Penatalaksanaan anemia penyakit kronik

c. Volume korpuskuler rata–rata MCV: Mean Corpuscular Volume: normal atau menurun sedikit ≤ 80 fl. d. Besi serum Serum Iron: menurun 60 mug dL. e. Mampu ikat besi MIB = TIBC: Total Iron Binding Capacity: menurun 250 mug dL. f. Jenuh transferin Saturasi transferin: menurun 20. g. Feritin serum: normal atau meninggi 100 ngmL. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan sumsum tulang dan konsentrasi protoporfirin eritrosit bebas FEP: Free Erytrocyte Protophorphyrin, namun pemeriksaannya jarang dilakukan. Menginterpretasi hasil pemeriksaan sumsum tulang kemungkinannya sulit, oleh karena bentuk dan struktur sel–sel sumsum tulang dipengaruhi oleh penyakit dasarnya. Sedangkan konsentrasi protoporfirin eritrosit bebas memang cenderung meninggi pada pasien anemia penyakit kronik tetapi peninggiannya berjalan lambat dan tidak setinggi pada pasien anemia defisiensi besi. Peninggiannya juga sejalan dengan bertambah beratnya anemia. Oleh karena itu pemeriksaan konsentrasi protoporfirin eritrosit bebas lebih sering dilakukan pada pasien – pasien anemia defisiensi besi. 5,29,32

2.3.6 Penatalaksanaan anemia penyakit kronik

Tidak ada terapi spesifik yang dapat kita berikan untuk anemia penyakit kronik, kecuali pemberian terapi untuk penyakit yang mendasarinya. 5,19,20,26,29,31–33,37,50 Biasanya apabila penyakit yang mendasarinya telah diberikan pengobatan dengan baik, maka anemianya juga akan membaik. 31,43,53 Pemberian obat–obat hematinik seperti besi, asam folat, atau vitamin B12 pada pasien anemia penyakit kronik, tidak ada manfaatnya. 27 Belakangan ini telah dicoba untuk memberikan beberapa pengobatan yang mungkin dapat membantu pasien anemia penyakit kronik, antara lain: 1. Rekombinan eritropoetin Epo, dapat diberikan pada pasien–pasien anemia penyakit kronik yang penyakit dasarnya artritis reumatoid, Acquired Immuno Deficiency Syndrome AIDS, dan inflamatory bowel disease. Dosisnya dapat dimulai dari 50–100 UnitKg, 3x seminggu, pemberiannya secara intra venous IV atau subcutan SC. Bila dalam 2–3 minggu konsentrasi hemoglobin meningkat danatau feritin serum menurun, maka kita boleh menduga bahwa eritroit respons. Bila dengan dosis rendah responsnya belum adekuat, maka dosisnya dapat ditingkatkan sampai 150 UnitKg, 3x seminggu. Bila juga tidak ada respons, maka pemberian eritropoetin dihentikan dan dicari kemungkinan penyebab yang lain, seperti anemia defisiensi besi. 5,31,37,45 Namun ada pula yang menganjurkan dosis eritropoetin dapat diberikan hingga 10.000–20.000 Unit, 3x seminggu. 32 2. Transfusi darah berupa packed red cell PRC dapat diberikan, bila anemianya telah memberikan keluhan atau gejala. Tetapi ini jarang diberikan oleh karena anemianya jarang sampai berat. 14,31,51,54 3. Prednisolon dosis rendah yang diberikan dalam jangka panjang. Diberikan pada pasien anemia penyakit kronik dengan penyakit dasarnya artritis temporal, reumatik dan polimialgia. Hemoglobin akan segera kembali normal demikian juga dengan gejala–gejala polimialgia akan segera hilang dengan cepat. Tetapi bila dalam beberapa hari tidak ada perbaikan, maka pemberian kortikosteroid tersebut segera dihentikan. 19,33,43,47 ©2003 Digitized by USU digital library 10 4. Kobalt klorida, juga bermanfaat untuk memperbaiki anemia pada penyakit kronik dengan cara kerjanya yaitu menstimulasi pelepasan eritropoetin, tetapi oleh karena efek toksiknya obat ini tidak dianjurkan untuk diberikan. 30–32,35

BAB III PENELITIAN SENDIRI

3.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Salah satu tujuan hidup manusia adalah menjadi tua tetapi tetap sehat. Dikutip dari 13 Oleh karena itu proses menua memang tidak identik menjadi sakit atau proses menua bukanlah akumulasi penyakit, walaupun proses menua dan penyakit yang terkait usia sering saling berkaitan dalam bentuk yang samar dan rumit sehingga sulit untuk membedakan ke duanya. Dikutip dari 1 Secara fisiologis proses menua merupakan erosi bertahap dan teratur dari organ atau sistem organ serta penurunan kendali homeostasis, keduanya menyebabkan berkurangnya daya cadangan faali. Penurunan tersebut dapat hanya terlihat pada waktu aktivitas fisik maksimal. Manifestasi berbagai penyakit atau masalah pada pasien lansia seringkali berbeda dengan orang muda. Prevalensi dan akumulasi penyakit kronik yang meningkat pada lansia sering memberikan gejala yang mengaburkan atau menutupi gejala penyakit atau masalah akut yang baru dialami karena adanya tumpang tindih antara gejala dan tanda penyakit kronik dan akut. 1,13 Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada lansia, misalnya anemia oleh karena kekurangan zat besi, penyakit kronik, keganasan dan lain– lain. Dalam beberapa hal memang ada perbedaan dengan usia muda, misalnya dalam hal penyebab, pengelolaan, maupun prognosis. 55 Anemia sering dijumpai pada lansia dan terjadinya anemia pada orang–orang lansia bukanlah konsekuensi normal dari pertambahan usia tetapi oleh karena telah adanya penyakit. 7,27 Maka sebaiknya dilakukan evaluasi lanjutan walaupun gejala klinis tidak ada. 21 Dari suatu studi dilaporkan bahwa insidensi anemia pada lansia berumur 65–74 tahun adalah sekitar 1–2 per tahun, dan pada lansia berumur di atas 84 tahun meningkat menjadi 13 per tahun, 21 sedangkan bila dilihat dari perbandingan jenis kelamin, maka pada usia 71–74 tahun baik laki–laki maupun wanita insidensinya adalah sama, yaitu sekitar 8,6, tetapi pada usia sama atau lebih dari 90 tahun prevalensinya pada laki–laki lebih tinggi yaitu 41 sedangkan wanita 21. 56 Sedangkan di Indonesia seperti yang dilaporkan dari RSUP Cipto Mangunkusumo, dimana selama tahun 2000 di ruang rawat akut geriatri tercatat sekitar 10,3 pasien lansia yang dirawat oleh karena menderita anemia karena berbagai penyebab dan di unit rawat jalan sekitar 12,3 pasien lansia juga menderita anemia. 7,21 Dari ruang rawat inap RSUP H.Adam Malik Medan dilaporkan bahwa selama 3 tahun Januari 2000– Desember 2002 ditemukan 591 31,74 pasien lansia menderita anemia dari 1881 pasien penderita anemia oleh karena berbagai penyebab. 57 Penyebab anemia tersering pada orang–orang lansia adalah anemia penyakit kronik dengan prevalensinya 30–45. 5 Ada sekitar 16 pasien anemia pada lansia yang tidak ditemukan penyebabnya walaupun telah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, oleh karena itu pendekatan diagnostik anemia pada pasien lansia memerlukan waktu dan teknologi penunjang yang lebih. Pertimbangan klinis sangat menentukan langkah selanjutnya. 21 ©2003 Digitized by USU digital library 11