Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng di Kota Medan

Tingkat pendapatan konsumen sampel minyak goreng curah perbulannya berkisar antara Rp 300.000 – 3.500.000, dengan rata-rata Rp 1 . 973.684 per bulan dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan konsumen sampel tergolong ke dalam kategori sedang. Tingkat pendapatan konsumen sampel minyak goreng bermerek perbulannya berkisar antara Rp 1.000.000 – 8.000.000, dengan rata-rata Rp 2.703.658 per bulan dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan konsumen sampel tergolong ke dalam kategori tinggi. Hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan sampel, dimana sampel konsumen minyak goreng bermerek tingkat pendidikannya lebih tinggi maka tingkat pendapatannya juga tinggi. Jumlah tanggungan keluarga konsumen sampel minyak goreng curah berkisar antara 2-11 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan 4,1 orang. Dan jumlah tanggungan keluarga konsumen sampel minyak goreng bermerek berkisar antara 1-8 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan 4,5 orang. Rata-rata tersebut memperlihatkan bahwa jumlah tanggungan konsumen sampel cukup banyak sehingga jumlah pembelian konsumen dalam berbelanja cukup tinggi.

5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng di Kota Medan

Dari tinjauan pustaka diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng adalah Harga Minyak goreng X 1 , Pendapatan X 2 , Pendidikan X 3 , Jumlah Anggota Keluarga X 4 , Umur X 5 , dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap jumlah minyak goreng sebagai variabel dependen variabel terikat. Dengan metode backward SPSS 17, variabel umur dikeluarkan dari estimasi. Universitas Sumatera Utara Salah satu penyebabnya adalah karena besarnya jumlah penggunaan minyak goreng dan jenisnya dipengaruhi oleh komposisi umur seluruh anggota keluarga dan bukan hanya umur responden yang membeli minyak goreng sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, pembelian yang dilakukan responden yaitu pembelian untuk konsumsi seluruh anggota keluarga dalam 1 bulan. Sehingga kajian penulisan lebih lanjut ditentukan bahwa variabel bebas yang digunakan hanya Harga Minyak goreng X 1 , Pendapatan X 2 , Pendidikan X 3 dan Jumlah Anggota Keluarga X 4 . Dan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng di Kota Medan adalah harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Pengaruh faktor-faktor tersebut diestimasi dengan 3 fungsi yaitu pada gabungan antara minyak goreng curah dan bermerek, minyak curah dan minyak goreng bermerek saja. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir kemungkinan perbedaan karakteristik. Dari total 110 sampel yang diteliti ternyata sekitar 40 44 responden mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan 60 66 responden mengkonsumsi minyak goreng curah, dan kesemua responden adalah ibu-ibu. Setelah melakukan uji linier dengan menggunakan melihat F hit diketahui bahwa variabel bersifat linier, sehingga dapat dibentuk persamaan sebagai berikut: µ β β β β β + + + + + = 4 4 1 3 2 2 1 1 X X X X Y Y = Konsumsi minyak goreng responden kgbln X 1 = Harga minyak goreng Rpkg X 2 = Pendapatan rata-rata RpBln X 3 = Pendidikan responden tahun X 4 = Jumlah tanggungan keluarga responden orang Universitas Sumatera Utara , β = Koefisien Regresi µ = Random Error Berdasarkan persamaan tersebut maka dalam penelitian ini Identifikasi Masalah yang akan diteliti adalah Identifikasi Masalah 2, 3, dan 4, dan hipotesis yang digunakan adalah hipotesis 1 dan 2. Sebelum diestimasi, data dibersihkan dari outlier untuk memperkecil varians data sehingga tidak mengganggu hasil estimasi akhir. Hasilnya, dari 90 sampel awal tersisa 80 sampel yang bersih dari outlier dan siap digunakan dalam estimasi minyak goreng curah dan bermerek jumlah. Untuk estimasi minyak goreng curah tersedia 57 sampel dan untuk estimasi terhadap minyak goreng bermerek tersedia 41 sampel. 5.3. Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah dan Bermerek Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu a. Uji Linieritas Untuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi untuk minyak goreng curah dan bermerek didapat F hitung = 4,448 F tabel = 2,21 lampiran 5, sehingga persamaan yang digunakan adalah Linear. b. Uji Gejala Multikolinieritas Setelah melihat tabel Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variabel mempunyai nilai 10 dan nilai Tolerance 0,1 lampiran 5, Universitas Sumatera Utara sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini. c. Uji Gejala Heterokedastisitas Setelah melakukan metoda grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastis maka didapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastis tidak terdapat dalam persamaan 1, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan nilai signifikansi dari variabel 0,05 Lampiran 12a. Maka setelah dilakukan pengujian asumsi regresi linier berganda didapatkan hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi minyak goreng curah dan bermerek sebagai berikut: Ŷ = 5,5 – 3,4E-4X 1 - 3,4E-7X 2 + 0,04X 3 + 0,63X 4 2,527 1,216 1,266 0,755 4,089 R 2 = 0,192 F hit = 4,448 Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,19. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 19 variasi variabel konsumsi minyak goreng telah dapat dijelaskan oleh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan. Pengamatan di lapangan dan penelitian sebelumnya menunjukkan selain variabel-variabel bebas diatas, hari besar juga merupakan faktor yang cukup mempengaruhi konsumsi minyak goreng di Indonesia relatif meningkat pada saat hari besar seperti bulan puasa, lebaran atau tahun baru. Disamping itu operasi pasar yang dilakukan pemerintah juga dapat mempengaruhi tingkat pembelian masyarakat. Namun karena data yang digunakan data cross section, maka penambahan variabel-variabel tersebut tidak dapat dilakukan. Universitas Sumatera Utara Secara serempak pengaruh variabel harga minyak goreng, pendapatan, pendidikan dan jumlah tanggungan nyata pada taraf 95. Hal ini dapat dilihat dari Uji F , yaitu F-Hitung = 4,448 F-Tabel = 2,37 dan Nilai Signifikansi 0,003. Secara Parsial, variabel harga minyak goreng tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =1,216 ≤ t-tabel = 1,96, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel harga tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Kemungkinan tidak berpengaruhnya harga minyak goreng karena data yang digunakan merupakan data cross section sehingga fluktuasi harga tidak kelihatan, sedangkan fluktuasi harga minyak goreng dapat terlihat pada data time series disamping itu minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang selalu dibutuhkan walau harganya naik sangat tinggi atau bahkan harganya turun. Dengan menggunakan koefisien variabel harga sebesar -3.4E-4 serta jumlah konsumsi dan harga rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 5,2 dan 8169 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -0,54. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng bersifat inelastis, artinya H diterima bahwa minyak goreng merupakan barang yang bersifat inelastis. Dimana jika harga berubah maka permintaan terhadap minyak goreng tidak berubah, hal ini sesuai dengan teori mengatakan bahwa barang-barang kebutuhan pokok bersifat inelastis. Secara parsial, variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap harga minyak goreng curah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =1,266 ≤ t-tabel =1,96, dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil Universitas Sumatera Utara adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Kemungkinan tidak berpengaruhnya pendapatan karena data yang digunakan merupakan data cross section dan secara teori minyak goreng termasuk barang esensial yang jumlah konsumsinya tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan yang tinggi tidak lantas jumlah konsumsinya akan meningkat pula dan begitu juga sebaliknya. Dengan menggunakan koefisien variabel pendapatan sebesar -3.4E-7 serta pendapatan dan jumlah konsumsi rata-rata minyak goreng, yang masing-masing sebesar 2168750 dan 5,2 maka diperoleh perkiraan elastisitas sebesar -0,14. Tanda negatif pada nilai elastisitas tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng merupakan barang inferior, artinya H ditolak bahwa minyak goreng merupakan barang inferior. Kemungkinan hal ini disebabkan karena jumlah sampel pada gabungan keduanya lebih dominan minyak goreng curah dimana konsumen ketika pendapatannya naik maka ia akan mengkonsumsi barang yang lebih baik mutunya yaitu dari minyak goreng curah ke minyak goreng bermerek. Secara parsial, variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung =0,755 ≤ t-tabel =1,96 dan tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah terima H yang menyatakan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng. Pendidikan seharusnya menjadi hal yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak informasi tentang minyak goreng yang didapatkan sehingga menjadi hal penting dalam pertimbangan kesehatan. Tapi dalam hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh karena Universitas Sumatera Utara berdasarkan penelitiannya sebelumnya bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya suka dengan menu goreng-gorengan yang itu tidak berkaitan dengan tingkat pendidikan. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang kesukaan terhadap menu goreng-gorengan tidak berpengaruh walau untuk saat ini masyarakat yang berpendidikan tinggi mulai mengurangi untuk mengkonsumsi gorengan karena alasan kesehatan Secara parsial, variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung = 4,089 t-tabel=1,96 dan pada taraf kepercayaan 95. Sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H yang menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi minyak goreng Pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap konsumsi minyak goreng relatif cukup besar, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,63. Koefisien jumlah tanggungan keluarga terhadap jumlah konsumsi minyak goreng menunjukkan hubungan yang positif. Setiap penambahan 1 anggota keluarga akan menambah jumlah konsumsi minyak goreng sebesar 0,63 kg. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ketika jumlah penduduk meningkat maka jumlah barang yang diminta akan meningkat pula. Universitas Sumatera Utara

5.4. Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Curah