Tabel 2 Anemia berdasarkan morfologi eritrosit
17,23
No Mikrositik
Hipokromik
MCV 80 fl MCHC 30 gl
Normositik Normokromik
MCV 80 – 100 fl MCHC 30-35 gl
Makrositik Normokromik
MCV 100 fl MCHC 35 gl
1 Defisiensi besi
Hemolitik Megaloblastik
defisiensi B12, asam folat
2 Sideroblastik
Kegagalan sumsum tulang penyakit
kronik, aplastik, gagal ginjal,
mielodisplastik, mieloptisis
Bukan megaloblastik gangguan hati,
peminum berat, hemolitik, aplastik
3 Talasemia Perdarahan
4 Atransferinemia Ket: MCV : Volume korpuskuler rata–rata
MCHC : Konsentrasi hemoglobin korpuskuler rata–rata 2.2.2.2
Klasifikasi anemia berdasarkan berat–ringan . Anemia berdasarkan berat ringannya dibagi atas 3 tingkatan yaitu ringan,
sedang, dan berat. tabel 3
24
Tabel 3 Anemia berdasarkan berat – ringan
24
Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat
HEMO GLOBIN
grdL
10 – 12 8 – 10
8
2.2.3 Mekanisme terjadinya anemia
Ada beberapa mekanisme untuk terjadinya anemia, yaitu:
15
1. Kehilangan darah, misalnya perdarahan 2. Menurunnya umur hidup sel darah merah eritrosit, misalnya anemia
hemolitik 3. Kelainan pada pembentukan sel darah merah eritrosit, misalnya kelainan
sintesis hemoglobin 4. Berkumpul dan dihancurkannya eritrosit di dalam limpa yang membesar
5. Meningkatnya volume plasma, misalnya kehamilan, splenomegali
2.2.4 Tanda dan gejala anemia berdasarkan berat–ringannya anemia
Manifestasi gejala dan keluhan anemia tergantung dari beberapa faktor antara lain:
17
1. Penurunan kapasitas daya angkut oksigen dari darah serta kecepatan dari penurunannya
2. Derajat serta kecepatan perubahan dari volume darah 3. Penyakit dasar penyebab anemianya
4. Kapasitas kompensasi
sistem kardiopulmonal
©2003 Digitized by USU digital library
5
Adapun tanda dan gejala anemia yang dijumpai berdasarkan berat–ringannya anemia adalah sebagai berikut: Tabel 4
24
Tabel 4 Tanda dan gejala anemia berdasarkan berat–ringan
24
No Anemia ringan
Anemia sedang Anemia berat
1 Kelelahan Kelelahan
Overwhelming 2
Peningkatan detak jantung
Sulit konsentrasi Kelelahan
3 Penurunan perfusi
jaringan Detak jantung
100 x menit Pening
4 Dilatasi sistem vaskular Berdebar–debar
Pusing 5
Ekstraksi O2 jaringan naik
Dispnea saat aktivasi
Depresi– Gangguan tidur
6 Dispnea saat
istirahat
2.2.5 Hubungan anemia dengan lansia
Anemia merupakan salah satu gejala sekunder dari sesuatu penyakit pada lansia.
24
Anemia sering dijumpai pada lansia
25,26
dan meningkatnya insidensi anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan
spekulasi bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari pertambahan usia. Tetapi ada 2 alasan untuk
mempertimbangkan bahwa anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya penyakit, yaitu: 1. Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel
darah merah normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya, 2. Kebanyakan pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan
hemoglobin 12 gr dL, penyakit dasarnya telah diketahui.
5
Prevalensi anemia pada lansia adalah sekitar 8–44, dengan prevalensi tertinggi pada laki–laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa
hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada laki–laki lansia adalah 27–40 dan wanita lansia sekitar 16–21.
5,27
Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah anemia penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35, diikuti oleh
anemia defisiensi besi sekitar 15. Penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma
mielodisplastik.
5,22
Meningkatnya perasaan lemah, lelah dan adanya anemia ringan janganlah dianggap hanya sebagai manifestasi dari pertambahan usia.
26
Oleh karena keluhan-keluhan tersebut di atas merupakan gejala telah terjadinya
anemia pada lansia. Selain gejala–gejala tersebut di atas, palpitasi, angina dan klaudikasio intermiten juga akan muncul oleh karena biasanya pada
lansia telah terjadi kelainan arterial degeneratif.
15
Muka pucat dan konjungtiva pucat merupakan tanda yang dapat dipercayai bahwa seorang
lansia itu sebenarnya telah menderita anemia.
5,28
Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama. Yang mana ini nantinya akan
membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia.
21
Dari suatu hasil studi dilaporkan bahwa laki–laki lansia yang menderita anemia, resiko
kematiannya lebih besar dibandingkan wanita lansia yang menderita anemia. Juga dilaporkan bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit
infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi.
27
Penelusuran diagnosis
©2003 Digitized by USU digital library
6
anemia pada lansia memerlukan pertimbangan klinis tersendiri. Dari evaluasi epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan pemeriksaan yang
mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25 pasien anemia pada lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.
21
2.3 ANEMIA PENYAKIT KRONIK