Konsumsi Fast Food Pembahasan

kenyang dan lapar Vendrell, et all., 2004. Perubahan gaya hidup seperti pola konsumsi makanan mengakibatkan tingginya prevalensi obesitas. Kemudian pengaruh lingkungan juga berkaitan dengan pola makan dan kebiasaan aktivitas fisik

5.2.1. Konsumsi Fast Food

Pada penelitian ini, penilaian hubungan konsumsi fast food dengan obesitas berdasarkan frekuensi konsumsi per minggu dan banyaknya porsi kuantitas konsumsi dalam sekali konsumsi. Hanya berdasarkan kuantitas konsumsi yang memiliki hubungan yang signifikan p-value: 0,05 sedangkan untuk frekuensi konsumsi per minggu tidak ada hubungan p-value: 0,05. Dengan kata lain bahwa pengaruh fast food terhadap overweight dan obesitas lebih berdasarkan kuantitas daripada frekuensi Procter, 2007. Namun perlu digaris bawahi bahwa hubungan kuantitas pada penelitian ini memiliki sifat protektif OR: 1 pada populasi siswa SMA Yayasan Pendidikan Harapan 1. Hal ini berarti bahwa semakin banyak mengonsumsi fast food semakin kecil risiko mengalami overweight dan obesitas. Hasil tersebut menimbulkan kerancuan bahwa semakin banyak konsumsi seharusnya semakin banyak masukan energi dan juga seharusnya semakin tinggi risiko overweight dan obesitas. Hal ini mungkin dipengaruhi persepsi responden terhadap dirinya sendiri. Dari penelitian didapat bahwa ada kemungkinan 7,8 kali orang obesitas merasa dirinya gemuk p-value: 0,001; CI 95 CI 95: 3,92- 15,57. Pada kelompok obesitas 56 merasa dirinya gemuk serta hanya 14 pada kelompok non-obesitas merasa dirinya gemuk. Kemudian dari kelompok yang merasa dirinya gemuk hanya 8 yang mengonsumsi fast food lebih dari satu porsi per kali konsumsi. Jadi remaja yang merasa dirinya kegemukan menimbulkan rasa peduli dengan bentuk tubuh Bargoita, 2013 Penelitian Rensnick tahun 1986 menunjukan remaja saat itu kurang peduli dengan pola makan sehat. Kemudian pada tahun 1999, Neumark-Stainzer menunjukan terjadi pola perubahan persepsi remaja dalam pemilihan makanan. Remaja memilih makanan berdasarkan body image. Penelitian Bargoita 2013 Universitas Sumatera Utara menemukan lebih dari sepertiga remaja di Yunani berusaha mengurangi berat badan dengan diet rendah lemak. Meskipun demikian, Flier 2010 menyatakan bahwa banyak orang dengan obesitas meyakini dirinya telah mengonsumsi makanan dengan jumlah yang sedikit. Berdasarkan hukum termodinamika bahwa untuk kenaikan berat badan seseorang harus makan lebih banyak daripada orang normal. Namun ada sebagian orang yang mempunyai predisposisi untuk obesitas akan menjadi obesitas tanpa harus adanya peningkatkan konsumsi energi.

5.2.2. Konsumsi Serat