Uji Asumsi Klasik Metode Analisis dan Hipotesis

xlviii Langkah yang selanjutnya adalah memasukan rasio-rasio tersebut ke dalam Software Microsoft Excel XP kemudian di konfersi ke Software E-Views 6 dan SPSS versi 17 untuk selanjutnya dianalisa menggunakan uji statistik. Secara terperinci langkah dalam pengujian statistik yaitu :

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak dengan menggunakan Normal P-P Plot. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2005:112.

b. Uji Multikoloniearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen Ghozali, 2005:91. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolonieritas atau multiko. xlix Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF Variance Inflation Factor dan tolerance. Regresi yang terbatas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF10 dan nilai tolerance 0,10, maka data tersebut tidak ada multikolonieritas Ghozali, 2005:92. Multikolonieritas juga terjadi jika variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0.90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas Ghojali, 2005:92

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain dengan menggunakan grafik Scatterplot. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas Ghozali, 2005:105. Dasar pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka terindiksi bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005:105

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan l kesalahan penggangu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokoralasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya Ghojali, 2005:95. Autokorelasi autocorrelation adalah hubungan antara residual satu obsevasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antarobjek cross section Wing Wahyu, 2007:5.24. Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Dalam analisis runtut waktu, lebih besar kemungkinan terjadi autokorelasi positif, karena variabel yang dianalisis biasanya mengandung kecenderungan meningkatWing Wahyu, :2007:5.25 Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson. Adapun panduan mengenai DW Durbin watson. Bila nilai DW terletak diantara du d 4 – du maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif, atau jira nilai d mencapai sekitar 2 di mana du adalah batas atas dan dL adalah batas bawah. Menurut Durbin-Watson Statistik terdapat lima kondisi autokorelasi. 1 0 d dL : ada autokorelasi positif li 2 dL d du : ragu-ragu ada autokorelasinya inconclusive 3 du d 4-du : tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif 4 4-du d 4-dL : ragu-ragu ada autokorelasi negatif 5 4-dL d 4 : ada autokorelasi negatif

2. Analisis Regresi

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN, RISIKO LIKUIDITAS, DAN RISIKO PASAR TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah Nasional (BUSN) Devisa yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2012-2014)

0 25 87

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio Likuiditas (FDR), Inflasi, dan BI rate Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2010-2014)

0 10 0

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH (STUDI PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA)

0 2 104

Studi Tentang Profitabilitas (ROA) BANK Umum Syariah (Kasus di Indonesia)

1 6 20

PENDAHULUAN Pengaruh Pembiayaan Murabahah,Musyarakah dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014).

0 2 7

SKRIPSI Pengaruh Pembiayaan Murabahah,Musyarakah dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014).

0 2 16

ANALISIS PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN FRONTIER Analisis Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Frontier Periode 2011-2013.

0 2 15

ANALISIS PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN FRONTIER Analisis Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Frontier Periode 2011-2013.

0 4 18

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah).

0 1 7

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah).

0 0 9