142
+V.D.INT +V.D.INT
verba intransitif tatandung. Proses afiksasi memicu terjadinya penyisipan jungtur sehingga membentuk reduplikasi dung-tatandung ‘tersandung-sandung’. Penyisipan
jungtur berupa morfem penanda iteratif ITR berupa jungtur dung - yang diperoleh dari suku kata akhir bentuk dasar dan prefik {ta-} menjadi reduplikasi dung-
tatandung ‘tersandung-sandung’. Kaidah pembentukan reduplikasi berimbuhan
terjadi secara bertahap, diawali proses afiksasi dan diikuti oleh penyisipan jungtur.
4.2.3.5 Proses Pembentukan Reduplikasi dengan Prefik {ma-}
Reduplikasi prefik {ma-} hanya menempel pada kelas kata adjektiva [ADJ]. Proses afiksasi memicu terjadinya jungtur secara bersama-sama. Jungtur diperoleh
dari bentuk ulang suku kata akhir bentuk dasarnya dan menyisipkan prefik {ma-} pada bentuk dasarnya secara bersama-sama.
Proses reduplikasi prefik {ma-} yang diikuti penyisipan jungtur dari suku kata akhir bentuk dasar memiliki fungsi gramatis sebagai penanda verba deintensif
[+D.INT]. Proses afiksasi yang diikuti penyisipan jungtur terjadi proses derivasi kelas kata adjektiva menjadi verba deintensif yang bermakna ‘pura-pura’, sehingga
ditemukan kaidahnya sebagai berikut. .
è] [[ADJ]]
[[VB]] [[VB]]
X X
a k è
X [[
SAKE ’
]]
X
s
X X]
a [k
[X X
s PREFIK
PREFIK
Prefik ]-Insert
[[
SAKE ’
]]
X
a
X
m
X
è
X
k
[[
SAKE ’
]]
143
+V.D.INT
+V.D.INT
Kaidah pembentukan reduplikasi di atas merupakan bentuk reduplikasi berimbuhan prefik ma- sebagai penanda perulangan deintensif [[+D.INT]] yang
berarti ‘pua-pura’ . Proses ini menunjukkan bahwa kata ke
’-masake
’ dibentuk dari
morfem [[SAKE
’]] dan morfem pembentuk verba deintensif [D.INT] prefik {ma-}. Proses afiksasi memicu terjadinya penyisipan jungtur untuk morfem
[[SAKE ’]] berupa ke
’ . Penyisipan jungtur diletakkan sebelum prefik {ma-}
sebagai penanda verba deintensif yang bermakna ‘verba yang dilakukan secara kurang sungguh-sungguh atau berpura-pura’. Proses afiksasi yang diikuti
penyisipan jungtur membentuk kata ke
’-masake
’ yang bermakna ‘pura-pura sakit’.
Berdasarkan proses pembentukan reduplikasi terlihat bahwa bentuk dasar reduplikasi ke
’-masake
’ adalah sake
’. Pengulangan suku akhir dari bentuk dasar
yang diletakkan di sebelah kiri bentuk dasarnya dan sebelum mendapatkan imbuhan prefik {ma-} merupakan bentuk turunan. Proses reduplikasi berimbuhan
Readj Tscr
[[VB]] [[VB]]
[[
SAKE ’
]]
PREFIK
PREFIK
[[
SAKE ’
]]
X X
a k è
X X
s
X X
a k è
X X
s
X
è
X
k
X
a
X
m
X
è
X
k
X
a
X
m Ditemukan kaidah sebagai berikut:
[ __Pref; “[” Kiri D.INT – suku kata akhir bentuk
dasar
144
prefik {ma-} merupakan proses derivasi, perubahan kelas kata adjektiva menjadi kelas kata verba deintensif. Kaidah sederhana ini pun berlaku untuk kelas kata
adjektiva [ADJ] lainnya seperti, neng-masenneng, dhi-maseddhi, ghi-masoghi, ter-mape
nter .
[SENNENG] [VB] [V.D.INT] [Prefik ma-]senneng [neng][ masenneng] [neng-masseneng] [SEDDHI] [VB] [V.D.INT] [Prefik ma-]seddhi [dhi][ maseddhi]
[dhi-maseddhi]
[SOGHI] [VB] [V.D.INT] [Prefik ma-]soghi [ghi][ masoghi] [ghi-masoghi]
[ PE NTER] [VB] [V.D.INT] [Prefik ma-] penter [ter][ mapenter]
[ter-mape nter]
Pada kata neng-masenneng berawal dari bentuk dasar adjektiva senneng yang mengalami proses afiksasi berupa prefik {ma-} dan diikuti jungtur. Kata neng-
masenneng dibentuk dari morfem [[SENNENG]], prefik {ma-}, penyisipan jungtur
secara bersama-sama menjadi bentuk verba intransitif neng-masenneng. Penyisipan jungtur berupa morfem penanda verba intransitif V.D.INT berupa jungtur neng -
yang diperoleh dari suku kata akhir bentuk dasar, sebelum prefik {ma-} sehingga menjadi neng-masenneng ‘pura-pura senang’. Kaidah pembentukan reduplikasi
berimbuhan terjadi secara bersama-sama
.
Ragam variasi makna juga terjadi pada bentuk reduplikasi berimbuhan prefik {ma-}, yaitu membentuk fungsi verba aktif transitif, misalnya prefik {ma-}
]-Insert
‘pura-pura senang +D.INT’ ‘pura-pura sedih +D.INT’
]-Insert Tscr
Prefik
‘pura-pura kaya +D.INT’
]-Insert Tscr
Prefik
‘pura-pura pandai +D.INT’
]-Insert Tscr
Prefik Tscr
Prefik
145
menempel pada adjektiva ‘bâcca’ basah yang bentuk reduplikasinya menjadi ‘ca- mabâcca’ ‘
membasah-basahkan’ bukan bermakna ‘pura-pura basah’. Bukan hanya disebabkan kendala morfologi, hal tersebut juga disebabkan kendala sintaksis. Kata
‘ca-mabâcca’ akan berfungsi sebagai verba transitif yang bermakna ‘membasah- basahkan’ jika diikuti objek, sedangkan jika tidak diikuti objek, bermakna ‘pura-
puratampak basah’.
4.2.3.6 Proses Pembentukan Reduplikasi dengan Prefik {e pa -}