Penerapan Standardisasi Barang di Indonesia

46 layanan purna jual, kenyamanan dan keamanan, keselamatan dan kesehatan, serta keramahan pada lingkungan mulai dari bahan baku, proses produksi, kemasan produk sampai dengan pembuangan limbah. Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut instrumen utamanya adalah standar. Dalam hal ini standardisasi barang bertujuan untuk menjadi alat utama yang memberikan perlindungan kepada konsumen agar tidak memilih produk secara salah. Di Indonesia standardisasi barang digunakan sebagai referensi konsumen memilih dan membeli produk tertuang dalam SNI. 71

D. Penerapan Standardisasi Barang di Indonesia

Standardisasi barang tidak lepas dari SNI. Penerapan standardisasi barang harus melihat penerapan dari SNI. SNI adalah dokumen berisi ketentuan teknis merupakan konsolidasi iptek dan pengalaman, aturan, pedoman atau karakteristik dari suatu kegiatan atau hasilnya yang dirumuskan secara konsensus untuk menjamin agar suatu standar merupakan kesepakatan pihak yang berkepentingan dan ditetapkan berlaku di seluruh wilayah nasional oleh BSN untuk dipergunakan oleh pemangku kepentingan dengan tujuan mencapai keteraturan yang optimum ditinjau dari konteks keperluan tertentu. Kini diusahakan agar SNI menjadi standar nasional yang efektif harus setara dengan standar internasional untuk memperkuat daya saing nasional, meningkatkan keamanan produk transparansi dan efisiensi pasar, 71 Badan Standardisasi Nasional, “Perlindungan Konsumen Melalui Standar,” SNI Valuasi Volume 5 No. 2, 2011, hlm. 14. 47 sekaligus melindungi keamanan produk keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan dan keamanan. Mengingat bahwa penerapan standar memiliki jangkauan yang luas maka standar perlu memenuhi kriteria berikut : 72 1. SNI tersebut harmonis dengan standar internasional dan pengembangannya didasarkan pada kebutuhan nasional, termasuk industri; 2. SNI yang dikembangkan untuk tujuan penerapan regulasi teknis yang bersifat wajib didukung oleh infrastruktur penerapan standar yang kompeten sehingga tujuan untuk memberikan perlindungan kepentingan, keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau, pertimbangan ekonomi dapat tercapai secara efektif dan efisien; 3. infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang penerapan standar tersebut memiliki kompetensi yang diakui di tingkat nasionalregionalinternasional. Pengaturan mengenai penerapan dan pemberlakuan standardisasi dalam UU SPK mencakup 2 dua aspek penerapan standar yaitu: 1. Penerapan SNI dilaksanakan secara sukarela. SNI dapat diterapkan secara sukarela oleh pelaku usaha, kementerian danatau lembaga pemerintah nonkementerian, danatau Pemerintah Daerah. 73 72 Purwanggono Bambang dkk, Op. Cit, hlm. 80. Pelaku Usaha, kementerian danatau lembaga pemerintah nonkementerian, danatau Pemerintah Daerah yang telah mampu menerapkan SNI dapat mengajukan 73 Pasal 21 ayat 1 UU SPK. 48 Sertifikasi kepada Lembaga Penilai Kesesuaian selanjutnya disebut LPK yang telah diakreditasi oleh KAN selanjutnya disebut dengan Komite Akreditasi Nasional. 74 LPK yang telah diakreditasi oleh KAN memberikan sertifikat kepada pemohon sertifikat. 75 Pelaku Usaha yang telah mendapatkan sertifikat berkewajiban membubuhkan Tanda SNI danatau Tanda Kesesuaian pada Barang danatau kemasan atau label. Dalam hal ini Pelaku Usaha dilarang: 76 1 membubuhkan Tanda SNI danatau Tanda Kesesuaian pada Barang danatau kemasan atau label di luar ketentuan yang ditetapkan dalam sertifikat; atau 2 membubuhkan nomor SNI yang berbeda dengan nomor SNI pada sertifikatnya. Pelaku Usaha yang menerapkan SNI secara sukarela yang memiliki sertifikat dan telah berakhir masa berlaku, dicabut, atau dibekukan sertifikatnya dilarang membubuhkan tanda SNI danatau tanda kesesuaian pada Barang danatau kemasan atau label. 77 Pelaku usaha yang melanggar tersebut akan dikenai sanksi administratif. 78 Ketentuan mengenai tata cara pengenaan dan jenis sanksi administratif diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. 79 2. Pemberlakuan SNI secara wajib. Dalam hal berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan, atau pelestarian fungsi lingkungan hidup, kementerianlembaga pemerintah 74 Pasal 21 ayat 2 UU SPK. 75 Pasal 21 ayat 3 UU SPK. 76 Pasal 22 ayat 1 UU SPK. 77 Pasal 22 ayat 2 UU SPK. 78 Pasal 22 ayat 3 UU SPK. 79 Pasal 22 ayat 4 UU SPK. 49 nonkementerian berwenang menetapkan pemberlakuan SNI secara wajib dengan peraturan menteri atau peraturan kepala lembaga pemerintah nonkementerian. 80 Pelaku usaha, kementerianlembaga pemerintah nonkementerian, danatau pemerintah daerah wajib melaksanakan peraturan menteri atau peraturan kepala lembaga pemerintah nonkementerian tentang pemberlakuan SNI secara wajib. 81 Pelaku usaha, kementerianlembaga pemerintah nonkementerian, danatau pemerintah daerah wajib memiliki sertifikat SNI yang diberlakukan secara wajib. 82 Pelaku usaha yang tidak memiliki sertifikat atau memiliki sertifikat tetapi habis masa berlakunya, dibekukan sementara, atau dicabut dilarang: 83 1. memperdagangkan atau mengedarkan barang; 2. memberikan jasa; danatau 3. menjalankan proses atau sistem, yang tidak sesuai dengan SNI atau penomoran SNI. Pelaku usaha yang memiliki sertifikat dilarang memperdagangkan atau mengedarkan barang; memberikan jasa; danatau menjalankan proses atau sistem, yang tidak sesuai dengan SNI atau penomoran SNI. 84 Pelaku Usaha yang mengimpor barang dilarang memperdagangkan atau mengedarkan barang yang tidak sesuai dengan SNI atau penomoran SNI. 85 80 Pasal 24 ayat 1 UU SPK. Setiap orang yang tanpa hak dilarang menggunakan danatau membubuhkan tanda SNI danatau tanda 81 Pasal 24 ayat 2 UU SPK. 82 Pasal 25 ayat 1 UU SPK. 83 Pasal 25 ayat 2 UU SPK. 84 Pasal 25 ayat 3 UU SPK. 85 Pasal 25 ayat 4 UU SPK. 50 kesesuaian. 86 Setiap orang dilarang memalsukan tanda SNI danatau tanda kesesuaian atau membuat tanda SNI danatau tanda kesesuaian palsu. 87 Pada tahun 2010, dari catatan Kamar Dagang Indonesia selanjutnya disebut dengan KADIN, produk yang ber-SNI sebanyak 3.525 judul, SNI wajib 81 standar, laporan WTO 28 standar, sertifikasi SNI 636 perusahaan, dan sertifikasi 18 Lembaga Sertifikasi Produk LSPro. Bagi mereka yang telah berkomitmen menggunakan SNI, tantangannya adalah terus memperbarui diri, menyelaraskan dengan standar internasional, mengikuti perkembangan teknologi baru, berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan internasional, dan mengikuti perkembangan ISO. 88 86 Pasal 26 ayat 1 UU SPK. 87 Pasal 26 ayat 2 UU SPK. 88 BSN, “Manfaat Standardisasi bagi Industri Nasional,” Jakarta: Majalah Valuasi Vol. 4 No. 4, BSN, 2010, hlm. 19. 51

BAB III USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DAN KOPERASI SEBAGAI

Dokumen yang terkait

Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 77 85

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 9 130

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

1 13 124

HARMONISASI UNDANG-UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH UNTUK MEMPEROLEH KEMUDAHAN MODAL USAHA BAGI PELAKU USAHA MIKRO.

0 0 1

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 2 10

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 26

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 24

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 6

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

0 0 44