Hubungan Konsumsi Serat dengan Kejadian Overweight dan Obesitas Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight dan Obesitas

konsumsi makanan memberikan kontribusi besar untuk terjadinya obesitas. Uji korelasi terhadap variasi jenis makanan fast food dengan kejadian obesitas menunjukkan bahwa tidak didapatkan hubungan antara variasi jenis makanan cepat saji dengan terjadinya obesitas pada remaja. Hal ini disebabkan karena yang mempengaruhi obesitas adalah jumlah masukan kalori, bukan jenis makanannya Padmiari dan Eka, 2003.

2.4. Hubungan Konsumsi Serat dengan Kejadian Overweight dan Obesitas

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat resisten terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan Santoso, 2011. Burhan, Sirajuddin, dan Indriasari 2013, dalam artikelnya mengatakan bahwa salah satu faktor langsung yang menyebabkan obesitas sentral adalah konsumsi makanan, yaitu makanan dan minuman manis, makanan tinggi lemak, dan konsumsi makanan berserat sayur-sayuran dan buah-buahan yang rendah. Berdasarkan penelitian Lestari 2013, terdapat ada hubungan yang bermakna antara asupan serat dengan kejadian obesitas yang mana jumlah kelompok kasus obesitas yang mengonsumsi serat ≥ 23,85 gramhari hanya ada 3 orang 4,0 dan jumlah kelompok kontrol yang mengonsumsi serat ≥ 23,85 gramhari sebanyak 39 orang 52,0. Meskipun tidak mengandung zat gizi, serat pangan menguntungkan bagi kesehatan, yaitu berfungsi mengontrol berat badan atau kegemukan obesitas. Serat larut air, seperti pectin dan beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan sehingga makanan kaya serat, akan lebih lama bertahan di lambung, menarik lebih banyak air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah konsumsi yang berlebihan. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya Universitas Sumatera Utara mengandung kalori, gula dan lemak yang rendah sehingga dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas Santoso, 2011.

2.5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight dan Obesitas

Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Contohnya berjalan, berlari, berolahraga, mengayuh sepeda, dan lain-lain. Aktivitas fisik menentukan kesehatan seseorang. Kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas. Oleh karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan aktivitas fisik WHO, 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Huriyati 2004 di Yogjakarta menyimpulkan bahwa remaja kota menghabiskan lebih banyak waktu untuk aktivitas sedentari daripada remaja pedesaan. Hubungan antara aktivitas sedentari dengan obesitas merupakan faktor independen dari faktor lain seperti asupan energi dan status obesitas keluarga. Hal yang sama juga diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Anissa, Indriani, dan Yustini 2014 pada remaja di SMA Katolik Cendrawassih Makassar yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara aktivitas sedentari dengan kejadian overweight. Selain itu, ditemukan juga adanya hubungan obesitas dengan status ketidakpuasan citra tubuh. Terdapat hubungan yang bermakna aktivitas fisik dengan status ketidakpuasan citra tubuh. Artinya remaja yang tidak puas lebih sedikit melakukan aktivitas fisik dibanding remaja yang puas Tarigan, 2005.

2.6. Hubungan Uang Saku dengan Kejadian Overweight dan Obesitas