12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan atau kondisi keuangan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola manajemen bank, dan masyarakat pengguna
jasa bank. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak bank tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menetapkan prinsip kehati-
hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Dalam empat tahun terakhir, kondisi Bank Perkreditan Rakyat BPR di Sumatera Utara
berkembang pesat, namun belum banyak diberdayakan padahal potensinya luar biasa. BPR memiliki peranan penting bagi masyarakat yang sulit memiliki akses ke
bank umum. BPR juga menciptakan kesempatan berusaha bagi masyarakat dan mendidik masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga keuangan sehingga terhindar
dari jeratan rentenir. Begitu pula BPR sebagai ujung tombak dalam mendorong perkembangan UMKM. Usaha mikro dan kecil menengah berperan sebagai pencipta
lapangan usaha dan pemerataan lapangan kerja. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Bank Pekreditan Rakyat BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha yang dilakukan
oleh BPR secara umum adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan dan deposito berjangka, memberikan kredit, menyediakan
Universitas Sumatera Utara
13
pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah atau tidak, dan menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka,
sertifikat deposito atau tabungan pada bank lain. Sejumlah indikator kinerja perbankan menunjukkan bahwa BPR mulai
berkembang dengan baik pada akhir tahun 2004. Pertama, peningkatan penyaluran kredit perbankan dari Rp 437,943 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 553,548 miliar
atau meningkat sebesar 26,40. Kedua penurunan suku bunga kredit perbankan. Ketiga adanya penurunan NPL dari 6,78 di tahun 2004 menjadi 5,44 di tahun 2005
Purwanto, 2005. Tetapi jika dilihat dari Grafik 1.1, laba perbankan per Desember 2006 mengalami penurunan sebesar 15,47 menjadi Rp 24,90 miliar dari Rp 29,46
miliar selama tahun 2005 yang kemudian mulai mengalami peningkatan di tahun berikutnya 2007 yaitu sebesar Rp 28,33 miliar dan di tahun 2008 sebesar Rp 35,02
miliar. Adanya fluktuasi tersebut mencerminkan bahwa BPR di Sumatera Utara belum bisa dikatakan stabil sehingga masih diperlukan pengawasan dari tahun ke
tahun.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Laba BPR tahun 2004-2008 Sumber: www.bi.go.id diolah
Pertumbuhan Laba rata-rata BPR Tahun 2004-2008 Dalam Miliar Rupiah
22.88 29.46
24.90 28.33
35.02
10 15
20 25
30 35
40
2004 2005
2006 2007
2008
Universitas Sumatera Utara
14
Sejumlah bankir menyatakan bahwa penurunan laba disebabkan tiga hal yaitu: 1.
Peningkatan beban bunga lebih besar daripada peningkatan pendapatan bunga. Hal ini karena laju kenaikan dana pihak ketiga jauh lebih besar dibandingkan
dengan kenaikan suku bunga kredit. 2.
Peningkatan NPL, membutuhkan penyisihan lebih besar sehingga mengurangi laba operasional.
3. Peningkatan beban operasional lainnya seperti beban gaji karyawan, sewa
kantor, dan lain-lain Marlupi, 2006:3. Kredit bermasalah atau NPL juga turut mempengaruhi sektor keuangan selain
laba. Angka NPL rata-rata industri perbankan terbuka mengalami peningkatan mencapai 7,56 selama tahun 2005 padahal pada tahun 2004 sudah mengalami
penurunan mencapai 4,50. Seiring dengan memburuknya kondisi perekonomian makro pasca kenaikan harga minyak dunia pada Oktober 2005 dan adanya krisis
ekonomi global pada September 2008, terjadi kenaikan NPL yang signifikan, terutama NPL untuk kredit perbankan. Hal ini didorong oleh banyaknya debitur skala
menengah ke atas yang terpengaruh dengan krisis finansial global dan segala implikasi ekonominya seperti melonjaknya inflasi dan merosotnya daya beli
masyarakat Kiryanto, 2006:5. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak bank
untuk mengevaluasi kinerja bank melalui tingkat pertumbuhan laba. Hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan
strategi usaha di waktu yang akan datang. Hal ini untuk menerapkan prinsip kehati-
Universitas Sumatera Utara
15
hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Ada dua faktor yang dapat digunakan sebagai alat ukur yaitu dilihat dari faktor kuantitatif dan
kualitatif indikator kesehatan bank. Secara kuantitatif bisa kita lihat dari rasio-rasio keuangannya yaitu melalui rasio tingkat kesehatan bank . Dan faktor kualitatif bisa
dilihat dari track record pemegang saham mayoritas sebuah bank. Secara umum, kita bisa membedakan kepemilikan saham bank menjadi bank lokal dan bank asing.
Pada penelitian ini faktor yang dilihat adalah faktor kuantitatif yaitu melalui rasio keuangan bank. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya
digunakan lima aspek penilaian, yaitu : capital, assets, management, earnings, liquidity yang biasa disebut CAMEL. Penilaian CAMEL ini dimaksudkan untuk
mengukur apakah manajemen bank telah melaksanakan sistem perbankan dengan asas-asas yang sehat. Rasio keuangan tertentu berperan penting dalam evaluasi
kinerja keuangan dan pertumbuhan laba serta dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. CAMEL tidak sekedar
mengukur tingkat kesehatan suatu bank, tetapi sering pula digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat dan memprediksi prospek suatu bank di masa
yang akan datang Marlupi, 2006:2. Variabel
capital, dilihat dari rasio CAR atau daya tahan suatu bank. Makin besar CAR suatu bank, berarti kesiapannya menghadapi kredit macet besar pula. Bank
Indonesia menetapkan standar minimum CAR untuk perbankan sebesar 8. Selanjutnya, NPL atau kredit tidak lancar. Dari segi asset , besarnya aset yang
dimiliki sebuah bank tidak berarti apa-apa jika seluruhnya merupakan aset beresiko. Oleh karena itu, untuk mengukur kesehatan suatu bank, indikator total aset harus
Universitas Sumatera Utara
16
dipadukan dengan indikator lainnya. Yang termasuk kategori NPL jika kredit yang diberikan berada dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank
yang memiliki tingkat NPL lebih rendah dari tahun sebelumnya, layak memperoleh nilai maksimal. Berikutnya aspek manajemen diproksikan dengan menggunakan Net
Profit Margin. Pertimbangan rasio ini menujukkan bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun penggunaan atau alokasi dana secara efisien. Lalu dari sisi
Earnings ada ROA. Dari sisi Liquidity, dilihat dari rasio LDR atau perbandingan kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan, baik
berupa tabungan dan deposito. Bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik Siamat,2005:209-215.
Pada penilaian kesehatan Bank Perkreditan Rakyat BPR ada beberapa pihak yang memiliki kepentingan. Penilaian kesehatan BPR adalah parameter yang
digunakan untuk melihatmenilai apakah BPR yang berada di bawah pengawasan dan pembinaannya tersebut sudah menjalankan misinya dengan baik. Sehingga tidak
merugikan masyarakat dan melindungi kepentingan masyarakat. Manajemen sangat memerlukan penilaian terhadap kinerja hasil unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan
tingkat ukuran keberhasilan para manajer dan sekaligus sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategik maupun operasional pada masa selanjutnya. Bagi BPR, tujuan
penilaian kesehatan BPR adalah sebagai tolak ukur bagi manajemen BPR untuk menilai apakah pengelolaan BPR telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan
yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha
di waktu yang akan datang. Dan bagi Bank Indonesia, digunakan sebagai sarana
Universitas Sumatera Utara
17
penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank. Sedangkan masyarakat sangat menginginkan agar lembaga usaha sektor perbankan ini sehat dan maju sehingga
merasa aman menyimpan dan meminjam dana di bank. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-
temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam memprediksi perubahan laba di masa yang akan datang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Penilaian Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Pada BPR di Sumatera Utara”.
B. Perumusan Masalah