +t inggi -depn -bulat +cons +vioce +ant +lab -cont +cons +vioce +ant +lab -cont +sil -t inggi +depn +r end [[NOM]] [[NOM]] [[ BINÈ’ ]] X X X b i n è [[BINÈ’]] [[NOM]] X X X i n X X [[BINÈ’ ]] [[NOM]] X X [[BINÈ’ ]] [[NOM]] X X X X b i n X X X a b b i n è [babinè’] è a [X Ditemukan kaidah :   Kiri- Num ; suku awal bentuk dasar [[BINÈ’]] LexIns JungIns Tsrcr b a ɸ X] Kaidah 1 Kaidah 2 156 reduplikasi seperti [ba  bine  ’ ] ‘perempuan’ yang berasal dari bentuk dasar [bine  ’ ] ’perempuan’. Tidak terjadi perubahan makna pada morfem tersebut namun terjadi perubahan bunyi pada proses pembentukan reduplikasinya. Pada kelas kata verba, morfem lâr-ghâlir merupakan bentuk reduplikasi yang mengalami perubahan bunyi juga yakni vokal tinggi i berciri [+silabel, +tinggi, - depan, -rendah] menjadi vokal rendah a [+sil, -tinggi, +depan, +rendah] apabila terletak diantara konsonan l yang berciri [+cons, +ant, +cor, +lat] dan r yang berciri [-cons, -ant, +cor, -lat] pada posisi kiri suku kata awal CV dari bentuk dasar RED Kiri - KLT ; bentuk dasar yang diikuti oleh batas morfem. Bentuk kaidah fonologi tentunya tergantung pada perubahan bunyi vokal yang terjadi pada dalam reduplikasi sebagian, seperti berikut kaidah perubahan bunyinya. Bentuk dasar Reduplikasi ghâlir lâr-ghâlir [i] [a] [l] –[r] RED Kiri - VB ; bentuk dasar Pada kelas kata verba lainnya yakni morfem ra-rosak yang merupakan bentuk reduplikasi yang mengalami perubahan bunyi juga yakni vokal rendah bulat o berciri [+silabel, -tinggi, -depan, +bulat] menjadi vokal rendah a [+sil, -tinggi, +depan, +rendah] apabila terletak di akhir suku kata pada posisi kiri suku kata awal CV dari bentuk dasar RED Kiri - KLT ; bentuk dasar yang diikuti oleh batas morfem. Bentuk kaidah fonologi tentunya tergantung pada perubahan bunyi vokal +sil +tinggi -depn -rend +cons +ant +cor +lat -cons -ant +cor -lat +sil -tinggi +depn +r end 157 yang terjadi pada dalam reduplikasi sebagian, seperti berikut ini kaidah perubahan bunyinya. [o] [a] ___ RED Kiri - VB ; bentuk dasar Adapun reduplikasi sebagian suku awal pada kelas kata nomina dan verba yang disertai dengan perubahan bunyi dan penyisipan bentuk [a]. Hal tersebut terjadi pula pada kelas kata numeralia bahasa Madura ini, berikut proses pembentukannya. Bentuk Dasar Reduplikasi le  ma’ lale  ma’ [KLT] ‘lima’ ‘lima buah’ pe  tto’ pape  tto’ [KLT] ‘tujuh’ ‘tujuh buah’ +sil -tinggi -depn +bulat +cons -vioce +ant +lab +cont +sil -tinggi +depn +r end [[KLT]] [[KLT]] [[ LEMA’ ] X X X l e  m a’ [[LEMA’]] [[KLT]] X] X X X l] e  m a’ X X a [[LE MA’]] LexIns +KLT 158 [è] [a] [l] –[l] RED Kiri - KLT ; bentuk dasar [è] [a] [p] –[p] RED Kiri - KLT ; bentuk dasar Kaidah di atas menjelaskan perubahan vokal tinggu bulat yang memiliki ciri [+silabel, -tinggi, -rendah, -bulat] menjadi vokal rendah [+sil, -tinggi, -bulat, +rendah] apabila terletak pada posisi kiri suku kata awal CV dari bentuk dasar RED Kiri - KLT ; bentuk dasar yang diikuti oleh batas morfem + yang berada diantara konsonan d [+konsonantal, -silabik]. Kaidah ini bisa diterapkan untuk bentuk- +sil -tinggi -depn -rend -sil +cons +vioce +ant +cor -sil +cons +vioce +ant +cor +sil -t inggi +depn +r end +sil -tinggi -depn -rend -sil +cons -vioce +ant -cor -sil +cons -vioce +ant -cor +sil -t inggi +depn +r end [[LE MA’]] [[KLT]] X] X X [[LE MA’]] [[KLT]] X X X X l e  m X [X X X a’ l l e  m a’ [la’-le ma’] a’ a’   Kiri- Num ; suku awal bentuk dasar JungIns Tsrcr 159 bentuk reduplikasi seperti [DÂDUWÂ’] ‘dua buah’ yang berasal dari bentuk dasar [duwâ’] ’dua’, sedangkan morfem reduplikasi [tatèllo’], [lale ma’], [papetto’] yang merupakan bentuk reduplikasi yang mengalami perubahan vokal berciri [+silabel, -tinggi, -depan, -rendah] menjadi vokal rendah [+sil, -tinggi, +depan, +rendah] apabila terletak pada posisi kiri suku kata awal CV dari bentuk dasar RED Kiri- KLT; bentuk dasar yang diikuti oleh batas morfem + yang berada diantara konsonan t,l,p [+konsonantal, -silabik]. Bentuk kaidah fonologi tentunya tergantung pada perubahan bunyi vokal yang terjadi pada dalam reduplikasi sebagian.

4.3 Masalah Reduplikasi yang Memerlukan Penelitian Lanjutan

Kaidah pada reduplikasi BM seperti yang telah dibahas merupakan bentuk umum dari adanya temuan data dari BM dialek Sumenep. Beberapa kaidah yang ditemukan produktivitasnya dalam bahasa tulis lebih sering digunakan daripada produktivitas penggunaannya dalam bahasa lisan masyarakat Madura, sehingga produktivitasnya bersifat tidak berhenti. Produktivitas serta kaidah bersifat tidak berhenti, namun suatu saat dapat pula mengalami hambatan, Katamba 1994:74 menyebutnya dengan constraint of productivity. Artinya, pola-pola yang semula produktif, tiba-tiba menghadapi kendala tatkala berhadapan dengan bentuk-bentuk tertentu. Tidak adanya sebuah bentuk yang seharusnya ada karena menurut kaidah dibenarkan ini disebut blocking Aronoff, 1976:43; Bauer, 1983:87. Hal ini disebabkan karena keproduktifan proses derivasi dan penambahan alternan-alternan baru pada daftar derivasional dibatasi oleh kaidah-kaidah yang sudah ada Chaer,