anemia pada lansia memerlukan pertimbangan klinis tersendiri. Dari evaluasi epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan pemeriksaan yang
mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25 pasien anemia pada lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.
21
2.3 ANEMIA PENYAKIT KRONIK
Anemia penyakit kronik dikenal juga dengan nama anemia gangguan kronik, anemia sekunder, atau anemia sideropenik dengan siderosis
retikuloendotelial.
5,6,29-32
Pengenalan akan adanya anemia penyakit kronik dimulai pada awal abad ke 19, dimana pada waktu itu pada pasien–pasien tuberkulosis sering
ditemukan muka pucat. Lalu Cartwright dan Wintrobe pada tahun 1842 memperlihatkan adanya benda – benda kecil di sampel darah pasien demam
tifoid dan cacar air. Juga pada penyakit infeksi lainnya seperti siphilis dan pneumonia. Nama yang dipergunakan waktu itu adalah Anemia penyakit
infeksi. Pada tahun 1962 setelah dilakukannya suatu studi tentang infeksi dan ditemukannya gambaran yang sama pada penyakit–penyakit kronik bukan
infeksi seperti artritis reumatoid, nama anemia penyakit kronik diperkenalkan.
32,33
Anemia penyakit kronik merupakan anemia terumum ke-dua yang sering dijumpai di dunia, tetapi mungkin merupakan yang paling umum
dijumpai pada pasien–pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Anemia penyakit kronik bukanlah diagnosis primer tetapi merupakan respons
sekunder normal terhadap berbagai penyakit di bagian tubuh manapun.
34
2.3.1 Defenisi anemia penyakit kronik
Anemia penyakit kronik adalah anemia yang timbul setelah terjadinya proses infeksi atau inflamasi kronik.
35
Biasanya anemia akan muncul setelah penderita mengalami penyakit tersebut selama 1–2 bulan.
15,32,36
Tumor dulunya memang merupakan salah satu penyebab anemia penyakit kronik, namun dari hasil studi yang terakhir tumor tidak lagi
dimasukkan sebagai penyebab anemia penyakit kronik.
37-39
2.3.2 Etiologi anemia penyakit kronik
Anemia penyakit kronik dapat disebabkan oleh beberapa penyakitkondisi seperti infeksi kronik misalnya infeksi paru, endokarditis
bakterial; inflamasi kronik misalnya artritis reumatoid, demam reumatik; lain–lain misalnya penyakit hati alkaholik, gagal jantung kongestif dan
idiopatik: Tabel 5
5,29,31,32,36,37,40-43
©2003 Digitized by USU digital library
7
Tabel 5 Etiologi anemia penyakit kronik
5,29,31,32,36,37,40-43
No Infeksi kronik
Inflamasi kronik Lain–lain
Idio pa
tik
01 Infeksi paru:
abses,emfisema, tuberkulosis,
bronkiektasis Artritis reumatoid
Penyakit hati alkaholik
02 Endokarditis bakterial
Demam reumatik Gagal jantung
kongestif 03 Infeksi
saluran kemih kronik
Lupus eritematosus sistemik LES
Tromboplebitis 04 Infeksi
jamur kronik
Trauma berat Penyakit
jantung iskemik 05 Human
immunodeficiency virus HIV
Abses steril 06 Meningitis
Vaskulitis 07 Osteomielitis
Luka bakar
08 Infeksi sistem
reproduksi wanita
Osteoartritis OA
09 Penyakit inflamasi pelvik
PID: pelvic inflamatory
disease Penyakit vaskular
kolagen Collagen vascular disease
10 Polimialgia
11 Trauma
panas 12 Ulkus
dekubitus 13
Penyakit chron
2.3.3 Patogenesis anemia penyakit kronik
Mekanisme bagaimana terjadinya anemia pada penyakit kronik sampai dengan sekarang masih banyak yang belum bisa dijelaskan walaupun telah
dilakukan banyak penelitian.
43
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sitokin–sitokin proses inflamasi seperti tumor nekrosis faktor alfa TNF
α, interleukin 1 dan interferon gama
γ yang diproduksi oleh sumsum tulang penderita anemia penyakit kronik akan menghambat terjadinya proses
eritropoesis.
30,44
Pada pasien artritis reumatoid interleukin 6 juga meningkat tetapi sitokin ini bukan menghambat proses eritropoesis melainkan
meningkatkan volume plasma. Pada pasien anemia penyakit kronik eritropoetin memang lebih rendah dari pasien anemia defisiensi besi, tetapi
tetap lebih tinggi dari orang – orang bukan penderita anemia.
26
Dari sejumlah penelitian disampaikan beberapa faktor yang kemungkinan memainkan
peranan penting terjadinya anemia pada penyakit kronik, antara lain :
5,15,17,26,27,29,31,37,39,40,43,45-47
1. Menurunnya umur hidup sel darah merah eritrosit sekitar 20–30 atau menjadi sekitar 80 hari. Hal ini dibuktikan oleh Karl tahun 1969 pada
percobaan binatang yang menemukan pemendekan masa hidup eritrosit
©2003 Digitized by USU digital library
8
segera setelah timbul panas. Juga pada pasien artritis reumatoid dijumpai hal yang sama.
2. Tidak adanya reaksi sumsum tulang terhadap adanya anemia pada penyakit kronik. Reaksi ini merupakan penyebab utama terjadinya anemia
pada penyakit kronik. Kejadian ini telah dibuktikan pada binatang percobaan yang menderita infeksi kronik, dimana proses eritropoesisnya
dapat ditingkatkan dengan merangsang binatang tersebut dengan pemberian eritropoetin.
3. Sering ditemukannya sideroblast berkurang dalam sumsum tulang disertai deposit besi bertambah dalam retikuloendotelial sistem, yang mana ini
menunjukkan terjadinya gangguan pembebasan besi dari sel retikuloendotelial yang mengakibatkan berkurangnya penyedian untuk
eritroblast.
4. Terjadinya metabolisme besi yang abnormal. Gambaran ini terlihat dari adanya hipoferemia yang disebabkan oleh iron binding protein lactoferin
yang berasal dari makrofag dan mediator leukosit endogen yang berasal dari leukosit dan makrofag. Hipoferemia dapat menyebabkan kegagalan
sumsum tulang berespons terhadap pemendekan masa hidup eritrosit dan juga menyebabkan berkurangnya produksi eritropoetin yang aktif secara
biologis.
5. Adanya hambatan terhadap proliferasi sel progenitor eritroid yang dilakukan oleh suatu faktor dalam serum atau suatu hasil dari makrofag
sumsum tulang. 6. Kegagalan produksi transferin.
2.3.4 Gambaran klinis anemia penyakit kronik