Hubungan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi Polio

80 Manusia pada umumnya bersifat konsisten dan orang akan berbuat sesuatu sesuai dengan sifatnya, sedangkan berbagai tindakannya akan bersesuaian satu dengan lain. Ada kecenderungan pada manusia untuk tidak mengambil sikap-sikap yang bertentangan satu sama lain dan kecenderungan untuk menghindari tindakan yang tidak sesuai dengan sikapnya. Apabila seseorang tidak percaya bahwa imunisasi itu berguna dan akan membawa mamfaat bagi dirinya, maka ia tidak akan melaksanakan imunisasi Azwar, 2007.

5.2. Hubungan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi Polio

5.2.1. Hubungan sosialisasi imunisasi dengan imunisasi polio

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara sosialisasi imunisasi di kecamatan kasus maupun kecamatan kontrol dengan imunisasi polio p 0,05. Nilai OR 2,441 CI:1,485-4,010 artinya sosialisasi imunisasi yang kurang mendukung mempuyai risiko terhadap imunisasi polio 2,4 kali dibandingkan sosialisasi imunisasi yang mendapatkan dukungan antara kecamatan kasus dengan kecamatan kontrol dan sosialisasi imunisasi merupakan faktor risiko yang dominan dalam hubungannya dengan imunisasi polio di Kabupaten Bireuen. Ottawwa 1986, menyimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial Sarwono, 2007. Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 81 Mengingat tujuan akhir dari dari program kesehatan adalah menumbuhkan perilaku sehat didalam masyarakat, dan salah satu fungsi petugas kesehatan adalah memberikan informasi tentang kesehatan, sehingga suatu kegiatan tersebut akan efektif. Suatu kegiatan akan efektif sangat tergantung pada kualitas informasi yang digunakan untuk menyusun berbagai program kegiatan tersebut Depkes RI, 2005. Di Indonesia sendiri telah dikembangkan suatu strategi perubahan perilaku yang menggunakan metode pendidikan untuk merangsang potensi masyarakat tersebut sehingga mereka mampu manangani masalah kesehatan yang mereka hadapi, baik secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok Sarwano, 2007. Promosi kesehatan merupakan penunjang bagi program-program kesehatan. Artinya setiap program kesehatan misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya perlu ditunjang atau dibantu promosi kesehatan di Indonesia disebut penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatanyang lebih baik, pengetahuan tersebut diharapkan dapat membawa akibat perubahan perilaku sasaran Notoadmojo, 2007. Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 82 5.2.2. Hubungan petugas kesehatan dengan imunisasi polio Hasil penelitian ini secara statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara petugas kesehatan di kecamatan kasus maupun kecamatan kontrol dengan imunisasi polio p 0,05. Nilai OR 8,895 CI:5,114-15,474 artinya petugas kesehatan yang kurang baik akan mempuyai risiko terhadap imunisasi polio 8,9 kali dibandingkan petugas kesehatan yang baik dan petugas kesehatan merupakan faktor risiko yang dominan dalam hubungannya dengan imunisasi polio di Kabupaten Bireuen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Israwati 2007, membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pembinaan petugas kesehatan dalam pemantauan tumbuh kembang balita di Kabupaten Bireuen Israwati, 2007. Otonomi daerah yang diterapkan sejak tahun 2001 telah mengubah hampir seluruh tatanan manajemen di jajaran Departemen Kesehatan yang selama ini bersifat sentralitis, sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah sesungguhnya mendapat peluang yang lebih luas untuk mengubah sikap pasif petugas kesehatan didaerah, khususnya yang bekerja di Puskesmas. Hasil kajian manajemen beberapa Puskesmas di Bali tahun 2001-2002, diketahui bahwa mereka kurang menghayati visi dan misi baru puskesmas di era desentralisasi, baik oleh pimpinan maupun staf Puskesmas. Hal ini dapat melemahkan komitmen mereka mengembangkan fungsi puskesmas. Mereka sangat terperangkap dengan tugas-tugas rutin yang bersifat kuratif yang kebanyakan dilakukan didalam gedung Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 83 Puskesmas. Akibatnya, pelayanan yang bersifat promotif dan preventif kurang mendapat perhatian mereka apalagi kegiatan tersebut dilaksanakan diluar gedung. Untuk mengubah peran Puskesmas dari orientasi kuratif ke promitif dan preventif, manajemen puskesmas perlu diubah secara menyeluruh dan dikembangkan sesuai dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program Puskesmas Muninjaya, 2004.. Petugas kesehatan adalah sumber daya manusia yang utama yang dimiliki puskesmas, oleh karena itu sumber daya manusia Puskesmas perlu dibina dan dikembangkan baik motivasi, inisiatif dan keterampilannya agar mereka dapat bekerja lebih produktif. Sesuai dengan sistem manajemen modern, staf Puskesmas merupakan faktor produksi utama untuk menghasilakan pelayanan kesehatan yang bermutu Notoadmdjo, 2007. 5.2.3. Hubungan PSM dengan imunisasi polio Secara statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara PSM di kecamatan kasus maupun kecamatan kontrol dengan imunisasi polio p 0,05. Nilai OR 1,178 CI:0,725-1,914 artinya PSM bukan merupakan faktor risiko dalam hubungannya dengan imunisasi polio di Kabupaten Bireuen. Apa yang dapat dilakukan oleh negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, dengan dana dan daya yang terbatas, namun dapat memecahkan masalah kesehatan yang demikian komplek, salah satu pendekatan, kalau tidak boleh dikatakan satu-satunya jalan adalah melibatkan masyarakat konsumen community participation. Dalam hal ini promosi kesehatan sangat Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 84 memegang peranan memberikan pengertian dan kesadaran kepada masyarakat, bahwa masalah kesehatan bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan lainnya, tapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat dan semua orang Hendarson, 1990. Koesoebjo dan Sarwono, 1992. Dari suatu studi di tiga wilayah di Indonesia ternyata bahwa strategi paksaan melalui kepemimpinan yang otoritier dan tekanan kelompok dalam meningkatkan peran seta masyarakat dalam Pembinaan Kesehatan Masyarakat Desa PKMD memberikan hasil yang positif, berupa kesediaan untuk ikut serta dalam program PKMD tersebut. Hal ini ada hubungannya dengan kenyataan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya masih kurang menyadari akan perlunya melakukan upaya kesehatan dan mereka terbiasa dibimbingdiarahkan, sehingga mereka mematuhi saja apa-apa yang disarankandiperintahkan oleh lurah, dokter atau tokoh masyarakat lainya, jika mereka diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang harus dikerjakan, mereka malah bingung dan minta petunjuk dari tokoh-tokoh yang dianggap dapat memberikan saran Sarwono, 2007.

5.3. Faktor Risiko Yang Dominan Dengan Imunisasi Polio