mencari informasi tertentu. Beragam tugas juga harus diterapkan dalam sistem pembelajaran online. Harus ada feedback terhadap latihan dan tugas, sehingga pelajar
dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilannya Anderson, 2004.
Setelah pelajar melakukan aktivitas pembelajaran, mereka akan dilibatkan pada beragam interaksi. Melalui komponen interaksi pelajar inilah, pelajar diharapkan
mampu difasilitasi untuk berinteraksi dengan antarmuka untuk mengakses materi, berinteraksi dengan isi materi pembelajaran untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Selain itu harus ada interaksi antara sesama pelajar, antara pelajar dan pengajar, antara pelajar dengan ahli, yaitu dengan kemudahan dalam berhubungan dan
berkomunikasi. Pelajar juga harus didukung agar dapat berinteraksi dengan konteks agar dapat membangun pemahamannya Anderson, 2004.
Komponen transfer pelajar yakni komponen agar pelajar memiliki kesempatan untuk menyalurkan apa yang telah mereka pelajari dalam aplikasi kehidupan sehari-
hari, untuk membangun kreativitas mereka dan mengembangkan kemampuan mereka sendiri Anderson, 2004.
2.3 Penjelasan Mengenai Teori Konstruktivisme
Proses pembelajaran sesungguhnya lebih dari sekedar mengingat. Bagi pelajar, untuk benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus
bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi diri mereka sendiri, dan selalu bergulat dengan ide dan gagasan. Tugas pendidikan tidak hanya
menuangkan atau menjejalkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam
kuat dalam benak siswa.
Hal inilah yang mendasari pola pembelajaran secara konstruktif. Konstruktif berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata pembelajaran hidup yang berbudaya modern Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
dapat diperluas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut paradigma konstruktivisme, yang terpenting dari proses pembelajaran adalah proses, bukan hasilnya. Proses
belajar merupakan sebuah proses membangun representasi yang bermakna, proses membangun sebuah persepsi atas pengalaman. Dalam proses seperti ini, kesalahan
yang dilakukan oleh pelajar dilihat sebagai sesuatu yang positif, sebagai suatu cara untuk mendapatkan sebuah pengertian yang benar J.G. Brooks dan M.G. Brooks,
1993 dalam Göktas, 2004.
Terdapat 8 karakteristik teori konstruktivisme yang membedakannya dengan sistem pembelajaran konvensional, yaitu Jonassen, 1994 dalam Göktas, 2004:
1. Memungkinkan banyak representasi terhadap kebenaran. 2. Memunginkan banyak representasi untuk mencegah penyederhanaan yang
berlebihan dan menampilkan kompleksitas dari dunia nyata. 3. Menekankan pembangunan pengetahuan menghasilkan perluasan pengetahuan
4. Menekankan pekerjaan secara nyata dalam konteks yang bermakna daripada pemberian instruksi secara abstrak di luar konteks.
5. Memberikan lingkungan pembelajaran seperti pengaturan dunia nyata dan pembelajaran berdasarkan kasus daripada urutan instruksi yang sudah diketahui.
6. Memotivasi pengingatan kembali akan pengalaman. 7. Memperbolehkan konstruksi pengetahuan yang bergantung pada konteks.
8. Mendukung konstruksi pengetahuan secara kolaboratif melalui negosiasi sosial, bukan menekankan kompetisi antara pelajar.
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran top down daripada bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah
kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan atau menemukan dengan bimbingan guru keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Sedangkan pada
pendekatan bottom-up, keterampilan-keterampilan dasar secara tahap demi tahap dibangun menjadi keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Sehingga dapat
dikatakan bahwa di dalam kelas yang terpusat pada siswa peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri,
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas Slavin, 1997
dalam Dzaki, 2009 .
Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivisme adalah pembelajaran dengan pengaturan diri self regulated learning
yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Jadi apabila siswa memiliki
strategi belajar yang efektif dan motivasi serta tekun menerapkan strategi itu sampai pekerjaan terselesaikan maka kemungkinan mereka adalah pelajar yang efektif Nur
dan Retno, 2000 dalam Dzaki, 2009.
Dalam aplikasinya, konstruktivisme adalah sebuah teori yang berprinsip pada pemberian kebebasan terhadap pelajar yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya,
dimana dalam usaha pencapaiannya itu, pelajar harus berinteraksi dengan bantuan dan fasilitas orang lain. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori ini
memberikan keaktifan bagi pelajar untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri. Adapun tujuan utama dari teori ini dalah sebagai berikut: 1. Memberi motivasi dan pengertian bagi pelajar bahwa belajar adalah tanggung
jawab pelajar itu sendiri. 2. Mengembangkan kemampuan pelajar untuk mengajukan pertanyaan dan turut
berusaha mencari sendiri jawaban dari pertanyaannya, dengan belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
3. Membantu pelajar untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lebih lengkap dan mendalam.
4. Mengembangkan kemampuan pelajar untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekankan pada proses pembelajaran, yakni bagaimana belajar itu
berlangsung.
Sistem pembelajaran secara konstruktif erat kaitannya dengan interaksi dan pembelajaran secara kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif diterapkan melalui
pemberian kebebasan bagi setiap pelajar untuk berlatih, menguji, memastikan, dan meningkatkan pemahaman mereka melalui diskusi dan berbagi informasi, selama
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
proses pemecahan permasalahan M. Alavi, 1994 dalam Göktas, 2004. Beberapa tokoh yang memelopori teori konstruktivisme, seperti Dewey, Vygotsky, dan Piaget
menunjukkan keuntungan dari proses pembelajaran secara sosial dan kolaboratif. Maka, penggunaan metode kolaboratif dalam sebuah sistem pembelajaran
sesungguhnya bukanlah hal yang baru. Beberapa keuntungan dari sistem pembelajaran secara kolaboratif antara lain M. Alavi, 1994 dalam Göktas, 2004:
1. Kemungkinan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang yang seringkali lebih baik dan lebih lengkap dari pemikiran perseorangan.
2. Berkesempatan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal. 3. Memberikan tantangan untuk berpikir secara kritis terhadap suatu persoalan dan
kemudian menyampaikan gagasan sendiri secara meyakinkan terhadap orang lain.
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Permasalahan