Defenisi anemia Klasifikasi anemia .1 Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit Mekanisme terjadinya anemia

termasuk Indonesia pada tahun 1990 untuk para lansia usia 60 tahun ke atas penyakit artritis reumatik menempati peringkat pertama yaitu 49,0 Tabel 1. 11 Tabel 1 Studi komunitas lansia oleh Badan Kesehatan Dunia WHO di Jawa Tengah tahun 1990 11 No PenyakitKeluhan W : P 01 Artritis Reumatik 49,0 W P 02 Hipertensi + PJK 15,2 W P 03 Bronkitis Dispnea 7,4 W P 04 Diabetes melitus 3,3 W = P 05 Jatuh 2,5 W P 06 Stroke Paralisis 2,1 07 TB paru 1,8 W = P 08 Patah tulang 1,0 W = P 09 Kanker 0,7 W = P 10 Masalah kesehatan berpengaruh kepada aktivitas hidup sehari–hari ADL: Activity Of Daily Living 29,3 2.2 A N E M I A Anemia sebenarnya bukanlah merupahkan diagnosa akhir dari sesuatu penyakit akan tetapi merupakan hasil dari berbagai gangguan dan hampir selalu membutuhkan evaluasi lanjutan atau boleh juga dikatakan bahwa anemia merupakan salah satu gejala dari sesuatu penyakit dasar. 14-17 Ada juga yang mengatakan bahwa anemia merupakan ekspresi kompleks gejala klinis suatu penyakit yang mempengaruhi mekanisme patogenesis gangguan eritropoesis produksi eritrosit, perdarahan, atau penghancuran eritrosit. 18 Insidensi anemia bervariasi tetapi diperkirakan sekitar 30 penduduk dunia menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di negara– negara sedang berkembang. 19

2.2.1 Defenisi anemia

Seseorang dikatakan menderita anemia apabila konsentrasi hemoglobin pada orang tersebut lebih rendah dari nilai normal hemoglobin yang sesuai dengan jenis kelamin dan umur dari orang tersebut. Oleh Badan Kesehatan Dunia WHO: World Health Organization telah ditetapkan batasan anemia yaitu untuk wanita apabilah konsentrasi hemoglobinnya di bawah 12 grdL 7,5 mmolL dan untuk pria apabilah konsentrasi hemoglobinnya di bawah 13 gr dL 8,1 mmol L. 6,14,16,17,20-23 2.2.2 Klasifikasi anemia 2.2.2.1 Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit Anemia berdasarkan morfologi eritrosit dibagi atas: mikrositik– hipokromik MCV 80 fl, MCHC 30 gl, normositik–normokromik MCV 80–100 fl, MCHC 30 – 35 gl dan makrositik–normokromik MCV 100 fl, MCHC 35 gl. Tabel 2 17,23 ©2003 Digitized by USU digital library 4 Tabel 2 Anemia berdasarkan morfologi eritrosit 17,23 No Mikrositik Hipokromik MCV 80 fl MCHC 30 gl Normositik Normokromik MCV 80 – 100 fl MCHC 30-35 gl Makrositik Normokromik MCV 100 fl MCHC 35 gl 1 Defisiensi besi Hemolitik Megaloblastik defisiensi B12, asam folat 2 Sideroblastik Kegagalan sumsum tulang penyakit kronik, aplastik, gagal ginjal, mielodisplastik, mieloptisis Bukan megaloblastik gangguan hati, peminum berat, hemolitik, aplastik 3 Talasemia Perdarahan 4 Atransferinemia Ket: MCV : Volume korpuskuler rata–rata MCHC : Konsentrasi hemoglobin korpuskuler rata–rata 2.2.2.2 Klasifikasi anemia berdasarkan berat–ringan . Anemia berdasarkan berat ringannya dibagi atas 3 tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. tabel 3 24 Tabel 3 Anemia berdasarkan berat – ringan 24 Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat HEMO GLOBIN grdL 10 – 12 8 – 10 8

2.2.3 Mekanisme terjadinya anemia

Ada beberapa mekanisme untuk terjadinya anemia, yaitu: 15 1. Kehilangan darah, misalnya perdarahan 2. Menurunnya umur hidup sel darah merah eritrosit, misalnya anemia hemolitik 3. Kelainan pada pembentukan sel darah merah eritrosit, misalnya kelainan sintesis hemoglobin 4. Berkumpul dan dihancurkannya eritrosit di dalam limpa yang membesar 5. Meningkatnya volume plasma, misalnya kehamilan, splenomegali

2.2.4 Tanda dan gejala anemia berdasarkan berat–ringannya anemia