Sejarah Keresidenan Tapanuli TINJAUAN PUSTAKA

65 disebutkan bahwa beberapa kabupatenkota telah setuju untuk membentuk provinsi baru ini di Sumatera Utara dengan mengusung beberapa argumentasi awal, seperti eks Keresidenan Tapanuli, yang merupakan satu-satunya keresidenan di Pulau Sumatera yang belum menjadi provinsi, kesenjangan pembangunan di kawasan Pantai Barat dengan Pantai Timur di Sumatera Utara, serta percepatan terwujudnya kesejahteraan rakyat.

2.3 Sejarah Keresidenan Tapanuli

Keberadaan keresidenan Tapanuli terjadi pada masa pemerintahan kolonial Belanda di mana wilayah Provinsi Sumatera Utara saat itu dibagi atas dua keresidenan yaitu keresidenan, Sumatera Timur dan Keresidenan Tapanuli. Keresidenan Tapanuli berkedudukan di Sibolga, dipimpin oleh seorang residen dan seorang asisten residen sebagai sekretaris. Persidangan PPKI pada tahun 1945 menetapkan Sumatera Utara menjadi satu provinsi dengan tiga Keresidenan yakni keresidenan Aceh, Keresidenan Tapanuli, dan Keresidenan Sumatera Timur. Pada tanggal 3 Oktober 1945, Gubernur Sumatera Utara Mr. TM. Hasan menetapkan dan mengangkat Mr. Mohamad Yusuf sebagai Residen Sumatera Timur dan Dr. F.L. Tobing sebagai Residen Tapanuli dan Teuku Nyak Arit sebagai Residen Aceh. Keresidenan Sumatera Timur terdiri atas enam kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Labuhan Batu. Keresiden Tapanuli sampai Analisman Zalukhu : Kajian Dimensi Sosial Politik Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Tapanuli di Pulau Nias Studi Kompratif pada DPRD Kabupaten Nias dan DPRD Kabupaten Nias Selatan. USU e-Repository © 2008. 66 bulan Juni 1946 terdiri atas empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Nias. Berbagai gelombang politik yang terjadi sejak tahun 1946 sampai pada awal tahun 1950-an di tanah air, ternyata dialami juga oleh daerah-daerah di wilayah Sumatera. Pada tahun 1948 terbentuk Negara Sumatera Timur NST dan pada tahun 1949 dilakukan reorganisasi pemerintah daerah dan berlangsunglah Konferensi Meja Bundar KMB yang menghasilkan negara Republik Indonesia Serikat RIS. Maret 1950, negara-negara bagian RIS digabung dalam wadah negara kesatuan RI, termasuk negara Sumatera Timur sehingga wilayah Sumatera Utara kembali seperti semula. Sejak tanggal 15 Agustus 1950 terbentuklah Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 19 Desember 1956, pemerintah pusat melalui UU No. 241956 membagi wilayah Sumatera Utara menjadi dua provinsi yaitu Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan UU darurat No. 91956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Kecil, Provinsi Sumatera Utara terdiri atas 16 kabkota yakni, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Nias, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kota Medan, Kota Pematang Siantar, Kota Sibolga, Kota Binjai, Kota Tebing Tinggi dan Kota Tanjung Balai. Dengan keluarnya Undang-Undang Otonomi Daerah maka bermunculan semangat pemekaran daerah di wilayah Sumatera Utara, Analisman Zalukhu : Kajian Dimensi Sosial Politik Terhadap Rencana Pembentukan Provinsi Tapanuli di Pulau Nias Studi Kompratif pada DPRD Kabupaten Nias dan DPRD Kabupaten Nias Selatan. USU e-Repository © 2008. 67 termasuk rencana pembentukan Provinsi Tapanuli yang di dasarkan atas faktor sejarah Keresidenan Tapanuli tersebut di atas.

2.4 Rencana Pembentukan Provinsi Tapanuli