Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu Negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal fund supplier dengan pengguna dana fund user Yuliani, 2007:16. Peran intermediasi perbankan ini pun berlaku pada bank yang berprinsip syariah. Namun dalam aktivitasnya ada perbedaan antara perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, hubungan antara bank dengan nasabah bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan patnership antara penyandang dana shohibul maal dengan pengelola dana mudharib. Oleh karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan. Hubungan kemitraan ini merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme perbankan syariah Sudarsono, 2004:56. Rintisan perbankan syariah mulai mewujud di Mesir pada dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia di sepanjang delta Sungai nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, Namun institusi tersebut xviii mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem financial dan ekonomi IslamAntonio, 2001:19. Berdirinya IDB Islamic Development Bank telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah, pada periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, sudan, negara-negara teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki Antonio, 2001:21 Pada tahun 1985, sistem perbankan syariah dalam lingkup internasional mampu memobilisasi dana sebesar US 5 milyar yang sampai tahun 1999 telah meningkat menjadi US 80 milyar. Beberapa institusi keuangan konvensional, seperti Citibank, JP Morgan, Deutsche Bank, ABN Amor dan American Express telah mengenalkan produk tanpa bunga kepada konsumennya. Demikian pula perusahaan-perusahaan multinasional seperti General Motors, IBM, dan Daewoo Corporation yang telah memulai menggunakan jasa keuangan tanpa bunga ini Haron dan Ahmad, 2000:1 Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Awal tahun 1980-an, diskusi mengenai ekonomi Islam mulai dilakukan. Bahkan uji coba dalam relatif terbatas telah dilakukan, diantaranya adalah Baitul Tamwil Salman Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Prakarsa lebih khusus bagi pendirian bank Islam baru mulai tahun 1990. MUNAS IV MUI Majelis Ulama Indonesia pada agustus 1990 membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di IndonesiaAntonio, 2001:25. Pada tanggal 1 mei 1992 berdirilah bank syariah pertama di Indonesia; Bank Muamalat Indonesia, dengan total komitmen modal disetor Rp 106. 126.382.000,- xix Namun, perangkat hukum operasinya dalam undang-undang UU No.7 tahun 1992 belum memuat sistem syariah yang memadai. Baru di era reformasi, undang- undang UU No. 10 tahun 1998 memuat secara rinci landasan operasi bank syariah dan memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonvensi diri secara total menjadi bank syariah Antonio, 2001:25. Selama tahun 2006 industri perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp 5,8 triliun. Sehingga pada akhir periode laporan mencapai Rp 26,7 triliun. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4 pada akhir tahun 2005 menjadi 1,6 pada akhir 2006 Direktori Perbankan Syariah Bank Indonesia. Di sisi penghimpunan dana, perkembangan Dana Pihak Ketiga DPK perbankan syariah pada tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan secara umum, terlebih dengan semakin menariknya alternatif investasi melalui pasar modal. Pertumbuhan DPK perbankan syariah mengalami tekanan dalam kondisi suku bunga perbankan yang tinggi di awal 2006, namun seiring dengan penurunan suku bunga sejak semester kedua, DPK yang dihimpun perbankan syariah meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai pertumbuhan sebesar 32,7, atau lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4. Peningkatan tersebut menyebabkan share DPK perbankan syariah terhadap perbankan nasional meningkat dari 1,4 2005 menjadi 1,6 pada akhir 2006 Direktori perbankan Syariah Bank Indonesia. xx Kondisi peningkatan risiko pengalihan dana displaced comercial risk maupun risiko pembiayaan credit risk pada 2006 ternyata dapat diantisipasi dengan baik oleh perbankan syariah sehingga kecukupan permodalan dapat dipertahankan. Hal ini tercermin dari tingkat return on aset ROA yang tetap memadai yaitu sebesar 1,55 tahun 2005 1,35, meskipun laju pertumbuhan laba sedikit tertahan dengan semakin banyaknya porsi pendapatan operasional yang dialokasikan pada bagi hasil kepada deposan dalam upaya mempertahankan daya saing, serta semakin meningkatnya beban pembentukan cadangan dalam rangka mengantisipasi peningkatan risiko pembiayaan. Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2007 ditandai dengan maraknya pendirian Unit Usaha Syariah diantaranya BPD DIY, Bank Sulsel, Bank Nagari, Bank Jatim, Bank Ekspor Indonesia, Bank Lippo Syariah serta adanya policy time-tag dari berbagai kebijakan yang mempengaruhi perbankan syariah seperti kebijakan office chanelling, kebijakan akselerasi perbankan syariah yang memberikan hasil yang sesuai dengan harapan terkait dengan pengembangan perbankan syariah Research Karim Business Consulting, 2008. Pembiayaan bermasalah perbankan syariah pada periode Januari-Agustus 2007, menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 4,47 menjadi 6,63 sampai akhir tahun 2007, NPF perbankan syariah diperkirakan masih dalam level 6. Penyebab meningkatnya pembiayaan didorong oleh dua hal. Faktor pertama semakin banyaknya jumlah pembiayaan yang bermasalah. Kondisi ini karena suku bunga di bank konvensional mulai menurun seiring penurunan BI rate pada tahun 2007, Namun disisi lain perbankan syariah yang masih didominasi oleh pembiayaan xxi murabahah tidak bisa serta merta menurunkan tingkat margin pembiayaan. Factor kedua, tertahannya ekspansi pembiayaan perbankan syariah. Penurunan suku bunga perbankan konvensional yang lebih cepat dibandingkan perbankan syariah.Research Karim Business Consulting, 2008 Pada bulan juni 2008, simpanan Dana Pihak Ketiga DPK bank syariah mencapai Rp. 33,05 triliun, sedangkan Agustus 2008 hanya Rp. 32,36 triliun atau Turun 2. Hal ini lalu memicu penurunan SBI syariah yang tinggal Rp. 1,82 triliun pada posisi agustus, pada juni tercatat sebesar Rp. 3,08 triliun. Turunnya SBIS tersebut mengindikasikan ketatnya likuiditas di bank syariah. Menurut data BI, laba perbankan syariah sampai kurtal ketiga 2008 naik 40 mencapai Rp. 613,3 miliar. Hal ini dipicu ekspansi pembiayaan bank syariah yang hingga akhir September 2008 lalu, total outstanding pembiayaan tercatat naik 48 menjadi Rp. 37,6 triliun. Selain peningkatan margin bagi hasil bank syariah yang mencapai 7,87 Muhammad Iqbal, 2009 Pada tahun 2009, jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.45,2 triliun, hanya tumbuh 18,16 persen. Angka ini lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2008 yang lalu, 42.9 persen. Hal ini dikarenakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional Sementara itu pertumbuhan DPK dana pihak ketiga perbankan syariah 26,5 yoy, yaitu 46,5 Triliun. FDR financing to deposit rasio sebesar 97.5 Selama tahun 2009, ROA perbankan syariah mencapai 1,2 dan ROE mencapai 30Agustianto Dari sisi kelembagaan, pada tahun 2009 telah hadir bank umum syariah baru, yaitu Bank Panin Syariah. Ditambah dua Unit Usaha Syariah, yaitu OCBC NISP xxii dan Bank Sinar Mas Syariah. Dengan demikian, Bank Umum Syariah menjadi enam bank, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah. Selain itu, tumbuh pula 7 BPR Syariah baru. Data BI oktober 2009. Dari sisi institusional ini penyebaran jaringan kantor perbankan syariah pun mengalami pertumbuhan pesat. Pada tahun 2009, outlet pelayanan mengalami penambahan sebanyak 148 kantor. Dengan demikian, kini bank syariah telah memiliki sekitar 3012 jaringan, dengan rincian 6 kantor Pusat Bank Umum Syariah, 25 kantor UUS Unit Usaha Syariah, 1101 Kantor Cabang, 1742 office channeling layanan bank syariah di bank konvensional dan 138 BPRS Data BI oktober 2009. Ini belum termasuk jaringan kantor POS yang menjadi channeling tabungan syar-e Bank Muamalat IndonesiaAgustianto. Prospek perbankan syariah di Indonesia pada masa yang akan datang akan semakin baik dan berpotensi menghasilakan keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika strategi dan usaha para pelaku perbankan syariah dilakukan secara terpadu maka akan memberikan produk dan pelayanan yang terbaik bagi nasabah dan pemilik modal sendiri. Peranan strategis bank harus didukung oleh kinerja perbankan yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat profitabilitas dan pengelolaan risiko oleh bank. Tingkat profitabilitas yang baik akan menunjukan tingkat keuntungan yang dihasilkan bank, sedangkan tingkat risiko yang rendah dapat menunjukan kemampuan bank dalam mengelola risiko. xxiii Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio risiko profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode rasio keuangan bank pada periode 2005-2008, dimana rasio risiko akan digunakan untuk mengukur risiko bank syariah dan rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur profitabilitas bank syariah. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh rasio risiko terhadap profitabilitas di Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia. Alasan BMI, BSM dan BSMI dijadikan objek penelitian adalah terdapatnya persamaan system dan operasional berdasarkan prinsip syariah, metode yang digunakan juga sama dengan cara metode revenue sharing. Penelitian ini didasarkan pada teori yang mengatakan bahwa keuntungan tinggi selalu berisiko tinggi. Penulis ingin membuktikan apakah teori tersebut juga berlaku pada bank syariah, karena dari pendekatan fiqih terdapat dua aksioma berlandaskan pendekatan fiqih di dalam keuangan Islami, yaitu a al kharaj bi ad- daman dan b al-ghumam bi al-ghurm yang berbasis risiko. Yang pertama menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dapat diterima hanya dengan mengambil risiko kerugiannya gain accompanies liability for lost. Dengan demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko gaining return without resposible for any risk, maka dinilai tidak adil. Yang kedua mengandung rasionalisasi dan prinsip dari konsep bagi hasil dalam syariah, dimana keuntungan diperoleh hanya dengan berusaha atau berserikat dan berbagi risiko sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi. Rasio risiko yang digunakan adalah rasio risiko asset, rasio xxiv deposito, dan rasio kredit, sedangkan rasio yang digunakan adalah return on equity ROE dan return on asset ROA. Penelitian yang berkaitan dengan pengukuran risiko dan profitabilitas bank Islam juga telah dilakukan oleh Andel Hameed M. Bashir 1999. Dalam penelitiannya ia membandingkan dua bank Islam di sudan yaitu Faisal Islamic Bank Sudan FIBS dan Tadamon Islamic Bank Sudan TIBS. Penelitian ini menganalisis implikasi dari skala bank pada profitabilitas dan risiko pada tahun 1979-1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara konsisten, tingkat rate of return kedua bank menunjukkan sifat tidak stabil. Penelitian tentang pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas telah dilakukan oleh Riki Antariksa, dalam penelitian ini variabel bebas digunakan adalah LTA, LAD, FDR, sedangkan variabel terikatnya ROA dan ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan uji kausalitas Granger hanya variabel LTA yang menyebabkan profitabilitas. Penelitian profitabilitas dan rasio risiko Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia telah dilakukan oleh Donny Akbar, dalam penelitian ini variabel bebas digunakan adalah rasio risiko asset, rasio risiko deposito, rasio risiko kredit, sedangkan variabel terikatnya ROE, Hasil pengujian pada BMI dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan Hasil pengujian pada BSM dengan menggunakan analisis regresi berganda bahwa variabel deposit risk dan credit risk berpengaruh signifikan terhadap ROE . xxv Berdasarkan latar belakang inilah penulis mencoba menganalisis tentang “Analisis Rasio Risiko dan Profitabilitas Bank Umum Syariah Dengan Studi Empiris 3 Bank Umum Syariah Di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN, RISIKO LIKUIDITAS, DAN RISIKO PASAR TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah Nasional (BUSN) Devisa yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2012-2014)

0 25 87

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio Likuiditas (FDR), Inflasi, dan BI rate Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia (Studi Pada Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2010-2014)

0 10 0

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH (STUDI PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA)

0 2 104

Studi Tentang Profitabilitas (ROA) BANK Umum Syariah (Kasus di Indonesia)

1 6 20

PENDAHULUAN Pengaruh Pembiayaan Murabahah,Musyarakah dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014).

0 2 7

SKRIPSI Pengaruh Pembiayaan Murabahah,Musyarakah dan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014).

0 2 16

ANALISIS PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN FRONTIER Analisis Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Frontier Periode 2011-2013.

0 2 15

ANALISIS PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN FRONTIER Analisis Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Pendekatan Frontier Periode 2011-2013.

0 4 18

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah).

0 1 7

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah).

0 0 9