Polio 1. Pengertian polio TINJAUAN PUSTAKA

25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polio 2.1.1. Pengertian polio Polio adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio, dan dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Walaupun penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur yang paling rentan adalah umur kurang dari 3 tahun 50 – 70 dari semua kasus polio . Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja dan berkembang biak di tenggorokan dan usus. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 4 hingga 35 hari. Virus akan dikeluarkan dari tubuh manusia secara berulang- ulang intermittent melalui tinja selama beberapa minggu. Gejala awal dari polio meliputi, rasa demam, sakit kepala, muntah, konstipasi, rasa nyeri pada tungkai, dan kadang-kadang disertai diare. Pada tahap selanjutnya, dimana virus sudah menyebar ke sistem syaraf, penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan yang permanen sebagai akibat dari kerusakan sel-sel syaraf yang diserangnya. Kelumpuhan yang permanen ini hanya terjadi pada kurang dari 1 orang yang terinfeksi virus polio. Pada lebih dari 90 orang yang terinfeksi, penyakit polio tidak menunjukan sakit atau hanya mengalami gejala-gejala klinis mirip flu. Keadaan ini menyebabkan virus polio dapat menyebar dengan cepat tanpa Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 10 26 diketahui, karena sebagian anak yang terinfeksi tidak menunjukan gejala klinis yang jelas. Petuga kesehatan pun sulit mengetahui adanya penyebaran penyakit ini dengan segera, karena hanya sebagian kecil yang akan mengalami gejala paralisis Depkes RI, 2002. 2.1.2. Jenis polio Wikipedia Indonesia 2006, Polio dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: a. Polio non-paralisis adalah menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. b. Polio paralisis spinal adalah strain polio virus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. c. Polio bulbar adalah polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka saraf auditori yang mengatur pendengaran saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah, rasa, saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 27 2.1.3. Epidemiologi polio Landsteriner dan Propper tahun 1952, melaporkan suatu filterable agent penyebab penyakit dari sumsum tulang belakang kera percobaan. Virus polio adalah RNA virus, dalam famili picornaviridae, terbagi dalam 5 genera, diantaranya yang patogenik pada manusia adalah enterovirus, hepatovirus dan rhinovirus. enterovirus terbagi lagi dalam 68 spesies, yaitu berbagai virus polio, virus coxsackie, virus echo dan enterovirus 68-71. Virus terdiri dari 3 strain yaitu strain 1 bruhilde, strain 2 lansig, dan strain 3 leon. Virus yang single- stranded, 30 terdiri dari virion, mayor protein VP1-4 dan satu protein minor VPg. Perbedaan 3 strain terletak pada sekuen nukleotidanya. VP1 adalah antigen yang paling dominan dalam membentuk antibodi netralisasi. Strain 1 adalah yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan wabah, sedangkan strain 2 paling jinak Depkes RI WHO, 2002. Virus ditularkan oleh infeksi droplet dari orofaring saliva atau tinja penderita infeksius. Penularan terutama terjadi dari penularan langsung manusia ke manusia fekal - oral atau oral - oral pada waktu 3 hari sebelum dan sesudah masa prodromal. Virus polio tahan terhadap alkohol dan lisol dan pada keadaan beku dapat bertahan bertahun tahun . Virus dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan masih infeksius di tempat yang berkilometer dari sumber penularan. Penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, namun kemampuan hidup virus dilingkungan sangat terbatas. Infeksi virus menurun 90 setiap 20 hari pada tanah saat musim dingin, Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 28 setiap 1,5 hari pada musim panas setiap 26 hari pada air limbah dengan suhu 26 derajat, setiap 5,5 hari pada air bersih dan 2,5 hari pada air laut Depkes RI, 2002. Satu-satunya inang yang dapat yang dibuktikan saat ini adalah manusia. Meskipun pada individu yang mempuyai efek pada tanggap kebal seluler maupun humoral virus dapat berkembang biak dan diekskresi dalam waktu yang lebih lama, namum belum dapat dibuktikan adanya karier jangka panjang pada manusia Depkes RI WHO, 2002. Kasus polio tersebut berkembang menjadi KLB, dimana pada kurun waktu 2005 sampai awal 2006 kasus polio telah berjumlah 305 orang yang tersebar di 10 Propinsi dan 47 KabupatenKota. Selain itu juga ditemukan 46 kasus polio yang bukan merupakan virus polio liar dimana 45 kasus terjadi di Pulau Madura 4 kabupaten dan 1 kasus di Probolinggo Jawa Timur pada tahun 2005. Setelah dilakukan Outbreak Response Immunization ORI, 2 kali mop-up, 5 kali PIN dan 2 kali sub-PIN, KLB dapat ditanggulangi sepenuhnya, dimana kasus Virus Polio Liar VPL terakhir mengalami kelumpuhan pada tanggal 20 Februari 2006 di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Namun pada tanggal 13 April 2006 ditemukan VPL dari spesimen kontak tesebut. Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar kasus poliomielitis bersifat non paralitik atau tidak disertai manisfestasi klinik yang jelas. Sebagian kecil 1 saja dari kasus poliomielitis yang menimbulkan kelumpuhan poliomielitis paralitik. Dalam surveilens AFP Acute Flaccid Paralyisis, pengamatan difokuskan pada kasus poliomielitis yang mudah diindentifikasi, yaitu poliomielitis paralitik. Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 29 Ditemukannya kasus poliomielitis paralitik disuatu wilayah menunjukkan adanya penyebaran virus polio liar di wilayah tersebut Depkes RI, 2007. 2.1.4. Tanda dan gejala klinik polio Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas sehingga penyakit ini telah dikenal sejak 4.000 tahun sebelum Masehi dari pahatan dan lukisan dinding di piramida Mesir. Sebagian terbesar 90 infeksi virus polio akan menyebabkan inapparent infection, 5 akan menampilkan gejala abortive infection, 1 non-paralytic, sedangkan sisanya menunjukkan tanda klinik paralitik. Penderita yang menunjukkan tanda klinik paralitik, 30 akan sembuh, 30 menunjukkan kelumpuhan ringan, 30 menunjukkan kelumpuhan berat, sedangkan 10 menunjukkan gejala yang berat dan bisa menimbulkan kematian. Masa inkubasi biasanya berkisar 4 - 35 hari. Penderita sebelum masa ditemukannya vaksin, terutama berusia di bawah 5 tahun. Setelah adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, penderita bergeser usianya pada kelompok anak berusia di atas 5 tahun Depkes RI, 2002. Pada stadium akut yaitu sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat, jarang lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi dalam seminggu dari permulaan sakit. Kelumpuhan ini terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel-sel motor tulang belakang neuron di medula spinalis yang disebabkan karena invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh deformitas yang cenderung menetap atau bahkan Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 30 menjadi lebih berat. Sebagian besar kelumpuhan akan mengenai tungkai 78,6, sedangkan 41,4 akan mengenai lengan. Kelumpuhan ini akan berjalan bertahap dan memakan waktu 2 hari sampai dengan 2 bulan Judarwanto, 2005. Pada stadium sub-akut dari 2 minggu sampai dengan 2 bulan ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlalu tinggi dan kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya pada salah satu sisi. Stadium dari 2 bulan sampai dengan 2 tahun konvalescent ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang lemah. Sekitar 50 – 70 dari fungsi otot pulih dalam waktu 6 - 9 bulan setelah fase akut. Selanjutnya, sesudah usia 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau lebih 2 tahun dari gejala awal penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot yang ada bersifat permanen Judarwanto, 2005. 2.1.5. Penyebaran penyakit polio Virus ditularkan oleh infeksi droplet dari mulut dan tenggorok oro-faring atau dari tinja penderita yang infeksius. Penularan terutama terjadi penularan langsung dari manusia ke manusia melalui tinja ke mulut fekal-oral atau yang agak jarang lainnya melalui dari mulut ke mulut oral-oral. Fekal-oral artinya minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sedangkan dari oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 31 formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun. Ketahanan virus di tanah dan air sangat tergantung kelembaban suhu dan adanya mikroba lainnya. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meskipun penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. Salah satu inang atau makhluk hidup perantara yang dapat dibuktikan sampai kini adalah manusia Judarwanto, 2005. 2.1.6. Pencegahan penyakit polio World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara di penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio Erapo tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Erapo pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh. Kemudian diikuti dengan PIN yang telah dilakukan Departemen Kesehatan tahun 1995, 1996, dan tahun 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6 - 8 minggu. Kemudian diulang usia 1,5 tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun. Upaya ketiga adalah survailance acute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan polio atau bukan. Muhammad Yusuf : Analisis Karakteristik Ibu Dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi Dengan Imunisasi…, 2008 USU e-Repository © 2008 32 Tindakan lainnya adalah melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya. Tampaknya dengan era globalisasi di mana mobilitas penduduk dunia antarnegara sangat tinggi dan cepat mengakibatkan kesulitan mengendalikan penyebaran virus ini. Selain pencegahan dengan vaksinasi polio, harus disertai dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis sanitasi perorangan untuk mengurangi penyebaran virus yang kembali mengkhawatirkan ini Depkes RI, 2002.

2.2. Karakteristik Masyarakat