43
wawancara tidak terstruktur ini seringkali disamakan pengertiannya dengan metode wawancara mendalam indept interwiewing method yaitu dengan
cara peneliti berperan sebagai pembelajar bahasa Madura kepada informan utama atau pun informan tambahan untuk mengetahui kebenaran data tulis
serta data lisan yang diperoleh. Data sekunder diperoleh melalui media lembar tanyaan, majalah
Jokotole majalah berbahasa Madura, kamus bahasa Madura, buku tata bahasa bahasa Madura. Data yang terkumpul disesuaikan dengan proses
sesuai dengan teori yang digunakan pada bentuk reduplikasi tersebut. Tata kerja dalam mendapatkan data adalah dengan menyusun instrumen
penelitian berupa daftar reduplikasi BM pada media cetak berbahasa Madura. Tahap kedua adalah mengidentifikasi data reduplikasi BM. Tahap
ketiga adalah mengadakan studi pustaka yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian sistem perulanganreduplikasi.
Setelah data diperoleh, dilanjutkan dengan klasifikasi data ke dalam jenis-jenis perulangan menurut kelas kata dan bentuk perulangan. Tahap
selanjutnya adalah data diseleksi dan dianalisis untuk kaidah sistem perulangan reduplikasi bahasa Madura baik secara bentuk, fungsi, serta
produktivitas reduplikasi. Tahapan terakhir adalah data disimpulkan berdasarkan hasil analisisnya.
3.3 Validasi Data
Data berupa reduplikasi BM yang telah dikumpulkan dicatat dan diuji kemantapan dan kebenarannya Sutopo, 2002:78. Dengan demikian,
44
penelitian ini menggunakan beberapa cara pengembangan validitas data penelitian. Sutopo 2002:78—85 menjelaskan bahwa cara untuk menguji
validitas data penelitian, di antaranya trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti, trianggulasi teori dan reviu informan. Triangulasi yang
digunakan yaitu, teori trianggulasi data dan reviu informan untuk memastikan data yang diperoleh. Trianggulasi data digunakan untuk melihat
data kebahasan yang sama, tetapi diambil dari sumber yang berbeda sehingga validitas data kebahasaan akan semakin mantap. Data-data yang
diambil tidak hanya berasal dari satu informan saja tetapi dibandingkan dengan data yang terjaring dari informan lainnya.
Penelitian tersebut juga menggunakan trianggulasi teknik reviu informan, saat peneliti telah mendapatkan data yang cukup lengkap, data-
data tersebut dikomunikasikan kembali dengan informan, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok Sutopo, 2002:83. Teknik ini
merupakan tahapan akhir untuk menguatkan kualitas dan kevaliditasan data. Teknik ini disebut sebagai cross check akhir data sebelum proses analisis
data berlangsung.
3.4 Metode Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis menggunakan beberapa teknik, di antaranya teknik lesap, ganti, sisip, dan ubah ujud. Teknik tersebut
digunakan untuk menemukan bentuk, fungsi, produktivitas, dan kaidah pembentukan reduplikasi BM. Kaidah pembentukan reduplikasi pada BM
dianalisis dengan mengaplikasikan teori reduplikasi dalam kerangka
45
morfologi distribusional MD yang telah dikembangkan oleh Hale dan Marantz
pada tahun 1993, Harley dan Noyer 1999, dan Frampton 2009. Teori MD digunakan untuk menganalisis reduplikasi dan
menjelaskan kaidah reduplikasi yang terjadi pada berbagai macam bahasa, termasuk bentuk reduplikasi sebagian dalam BM karena teori lain, teori
fonologi autosegmental, dengan kerangka KV tidak dapat menjelaskan secara detail. Objek penelitian ini berupa reduplikasi sebagian pada BM
yang merupakan bentuk lazim dari sistem reduplikasi pada bahasa tersebut dan dikaji menggunakan teori morfologi distribusional.
Beberapa teknik analisis digunakan untuk mengetahui sistem kebahasaan, yakni, teknik lesap, ganti, sisip, dan ubah ujud. Teknik lesap
merupakan teknik analisis yang dilaksanakan dengan melesapkan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan Sudaryanto, 1993:41. Pelesapan
atau penghilangan unsur dalam teknik lesap berfungsi untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan, baik dari unsur gramatikalnya
maupun tidak gramatikal. Pada bidang morfologi, teknik lesap digunakan untuk membedakan tipe kata polimorfemik tertentu. Teknik ini digunakan
untuk mengetahui kadar keintian bentuk dasar dari reduplikasi BM berimbuhan, misalnya, pada morfem rangke’ ‘kait’ mendapat morfem {a-}
berupa prefik pada kata rangke’ menjadi arangke’, bentuk dasar arangke’ mengalami reduplikasi menjadi ake’-rangke’. Ketiga proses ini bergantung
dengan proses pembentukan reduplikasinya sekaligus melihat bentuk dasar dan makna yang diharapkan dari adanya reduplikasi tersebut. Teknik
46
pelesapan ini berfungsi untuk mengetahui bahwa rangke’ merupakan morfem dasar. Hal ini menunjukkan bahwa ake’-rangke’ termasuk kata tipe
polimorfemik. Selain menggunakan teknik lesap, penelitian ini juga menggunakan
teknik ganti. Teknik ganti menurut Sudaryanto 1993:41 merupakan sebuah teknik untuk mengetahui kadar kesamaan kelas kata atau kategori unsur
terganti dengan unsur pengganti. Fungsi dari unsur pengganti adalah untuk mengetahui kategori kelas kata yang sama. Teknik ganti ini digunakan pada
proses reduplikasi, misalnya reduplikasi pada kata ‘neng-enneng’ yang berasal dari bentuk dasar adjektiva ‘enneng’ jika mengalami reduplikasi
maka menjadi ‘neng-enneng’. Kata ‘neng-enneng’ merupakan kelas kata nomina ‘pendiam’. Kata tersebut mengalami perubahan kelas kata dari
adjektiva menjadi nomina. Inilah yang dinamakan teknik ganti. Menurut Sudaryanto 1993:64 teknik sisip adalah teknik yang
menyisipkan unsur lingual lainnya dan unsur yang disisipi tersebut dipertahankan. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kadar keeratan
kedua unsur yang dipisahkan oleh penyisip itu dan jika disisipi unsur lainnya tidaklah mengubah informasi semula. Hal ini dapat digunakan untuk
mengetahui beberapa bentuk reduplikasi, misalnya pada bentuk reduplikasi berimbuhan prefik {ma-}, yaitu membentuk fungsi verba transitif, misalnya
prefik {ma-} menempel pada adjektiva‘bâcca’ basah yang bentuk reduplikasinya menjadi ‘ca-mabâcca’ membasah-basahkan’ bukan
bermakna pura-pura basah. Kata ‘ca-mabâcca’ akan berfungsi sebagai
47
verba transitif yang bermakna ‘membasah-basahkan’ jika disisipi objek, sedangkan jika tidak disisipi objek, maka bermakna ‘pura-puratampak
basah’. Teknik ubah ujud menurut Sudaryanto 1993:83 yaitu teknik yang
berupa pengubahan wujud dan menghasilkan tuturan yang berubah wujud. Teknik ubah ujud ini ada pada tataran sintaksis. Teknik ubah ujud berfungsi
untuk menentukan satuan makna konsituen sintaksis yang disebut “peran” seperti pelaku atau agentif, penderita atau objektif, dsb, mengetahui pola
struktural peran, mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola strukturalnya. Hal ini terlihat pada contoh bentuk reduplikasi berimbuhan sufik {-
aghi} yang melekat pada kelas kata verba berfungsi membentuk verba aktif dwitransitif {me-kan}, reduplikasi prefik {e
pa-} yang hanya melekat pada kelas kata adjektiva memiliki kesamaan fungsi, berupa prefik {e
pa-} membentuk verba pasif dwitransitif {di-kan} dari bentuk dasarnya berupa
adjektiva. Prefik {e
pa-} yang melekat pada kelas adjektiva pada contoh ini mengalami perubahan fungsi secara derivasi dari kelas kata adjektiva
menjadi verba pasif {di-} yang memiliki makna dijadikan seperti bentuk dasarnya dan melakukan kegiatan secara berulang-ulang kepada objek.
Makna yang muncul dari prefik {e pa -} tersebut adalah benefaktif atau
melakukan sesuatu secara berulang untuk objek lain secara sengaja. Reduplikasi tersebut berfungsi sebagai predikat yang memiliki dua objek
dalam sebuah kalimat.
48
3.5 Penyajian Hasil Analisis