Keberlangsungan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi sebagai Akibat dari

96 Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan konsumen membuat arah pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen ke depan secara konsisten akan mengacu pada arah pembangunan perdagangan nasional periode 2010-2014. Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Arah pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen dapat dijabarkan menjadi 6 enam kebijakan sebagaimana tercermin pada tujuan 151 1. pengembangan standardisasi di bidang perdagangan; yaitu: 2. peningkatan kesadaran dan memberdayakan masyarakat konsumen; 3. penguatan pengawasan barang beredar dan jasa perdagangan dan penegakan hukum; 4. peningkatan tertib ukur; 5. optimalisasi pengendalian mutu komoditas ekspor dan impor; 6. peningkatan penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah.

C. Keberlangsungan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi sebagai Akibat dari

Standardisasi Barang Kunci utama dalam menghadapi persaingan usaha dalam pasar bebas adalah keberhasilan untuk menghadapi persaingan secara global. Kemampuan UMKMK 151 Direktorat Jenderal Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Laporan Akuntabilitas Kerja 2014 Jakarta: Kemendag RI, 2014, hlm. 16. 97 untuk pengembangan daya saing akan menentukan keberhasilan dalam memanfaatkan peluang kesetaraan ekonomi dunia. Untuk meningkatkan daya saing nasional perlu sinergi antar pelaku ekonomi, pelaku ekonomi dengan pemerintah, dan sinergi kebijakan antar wilayah. Khusus bagi perusahaan besar dengan segala kelengkapan infrastrukturnya, penerapan standardisasi barang bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilaksanakan. Namun menilik budaya kerja di lingkungan UMKMK dengan segala atribut latar belakang pendidikan dan terkendala ketrampilannya - terutama pada UMKMK dengan skala produksi yang masih kecil, rasanya pengetahuan, pemahaman dan bagaimana seluk beluk penerapan standardisasi barang masih rendah. 152 Menjelang menghadapi pasar bebas pelaku bisnis dituntut untuk kreatif dan berani bertindak secara tepat dan cepat. Untuk keperluan ini diperlukan ketersediaan informasi yang akurat. Untuk menang bersaing dalam pasar global, maka UMKMK dituntut untuk melakukan proses produksi yang produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan preferensi pasar global dengan standar kualitas yang lebih tinggi. Dalam era perdagangan bebas UMKMK tidak cukup hanya memiliki keungggulan komparatif namun yang terpenting adalah memiliki keungggulan kompetitif yang berkelanjutan. Usaha mikro, kecil, menegah dan koperasi dituntut untuk menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang tinggi antara lain dengan kriteria: 152 Amir Partowiyatmo, “UMKM Manufaktur Logam, Penopang Derap Langkah GENAP SNI,” SNI Valuasi, Volume 5, No 1, 2011, hlm. 17. 98 1. produk tersedia secara teratur dan sinambung; 2. produk harus memiliki kualitas yang baik dan seragam; 3. produk dapat disediakan secara masal. Di samping itu UMKMK harus dapat memenuhi berbagai isu standar perdagangan internasional seperti: isu kualitas ISO 9000, isu lingkungan ISO 14000, isu Hak Asasi Manusia dan isu ketenagakerjaan, pengembangan sumberdaya manusia. Agar produk yang dihasilkan dapat terus dikembangakan dan dipertahankan keunggulannya, maka perlu dilakukan pengembangan SDM. Hal ini dilakukan penciptaan tenaga-tenaga terampil melalui pusat-pusat pelatihan yang relevan dengan produk unggulan yang dikembangkan. 153 Pengaturan standardisasi barang yang tertuang dalam UU Perdagangan dalam Bab VIII Pasal 57 sampai dengan Pasal 59 semakin memperjelas tujuan pemerintah untuk mendorong seluruh pelaku usaha khususnya UMKMK untuk menciptakan produk yang berkualitas bagi konsumen. Negara dalam meningkatkan daya saing UMKMK dengan memfasilitasi dan mendampingi UMKMK untuk menerapkan standardisasi barang. Penerapan standardisasi barang menjadi faktor kunci peningkatan daya saing UMKMK. Hal ini dikarenakan di era perdagangan bebas saat ini standar memiliki peran dan arti penting yang vital. Sebab, setiap negara telah menetapkan persyaratan standar bagi barang yang beredar di negara yang 153 UKM Depok, “Strategi Pengembangan UKM Pada Era Otonomi Daerah Dan Perdagangan Bebas,” http:ukmdepok.co.idstrategi-pengembangan-ukm-pada-era-otonomi-daerah- dan-perdagangan-bebas, diakses pada tanggal 14 Agustus 2015, pada pukul 16.00. 99 bersangkutan. Tujuannya adalah melindungi keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan dan keamanan.. Infrastruktur standar yang diterapkan dalam perdagangan bebas memaksa persaingan akan semakin lebih ketat dari biasanya. Penerapan standardisasi barang memberikan banyak manfaat kepada UMKMK. Melalui penerapan standardisasi barang, UMKMK dimungkinkan untuk meningkatkan efisiensi, memperbaiki kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan dan membuka pasar baru serta peluang untuk mengadopsi teknologi baru guna meningkatkan volume produksi. Penerapan standardisasi barang juga akan meningkatkan nilai perusahaan company value di mata konsumen, karena konsumen percaya baik terhadap proses produksi yang dilakukan maupun terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Standar menjadi aset ekonomi bagi penerap standar. Penerapan standardisasi barang juga memberi peluang bagi UMKMK untuk mengembangkan diferensiasi produk. Sebab, standar berisikan persyaratan bagaimana memproses produk, baik produk yang sedang diproduksi maupun produk-produk lain yang sekarang belum diproduksi. Dengan mempelajari dan mengetahui standar, UMKMK dapat mengadopsi teknologi untuk memproduksi produk lain di luar produk yang sudah dihasilkan. Diferensiasi ini membuka peluang bisnis baru bagi UMKMK. 154 Kondisi diatas memperjelas bahwa standardisasi barang sangat berperan dalam meningkatkan daya saing UMKMK. Dan di Indonesia sendiri peran dan 154 Badan Standardisasi Nasional, “Standar dan Daya Saing UKM,” SNI Valuasi Volume 5 No.1, 2011, hlm. 10. 100 kontribusi UMKMK tidak dapat dipandang sebelah mata. UMKMK telah terbukti menjadi penyelamat perekonomian nasional ketika terhantam krisis pada tahun 1997 yang lalu. Hingga kini UMKMK merupakan pelaku ekonomi dominan dan tercatat terdapat lebih dari 50 juta perusahaan masuk ke dalam kategori UMKM. Kontribusi mereka terhadap kinerja ekspor nasional juga sangat signifikan, yakni mencapai lebih dari USD 25 milyar. Ini adalah bukti bahwa industri kategori UMKM merupakan elemen penting bagi perekonomian nasional. 155 Negara harus memperkuat dan meningkatkan daya saing UMKMK melalui penerapan standardisasi barang yang akan menjadi solusi penting untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional. Penerapan standardisasi barang di kalangan UMKMK, akan memperkuat daya saing UMKM nasional untuk berkiprah baik di pasar domestik maupun pasar ekspor. Selama ini sektor UMKMK kurang mendapat perhatian. UMKMK diperlakukan seperti “anak tiri”, khususnya terkait dengan akses kepada permodalan, pasar dan teknologi. Hal ini juga berlaku dalam hal penerapan standardisasi barang. Banyak UMKMK harus berjuang sendiri untuk memperoleh informasi mengenai standar yang mereka butuhkan, memahami dan menerapkan standar, dan mendapatkan sertifikasi standar. Kondisi diatas mengakibatkan standardisasi barang masih menjadi asing bagi UMKMK. Oleh karena itu, tidak mengherankan hanya sedikit UMKMK nasional yang telah menjadi penerap standardisasi barang. Di sektor makanan, misalnya, baru 155 Ibid., hlm. 11. 101 10 produk makanan UMKMK berlabel SNI. Sepertinya fenomena ini juga berlaku bagi industri UMKMK di sektor lain, seperti mainan anak, pakaian jadi atau garmen, alas kaki, obat tradisional jamu, kerajinan tangan, pengecoran logam, dan lain sebagainya. Menjadi tantangan bagi pemerintah, khususnya BSN selaku lembaga pemerintah yang bertanggung jawab di bidang standardisasi, untuk mendorong penerapan standar di kalangan UMKMK. 156 Upaya untuk meningkatkan jumlah UMKMK sebagai penerap standardisasi barang sudah seharusnya pemerintah meningkatkan sosialisasi penerapan standar kepada pelaku UMKMK. Lebih jauh tentunya harus memberikan kemudahan dalam proses pengurusannya, yang konon prosesnya sangat panjang, rumit dan berbelit- belit. Fasilitas lainnya yang dibutuhkan pelaku UMKMK adalah keringanan biaya- biaya untuk mengurus dan memperoleh sertifikasi produk. Ada baiknya pemerintah memberi subsidi kepada UMKMK agar mendapat keringanan biaya. Komitmen pemerintah untuk mendorong penerapan standar di kalangan UMKMK juga ditegaskan sendiri oleh Mantan Wakil Presiden, Boediono. Mantan Gubernur Bank Indonesia ini menekankan bahwa penentu pemenang kompetisi bukan harga murah, melainkan mutu dan keandalan produk. Mantan Wakil Presiden RI berpandangan bahwa “Kuncinya adalah mutu produk harus dijaga dan ditingkatkan agar memiliki keunggulan. Dalam konteks yang lebih besar, kita harus unggul dalam menetapkan standar. Selain mutu dapat dipertahankan atau ditingkatkan, standardisasi membuat berbagai proses menjadi lebih mudah. Standar adalah kunci efisiensi 156 Ibid. 102 produksi atau perdagangan. Produksi akan menjadi jelas dengan kriteria yang diperlukan dan perdagangan menjadi efisien jika produknya jelas.” 157 Bagi Mubyarto, paradigma ekonomi kerakyatan jelas tak mungkin terwujud jika pemerintah dengan dukungan para ekonom dan teknokrat masih asyik bermimpi mewujudkan kesejahteraan dengan terus merujuk pada asumsi-asumsi teori ekonomi neoklasik yang dibangun di atas dasar gagasan individualism berurusan dengan statistik produksi dan pertumbuhan, bukan pada distribusi pendapatan dan keadilan ekonomi. Di sisi lain, CK Prahalad dalam The Fortune at the Bottom of the Pyramid menunjukkan pentingnya melibatkan golongan miskin dalam kegiatan ekonomi pasar. Melalui proteksi regulasi dan dukungan kelembagaan yang kuat dari negara, usaha mikro-kecil-menengah yang berorientasi pada golongan miskin dan lapis sosial ekonomi marginal sebenarnya bisa berperan sebagai unit usaha yang produktif, kompetitif, dan menguntungkan. 158 Kebijakan ekonomi negara yang praktis kian berorientasi pasar, hendaknya tidak makin memarginalkan eksistensi UMKMK. Sebaliknya, gerakan koperasi dan UMKMK nasional harus tampil makin kuat, efektif, adaptif, elegan, dan bertenaga serta sanggup berkompetisi dalam gerusan arus pasar yang kian penetratif. Eksistensi dan kiprah nyata UMKMK sebagai gerakan ekonomi rakyat pada akhirnya akan ditentukan dari seberapa besar komitmen Negara. 157 Ibid., hlm 12. 158 Launa dan Azman Fajar, “UMKM dan Ilusi Kesejahteraan,” Sosial Demokrasi Volume 9 No. 3, Juli-September 2010, hlm. 7. 103 Upaya menapaki perjalanan panjangnya sebagai bangun usaha rakyat, UMKMK juga dituntut untuk selalu mereposisi, merevitalisasi, dan mereaktualisasi perannya sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sanggup menebar benih-benih kesejahteraan. Melalui visi transformatifnya, UMKMK bisa menjadi metoda sekaligus aksi nyata guna melawan sumbersumber kemiskinan dan bentuk-bentuk ketidakadilan ekonomi; yang nyaris kita rasakan setiap hari. 159 Pemerintah hasil reformasi sungguh-sungguh committed harus memberdayakan UMKMK sebaik mungkin, maka reformasi birokrasi, efektivitas penegakan hukum, perwujudan pemerintahan yang baik, kesinambungan regulasi serta merumuskan formula koordinasi yang efektif, sinergis, dan berkesinambungan antar departemen dan jajaran pemerintah daerah dalam pengembangan UMKMK menjadi kata kunci yang wajib menjadi “gerakan nasional” yang dapat menjaga keberlangsungan UMKMK dalam bersaing menuju perdagangan global. Standardisasi barang yang merupakan produk dari ekonomi kapitalis menjadi sangat berpengaruh dalam keberlangsungan UMKMK sebagai pilar ekonomi kerakyatan dalam menatap persaingan global. Keberlangsungan UMKMK sebagai dampak dari keharusan penggunaan standardisasi barang seolah menjadi “buah simalakama”. Hal ini melihat dari kemampuan dari UMKMK untuk memenuhi standardisasi barang serta peran pemerintah yang dirasa belum menyentuh seluruh UMKMK yang ada di seluruh Indonesia. Standardisasi barang dapat menjadi senjata utama untuk meningkatkan daya saing UMKMK dalam perdagangan bebas, namun 159 Ibid. 104 sekaligus dapat mematikan usaha karena tidak mampu menerapkan standardisasi barang untuk bersaing dalam pasar bebas. 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 77 85

Akibat Hukum Pemberian Pengampunan Pajak Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak

0 9 130

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

1 13 124

HARMONISASI UNDANG-UNDANG PERBANKAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH UNTUK MEMPEROLEH KEMUDAHAN MODAL USAHA BAGI PELAKU USAHA MIKRO.

0 0 1

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 2 10

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 26

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 24

Dampak Standardisasi Barang Bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 6

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

0 0 44