Pada tahun 2000 jumlah populasi lansia di negara–negara Eropa diperkirakan sekitar 20, sedangkan di Amerika Serikat jumlah lansianya
sekitar 11 dari seluruh populasi.
14
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan keberhasilan pembangunannya, usia harapan hidup
penduduknya meningkat dan ini dampaknya adalah bertambahnya jumlah lansia.
11
Menurut laporan dari data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau Of The Cencus USA pada tahun 1993, bahwa
Indonesia pada tahun 1990 sampai tahun 2025 akan mempunyai kenaikan lansia sekitar 414. Angka ini merupakan yang paling tinggi di seluruh
dunia.
2,14
Laporan lain mengatakan bahwa pertambahan penduduk lansia di Indonesia diproyeksikan melebihi 20 juta orang dan ini sama dengan
pertambahan lansia di Brazil. Bahkan pada tahun 2000 Indonesia merupakan negara urutan ke–4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India,
dan Amerika Serikat. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur masyarakat Indonesia, dari masyarakatpopulasi “ muda “ pada tahun
1971 menjadi populasi yang “ lebih tua “ pada tahun 2020. Piramida penduduk Indonesia berubah dari bentuk dengan basis lebar fertilitas tinggi menjadi
piramida berbentuk kubah mesjid atau bawang fertilitas dan mortalitas rendah. Pergeseran ini mengakibatkan perubahan dalam strategi pelayanan
kesehatan, dengan lain perkataan lebih minta perhatian dan prioritas untuk penyakit–penyakit usia dewasa dan lansia. Untuk masalah lansia ini pemerintah
dan masyarakat Indonesia memang telah memberikan perhatian tetapi masih berjalan lambat. Sedangkan Amerika Serikat telah memberikan perhatian yang
cukup besar, ini terlihat dari penggunaan anggaran kesehatannya melebihi 30 hanya untuk orang–orang lansia.
14
3.2 Perumusan Masalah
Adakah hubungan anemia dengan penyakit kronik pada lansia ?
3.3 Hipotesa
Proses infeksi kronik dan inflamasi kronik merupakan etiologi tersering dari anemia penyakit kronik
3.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui etiologi anemia penyakit kronik pada lansia
3.5 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui etiologi anemia penyakit kronik pada lansia, maka kita sebagai klinisi dapat lebih waspada dan mempertimbangkan apakah penderita
lansia yang datang kepada kita telah menderita anemia penyakit kronik, sekaligus dapat memberikan terapi terbaik yang dapat kita berikan
3.6 Bahan dan Cara Penelitian 3.6.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode cross - sectional yang bersifat deskriptif analitik
3.6.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai bulan September 2002 sd Januari 2003 Tempat penelitian RSUP H. Adam Malik Medan
©2003 Digitized by USU digital library
12
3.6.3 Subjek Penelitian
Orang–orang lansia Usia ≥ 60 tahun dengan penyakit penyerta infeksi kronik
Infeksi paru: TB paru, Emfisema, Abses, Bronkiektasis; Infeksi saluran kemih kronik; Endokarditis bakterial; Infeksi jamur kronik, HIV, Inflamasi kronik
Artritis reumatoid, Osteoartritis, Lupus eritematosus sistemikLES, Penyakit vaskular kolagen, Polimialgia, Penyakit chron, Penyakit jantung kongestif dan
iskemik, dan Penyakit hati kronik yang berobat jalan ke Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan
3.6.4 Kriteria Inklusi
Semua lansia Usia ≥ 60 tahun dengan penyakit infeksi kronik Infeksi Paru:
TB paru, Emfisema, Abses, Bronkiektasis; Infeksi saluran kemih kronik; Endokarditis bakterial; Infeksi jamur kronik, HIV, Inflamasi kronik Artritis
reumatoid, Osteoartritis, Lupus eritematosus sistemikLES, Penyakit vaskular kolagen, Polimialgia, Penyakit chron, Penyakit jantung kongestif dan iskemik,
dan Penyakit hati kronik.
3.6.5 Kriteria eksklusi
a. Lansia yang menderita penyakit infeksi kronik, inflamasi kronik, penyakit jantung dan penyakit hati kronik tetapi sedang dalam keadaan eksaserbasi
akut b. Lansia yang menderita penyakit gagal ginjal dan tumor
c. Tidak bersedia diikutkan dalam penelitian
3.6.6 Prosedur Penelitian
Seluruh peserta dilakukan pemeriksaan : a. Fisik diagnostik : anamnesis dan pemeriksaan fisik
b. Laboratorium : hemoglobin, morfologi darah tepi, volume korpuskuler rata–rata MCV, besi serum SI, mampu ikat besi MIB = TIBC, jenuh
transferin dan feritin serum
3.6.7 Perkiraan besar sampel
Rumus yang digunakan : n
1
= n
2
= z α √ 2 PQ + z β √ P
1
Q
1
+ P
2
Q
2 2
P
1
- P
2 2
Dimana, z α = 1,960 ; z β = 0,842 ; P
1
= 0,40; Q
1
= 1 – P
1
= 0,60 P
2
= 0,16 ; Q
2
= 1 – P
2
= 0,84 ; P = ½ P
1
+ P
2
= 0,28 Q = 1 – P = 0,72
Maka: n
1
= n
2
= 1,960 √ 2 x 0,28 x 0,72 + 0,842√ 0,40 x 0,60 + 0,16 x 0,84
2
0,40 – 0,16
2
= 1,960 x 0,6349 + 0,842 √ 0,24 + 0,1344
2
0,0576 = 1,2444 + 0,5151
2
0.0576 = 3,0958 = 53,7465 ~ 54
0,0576
©2003 Digitized by USU digital library
13
3.6.8 Analisa data