3.7.4 Hubungan antara terjadinya anemia pada lansia dengan jenis kelamin.
Dari 60 orang pasien lansia penderita penyakir kronik yang ikut dalam penelitian ini, 25 orang menderita anemia penyakit kronik 41,7 terdiri dari 20
orang laki–laki 33,3 dan 5 orang wanita 8,3 serta 1 orang wanita menderita anemia defisiensi besi 1,7. Secara uji statistik tidak ada hubungan yang
bermakna antara terjadinya anemia pada lansia yang menderita penyakit kronik dengan jenis kelamin lansia tersebut p : 0,161. Tabel 4
Tabel 4 Hubungan antara terjadinya anemia pada lansia dengan jenis kelamin
L A N S I A Dengan
Anemia
peny.kronik Dengan
Anemia
def. besi Dengan
Penyakit kronik
Non-anemia J u m l a h
Jenis Kelamin
n n n n
Laki-laki 20 33,3 0 0,0 23 38,3 43
71,1 Wanita 5
8,3 1
1,7 11
18,3 17
28,3 J u m l a h
25 41,7
1 1,7
34 56,7
60 100,
Uji Chi – Square X
2
: 3,655 df : 2 p : 0,161
3.7.5 Hubungan antara terjadinya anemia pada lansia dengan usia.
Dari 25 orang lansia penderita anemia penyakit kronik, 12 orang 20,0 berusia 65–69 tahun , 8 orang 13,3 berusia 60–64 tahun, 3 orang 5,0
berusia 75 tahun, dan 2 orang 3,3 berusia 70–74 tahun. Sedangkan penderita anemia defisiensi besi ada 1 orang 1,7 berusia 70–74 tahun. Secara uji statistik
tidak ada hubungan yang bermakna antara terjadinya anemia pada lansia penderita penyakit kronik dengan usia lansia tersebut p : 0,103. Tabel 5
Tabel 5 Hubungan antara terjadinya anemia pada lansia dengan umur
L A N S I A Dengan
Anemia
peny.kronik Dengan
Anemia
def. besi Dengan
Penyakit kronik
Non-anemia J u m l a h
U s i a tahun
n n n n
60-64 8 13,3 0 0,0 17 28,3 25
41,7 65-69
12 20,0 0 0,0 11 18,3 23 38,3
70-74 2 3,3 1 1,7 4 6,7 7
11,7 ≥
75 3 5,0 0 0,0 2 3,3 5 8,3
J u m l a h 25
41,7 1
1,7 24
56,7 60
100, Uji Chi – Square X
2
: 10,562 df : 6 p : 0, 103
©2003 Digitized by USU digital library
16
3.7.6 Hubungan antara terjadinya anemia pada lansia dengan pekerjaan.
Dari 25 orang lansia penderita anemia penyakit kronik, 19 orang 31,7 mempunyai pekerjaan sebelumnya pensiunan sebagai pegawai, 4 orang 6,7
sebagai ibu rumah tangga, sedangkan petani dan wiraswasta masing–masing 1 orang 3,4. Lansia yang menderita anemia defisiensi besi 1,7 pekerjaannya hanya
sebagai ibu rumah tangga. Secara uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara terjadinya anemia pada lansia penderita penyakit kronik dengan pekerjaan
lansia tersebut p : 0,555. Tabel 6
Tabel 6 Hubungan antara terjadinya anemia pada lansia dengan pekerjaan
L A N S I A Dengan
Anemia
Peny.kroni k
Dengan Anemia
Def. Besi Dengan
Penyakit Kronik
Non- Anemia
J u m l a h No Pekerjaan
n n n n
1 Pensiunan
19 31,7 0 0,0 23 38,3 42 70,0 2
Ibu Rumah Tangga IRT
4 6,7 1 1,7 7 11,7 12 20,0 3 Petani 1
1,7 0,0
1 11,7
2 3,3
4 Wiraswasta 1 1,7 0 0,0 3 5,0 4 6,7 J u m l a h
25 41,7
1 1,7
34 56,7
60 100
Uji Chi – Square X
2
: 4,914 df : 6 p: 0,555
3.7.7 Penyebab anemia penyakit kronik pada lansia. Penyebab anemia penyakit kronik pada lansia yang ikut dalam penelitian ini adalah
proses infeksi kronik infeksi paru, inflamasi kronik Osteoartritis, Artritis reumatoid, Penyakit jantung kongestif, Penyakit jantung koroner PJK,
dan Hepatitis kronik. Tabel 7
Tabel 7 Penyebab anemia penyakit kronik pada lansia No
Infeksi Kronik Inflamasi Kronik
Lain-lain
1 Infeksi paru: Emfisema paru,
TB paru, Bronkitis kronis, Bronkiektasis
Osteoartritis OA Penyakit jantung
kongestif 2
Artritis reumatoid AR
Penyakit jantung koroner PJK
3 Hepatitis
kronik
3.7.8 Hubungan antara anemia pada lansia dengan gambaran klinis