139
penggunaan bahasa lisan sehingga seringkali tidak menggunakan kaidah pembentukan kata yang sesuai. Selain itu, kendala fonologi ‘maen’ yang memiliki
pola silabel KVVK sehingga ketika dibagi berdasarkan suku katanya seharusnya ma- en
menjadi bentuk reduplikasi aen-maen. Pada bahasa Madura vokal a hanya bisa berderet dengan vokal a ,
, sehingga ketika kedua gugus vokal tersebut
dipisahkan berdasarkan silabel KV-VK nya, gugus vokal tersebut tidak akan bisa karena gugus vokal a dan e tersebut tidak bisa digabungkan menjadi aen-maen
sehingga mengalami kendala fonologis dalam pembentukannya menjadi ‘en-maen’ bermain-main atau ‘amaen-maen’ bukan aen-maen.
4.2.3.4 Proses Pembentukan Reduplikasi dengan Prefik {ta-}
Prefik {ta-} yang menempel pada kelas kata [VB] membentuk fungsi kata kerja intransitif {ter-}. Kata kerja intransitif menyatakan suatu keadaan yang dialami
secara tidak sengaja. Prefik {ta-} yang menempel pada bentuk dasar verba [VB] seperti pada contoh tersebut, sebagai pembentuk kata kerja pasif yang bermakna
suatu keadaan yang terjadi secara tidak sengaja dan secara berulang terjadi. Proses reduplikasi prefik {ta-} menempel pada verba dan mengalami pengulangan suku kata
akhir bentuk dasar tersebut sesudah ditempeli prefik {ta-} sebagai penanda [VB] pasif, berikut kaidahnya.
140
.
Verba transitif terbentuk dari adanya prefik {ta-} pada proses pembentukan kata. Proses pembentukan reduplikasi diawali dengan proses afiksasi berupa prefik
{ta-}. Proses afiksasi membentuk verba intransitif sehingga memicu terjadinya penyisipan jungtur dari suku akhir bentuk dasar di sebelah kiri kata dasar.
Reduplikasi berimbuhan prefik {ta-} membentuk fungsi gramatis penanda iteratif ‘peristiwa yang dilakukan secara berulang dan tidak sengaja’.
+ITR +ITR
[[LABU]]
[[ADJ]] [[ITR]]
[[ITR]]
X X
a b u
X [[LABU]]
X
l
X X]
a [b u]
[X X
l PREFIK
[[V.INT]]
Prefik ]-Insert
[[LABU]]
X
a
X
t
Readj Tscr
[[ITR]] [[ITR]]
[[LABU]]
PREFIK
PREFIK
[[LABU]]
X X
a b u
X X
l
X X
a [b u]
X X
l
X
u
X
b
X
a
X
t
X
u
X
b
X
a
X
t
Ditemukan kaidah sebagai berikut:
[ __VB; “[” Kiri – suku kata akhir bentuk dasar
X
a
X
t
ɸ
141
‘Ter’Terduduk-duduk +ITR’ ‘Tersandung-sandung +TR’
Tscr
Tscr Tscr
+ITR ]-Insert
]-Insert
Kaidah pembentukan reduplikasi di atas merupakan bentuk reduplikasi berimbuhan prefik {ta-} sebagai pembentuk verba transitif dan bentuk reduplikasi
sebagai penanda perulangan [[+ITR]]. Proses ini menunjukkan bahwa kata bu- talabu
dibentuk dari morfem [[LABU]] dan morfem pembentuk verba transitif
[V.INT] berupa prefik {ta-}. Proses afiksasi memicu terjadinya penyisipan jungtur untuk morfem [[LABU]] berupa bu. Penyisipan jungtur berupa
pengulangan suku akhir dan diletakkan sebelum mendapatkan prefik {ta-} berfungsi sebagai penanda iteratif [ITR] . Berdasarkan proses tersebut juga terlihat
bahwa pengulangan suku akhir dari bentuk dasar yang diletakkan di sebelah kiri bentuk dasarnya ini dan sebelum mendapatkan imbuhan prefik {ta-} merupakan
bentuk turunan. Kaidah sederhana ini pun berlaku untuk kelas kata verba [VB] lainnya seperti, dung-tatandung, tor-tabhentor, ju’-tatoju’, dung-tate
dung.
[TANDUNG] [VB] [Prefik ta-]tandung [tatan[dung]] [dung][tatandung] [dung-tatandung] [BHENTOR] [VB] [Prefik ta-]bhentor [tabhen[tor]] [tor][tabhentor] [tor-tabhentor]
[ TOJU’] [VB] [Prefik ta-] toju’ [ tato[ju’]] [ju’][tatoju’] [ju’-tatoju’] [TE
DUNG] [VB] [Prefik ta-]tedung [ tate[dung]] [dung][tatedung] [dung-tatedung]
Pada kata dung-tatandung berawal dari bentuk dasar nomina tandung yang mengalami proses afiksasi berupa prefik {ta-} dan diikuti jungtur. Kata dung-
tatandung dibentuk dari morfem [[TANDUNG]] dan prefik {ta-} menjadi bentuk
‘Tertabrak-tabrak +ITR’
]-Insert +ITR
Prefik
LexIns
‘Tertidur-tidur +ITR’
+ITR LexIns
LexIns
Tscr ]-Insert
+ITR
142
+V.D.INT +V.D.INT
verba intransitif tatandung. Proses afiksasi memicu terjadinya penyisipan jungtur sehingga membentuk reduplikasi dung-tatandung ‘tersandung-sandung’. Penyisipan
jungtur berupa morfem penanda iteratif ITR berupa jungtur dung - yang diperoleh dari suku kata akhir bentuk dasar dan prefik {ta-} menjadi reduplikasi dung-
tatandung ‘tersandung-sandung’. Kaidah pembentukan reduplikasi berimbuhan
terjadi secara bertahap, diawali proses afiksasi dan diikuti oleh penyisipan jungtur.
4.2.3.5 Proses Pembentukan Reduplikasi dengan Prefik {ma-}