Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah

5.4. Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah

Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu a. Uji Linieritas Untuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk minyak goreng curah dan bermerek didapat F hitung = 4,002 F tabel = 2,21 lampiran 6, sehingga persamaan yang digunakan adalah Linear. b. Uji Gejala Multikolinieritas Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai 10 dan nilai Tolerance 0,1 lampiran 6, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini. c. Uji Gejala Heterokedastisitas Setelah melakukan metoda grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastis maka didapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastis tidak terdapat dalam persamaan 2, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan nilai signifikansi dari variabel 0,05 Lampiran 12b. Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapatkan hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi minyak goreng curah sebagai berikut: Ŷ = 9,7 – 7,7E-4X 1 - 3,7E-7X 2 + 0,023X 3 + 0,63X 4 2,913 1,992 0,982 0,374 3,504 R 2 = 0,235 F hit = 4,002 Universitas Sumatera Utara Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,235. Hal ini menunjukkan bahwa 23,5 variasi variabel konsumsi minyak goreng telah dapat dijelaskan oleh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan. Secara serempak pengaruh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan nyata pada taraf 95. Hal ini dapat dilihat dari Uji F , yaitu F-Hitung = 4,002 F-Tabel = 2,37 dan nilai signifikansi 0,007. Secara parsial, variabel harga minyak goreng berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =1,992 t-tabel = 1,96, dan signifikan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H yang menyatakan bahwa variabel harga minyak goreng berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pengaruh harga minyak goreng terhadap konsumsi minyak goreng relatif kecil, hal ini dapat dilihat pada koefisien regresi yang bernilai -7,7E-4. Tanda pada koefisien regresi bernilai negatif yang artinya apabila harga minyak goreng naik maka jumlah konsumsi minyak goreng akan turun sebesar 7,7E-4 Kg. Dapat dilihat bahwa jumlah yang turun sangat amat kecil ketika harga naik dan hampir tidak berpengaruh terhadap jumlah yang dibeli oleh konsumen. Dengan menggunakan koefisien variabel harga sebesar -7.7E-4 serta jumlah konsumsi dan harga rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 5,2 dan 7901 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -1,17. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng curah bersifat elastis, artinya H ditolak bahwa minyak goreng merupakan barang yang bersifat elastis. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan dengan karakteristik minyak goreng Universitas Sumatera Utara yang dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama sehingga konsumen dapat mengurangi jumlah pembeliannya pada saat harga mahal. Secara parsial, variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap harga minyak goreng curah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,982 ≤ t-tabel =1,96, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng Kemungkinan tidak berpengaruhnya pendapatan karena minyak goreng curah yang merupakan barang kelas dua konsumsinya tidak bertambah karena konsumen akan beralih memilih minyak goreng bermerek yang lebih bagus mutunya dari minyak goreng curah ketika tingkat pendapatan meningkat. Dengan menggunakan koefisien variabel pendapatan sebesar -3.7E-7 serta pendapatan dan jumlah konsumsi rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 1973684 dan 5,2 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -0,144. Tanda negatif pada nilai elastisitas tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng merupakan barang inferior, artinya H ditolak bahwa minyak goreng merupakan barang inferior. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diatas konsumen tetap memilih minyak goreng bermerek ketika pendapatannya naik walau jumlahnya lebih sedikit dikarenakan minyak goreng bermerek lebih baik dari segi kualitas dan untuk kesehatan. Secara parsial, variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,374 ≤ t-tabel =1,96 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Universitas Sumatera Utara Secara parsial, variabel jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung = 3,504 t- tabel=1,96 dan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H yang menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi minyak goreng relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,63. Koefisien jumlah tanggungan keluarga terhadap jumlah konsumsi minyak goreng menunjukkan hubungan yang positif. Setiap penambahan 1 anggota keluarga maka akan menambah jumlah konsumsi minyak goreng sebesar 0,63 kg. Hal ini dikarenakan ketika ada penambahan jumlah anggota keluarga maka diperlukan minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Universitas Sumatera Utara

5.5 Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Bermerek