dan memacu daya pikir, yang diyakini dapat memperbesar daya ingat terhadap materi. Namun anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab kenyataannya, banyak
aplikasi pembelajaran online yang tidak atraktif dan hanya menayangkan lembaran- lembaran materi elektronik yang statis. Sedangkan menurut penelitian, membaca suatu
materi secara online justru tidak efektif dibandingkan dengan membaca materi yang dicatat atau dicetak. Hal ini juga disebabkan pelajar cenderung membaca sekilas
skimming pada materi pelajaran yang disajikan secara online. Carliner, 2004
Sistem pembelajaran online dipandang sebagai suatu sistem pendidikan yang memiliki prospek yang baik. Fleksibilitas merupakan kekuatan utama dari sistem
pembelajaran online. Dengan memanfaatkan sistem pembelajaran online, pelajar dapat belajar pada waktu kapanpun dan dimanapun, sehingga memudahkan pelajar maupun
pengajar dalam menyelenggarakan suatu kegiatan belajar. Selain itu, jangkauan sistem juga lebih luas. Melalui sistem pembelajaran online, standarisasi materi terhadap
pelajar juga mudah dilakukan, dan kecepatan serta kemudahan dalam mengakses materi pembelajaran juga menjadi lebih mudah.
Standar sebuah teknologi pembelajaran harus mengikuti prinsip berikut Ehlers, 2006:
1. Transparansi: Standar harus meningkatkan transparansi proses dan sistem. Semua pemakai harus dapat mengakses informasi yang akurat dan terstruktur dengan
jelas. 2. Keterbukaan: Standar harus dikembangkan dalam proses yang umum. Semua
pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran harus dilibatkan. 3. Adaptabilitas: Standar harus diterima secara luas. Harus sesuai dengan kebutuhan
tertentu. 4. Ekstensibilitas: Standar harus terbuka untuk perluasan dan memungkinkan
terjadinya pengembangan.
2.2 Kaitan Teori Pembelajaran dalam Sistem Pembelajaran Online
Sebuah media teknologi, khususnya alat pembelajaran, harus dibangun berdasarkan konsep dan teori tertentu. Perancangan aplikasi pembelajaran online harus
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
memperhitungkan teori-teori psikologi, terutama teori pembelajaran yang merupakan analisis penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pengembangan
teknologi pendidikan harus mempertimbangkan 2 sisi, yakni sisi yang berkaitan dengan manusia itu sendiri, dan sisi yang berkaitan dengan budaya manusia dan
teknologi, seperti komputer sebagai alat bantu manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Rosselt 2002 dalam Anderson 2004, bahwa sistem pembelajaran online
memiliki prospek yang baik, namun memerlukan komitmen, sumberdaya, dan harus dibuat dengan ‘benar’. Yang dimaksud dengan dibuat dengan ‘benar’ adalah bahwa
materi dan komponen sistem pembelajaran online harus dirancang dengan benar, dengan pelajar dan pengajar merupakan fokus utama dari sebuah proses pembelajaran.
Dalam perancangan aplikasi sistem pembelajaran online, komputer berperan sebagai media, sedangkan strategi dan konsep pembelajaran sebagai kerangka dasar yang
mengatur sistem tersebut. Sehingga teori-teori pembelajaran memegang peranan yang penting sebagai landasan dalam pembuatan sistem pembelajaran online.
Oleh sebab itu, sebelum mengembangkan sebuah aplikasi sistem pembelajaran, pembangun aplikasi tersebut harus secara taktis dan eksplisit mengetahui bagaimana
proses pembelajaran berlangsung, dan bagaimana pelajar melakukan proses belajar. Hal ini cukup penting bagi implementasi sistem pembelajaran online yang dilakukan
dalam keadaan terpisahnya pengajar dan pelajar. Pembangunan aplikasi sistem pembelajaran online maupun materi pembelajaran harus didasarkan kepada teori
pembelajaran yang telah terbukti dan sesuai. Sebab media yang digunakan dalam proses pembelajaran belum cukup untuk menjamin keberhasilan pencapaian pada
proses belajar mengajar. Perancangan sistem pembelajaran yang baik dan terstruktur dengan baik adalah penentu seberapa efektif suatu sistem pembelajaran yang akan
dibangun.
Ada banyak konsep pembelajaran yang terkenal. Banyak pihak yang tidak menggunakan satu teori saja untuk dijadikan landasan pembangunan sistem
pembelajarannya, namun mereka mengombinasikan beberapa teori. Pembangun sistem pembelajaran harus memahami pendekatan berbeda dari sistem pembelajaran
untuk memilih strategi instruksional yang paling baik dan paling cocok. Pemilihan strategi pembelajaran harus mampu memotivasi pelajar, mendukung pemahaman dan
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
pemrosesan informasi yang dalam, membangun semua pihak, memenuhi perbedaan- perbedaan tiap individu, memberikan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat,
memotivasi proses interaksi antara pihak-pihak yang terlibat, mampu memberikan feedback atas proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran yang kontekstual, dan
memberi dukungan-dukungan terhadap proses pembelajaran. Konsep teori
pembelajaran yang cukup dikenal adalah teori pembelajaran behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Menurut Schuman 1996 dalam Anderson 2004,
teori pembelajaran behaviorisme berlandaskan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Pada mulanya, percangan aplikasi sistem pembelajaran dibuat
berdasarkan pendekatan konsep behaviorisme. Menurut teori behaviorisme, proses belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan disebabkan oleh
stimulus eksternal pada lingkungan. Menurut teori behaviorisme, ada tingkah laku atau perbuatan yang dapat diamati, dan menunjukkan apakah pelajar telah
mempelajari sesuatu, dengan mengabaikan proses yang berlangsung dalam pikiran pelajar tersebut. Sebagai tanggapan atas anggapan teori behaviorisme, beberapa pakar
pendidikan menyatakan bahwa tidak semua proses belajar merupakan proses yang dapat diamati. Sebagai hasil dari sanggahan tersebut, maka timbul peralihan dari
konsep behaviorisme menuju konsep kognitivisme.
Menurut teori kognitivisme, suatu proses pembelajaran melibatkan ingatan, motivasi, dan pemikiran. Teori kognitivisme memandang proses belajar sebagai
proses internal, dan berpendapat bahwa banyaknya materi yang berhasil dipelajari oleh seorang pelajar bergantung pada kapasitas pemrosesan informasi, seberapa besar
usaha yang dilakukan pelajar selama proses belajar mengajar berlangsung, seberapa dalam pemrosesan materi Craik Turving, 1975 dalam Anderson, 2004, dan
struktur pengetahuan yang sudah ada pada setiap pelajar Ansubel, 1974 dalam Anderson, 2004.
Kemudian akhir-akhir ini ada perpindahan pemikiran menuju konsep konstruktivisme. Teori konstruktivisme berpendapat bahwa pelajar melakukan
interpretasi terhadap informasi dan realita secara personal. Mereka belajar secara observasi,
memroses informasi,
melakukan interpretasi,
dan kemudian
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
mempersonalisasikan informasi tersebut menjadi sebuah pengetahuan yang personal Wilson, 1997 dalam Anderson, 2004.
2.2.1 Model Interaksi Sistem Pembelajaran Sesuai Teori Pembelajaran
Suatu proses pembelajaran tak dapat dipisahkan dari kaitan interaksi. Interaksi
merupakan faktor yang mendukung proses pembelajaran. Pada Gambar 2.2,
digambarkan strategi interaktif untuk mencapai tingkatan pembelajaran yang lebih tinggi. Hirumi 2002 dalam Anderson 2004 merancang sebuah kerangka dari
interaksi pada sebuah sistem pembelajaran yang terdiri dari 3 tingkatan. Tingkatan pertama merupakan interaksi dalam pelajar itu sendiri learner-self interaction, yang
muncul saat dalam diri pelajar untuk membantu mereka mengawasi dan mengatur proses pembelajaran mereka sendiri. Tingkatan kedua adalah interaksi antara pelajar
dengan manusia dan pelajar dengan media learner-human and learner-non human interactions. Yakni interaksi antara pelajar dengan orang lain dan sumberdaya yang
berupa media. Tingkatan yang ketiga yakni pelajar dengan instruksi, yang terdiri atas aktivitas-aktivitas yang meningkatkan pencapaian pembelajaran.
Gambar 2.2 Tingkatan Interaksi dalam Sistem Pembelajaran Online
Sumber: Berge, 1999 dalam Anderson, 2004
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
Pada tingkatan interaksi yang paling bawah, harus terdapat interaksi antara pelajar dan antarmuka untuk memungkinkan pelajar untuk mengakses dan
mempelajari informasi. Antarmuka merupakan tempat dimana pelajar mengunakan indra mereka untuk mendaftarkan informasi dalam penyimpanan sensoris. Dalam
sistem pembelajaran online, antarmuka merupakan suatu proses ketika memanfaatkan komputer untuk mengakses materi dan berinteraksi. Saat pelajar mengakses materi,
harus ada interaksi dalam diri pelajar untuk memroses informasi. Pelajar melakukan penelusuran pada materi untuk mengakses komponen pelajaran, yang mungkin
didapatkan dari proses pra-belajar, saat proses belajar, dan aktivitas sesudah proses belajar. Dengan kegiatan ini, pelajar akan mampu mengakses bahan pembelajaran
yang bermanfaat, dan mampu untuk melihat isi sesungguhnya dari sistem pembelajaran yang dibangun oleh perancang atau pengajar McGreal, 2002 dalam
Anderson, 2004. Pelajar harus diberikan kemampuan untuk memilih tata urutan pembelajarannya sendiri, dengan memberikan saran dan bimbingan untuk
mengarahkan pelajar. Ketika pelajar berinteraksi dengan isi dari sistem pembelajaran, mereka harus didorong untuk menggunakan, memperkirakan, mengumpulkan,
mengevaluasi, dan mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari Berge, 2002 dalam Anderson, 2008. Hal ini saat interaksi antara pelajar dengan materi, dimana
pelajar memroses informasi untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek short-term memory ke memori jangka panjang long term memory. Semakin
tinggi tingkatan pemrosesan, semakin banyak informasi yang sampai pada memori jangka panjang. Hal ini merupakan hasil dari proses pembelajaran tingkat yang lebih
tinggi.
Sewaktu pelajar menelusuri isi materi, mereka akan memerlukan dukungan bagi proses pembelajaran, yang bisa saja diparoleh melalui interaksi antara pelajar
dengan pelajar lainnya, antara pelajar dengan pengajar, ataupun interaksi antara pelajar dengan pakar atau ahli Thiessen, 2001. Harus ada upaya untuk mewujudkan
interaksi antara pelajar dengan konteks untuk memungkinkan pelajar mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari pada kehidupan nyata, sehingga mereka dapat
mengonseptualisasikan informasi yang telah mereka peroleh. Interaksi pelajar dengan konteks akan membantu pelajar untuk mengembangkan pengetahuan personalnya dan
membangun pemahaman personal terhadap informasi Anderson, 2004.
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
2.2.2 Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran Online
Sebuah model pembelajaran online harus mampu menyediakan berbagai komponen yang mendukung berbagai macam aktivitas pembelajaran, untuk menyesuaikan
kemungkinan beragamnya cara belajar yang dilakukan pelajar. Gambar 2.3
memperlihatkan beberapa komponen-komponen yang harus dipertimbangkan dalam membangun sebuah aplikasi sistem pembelajaran. Komponen tersebut antara lain
Anderson, 2004: 1. Persiapan pelajar Learner preparation
2. Aktivitas pelajar Learner activities 3. Interaksi pelajar Learner interaction
4. Pemindahan penyaluran pelajar Learner transfer
Komponen untuk persiapan pelajar adalah komponen yang membantu untuk mempersiapkan pelajar sebelum memulai proses pembelajaran. Beberapa aktivitas
pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan pelajar, dan menyambungkan pikiran mereka dengan materi pembelajaran. Selain itu komponen persiapan pelajar
juga diharapkan dapat memberikan motivasi bagi pelajar untuk belajar.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain mengemukakan alasan-alasan dan kegunaan dari mempelajari materi, apa saja keuntungan yang dapat mereka
peroleh. Selain itu juga dapat menggunakan peta konsep untuk membangun struktur kognitif yang telah muncul dalam pemikiran pelajar. Melalui peta konsep ini, pelajar
dapat melihat secara menyeluruh materi yang akan dipelajari untuk memahami gambaran jelas dari topik pembelajaran. Selain itu, pelajar juga harus diberitahu
mengenai tujuan dari pembelajaran, sehingga mereka memahami apa yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut. Pelajar juga harus diberitahu mengenai prasyarat
untuk mengikuti proses pembelajaran, sebagai cara untuk mempersiapkan pelajar dalam mempelajari materi pembelajaran secara keseluruhan Anderson, 2004.
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
Gambar 2.3 Komponen Sistem Pembelajaran Online yang Efektif
Sumber: Anderson, 2004
Sedangkan komponen aktivitas merupakan komponen yang berupaya agar pelajar didukung oleh aktivitas-aktivitas yang bervariasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan menyesuaikan kebutuhan pelajar. Contoh aktivitas pembelajaran antara lain membaca teks materi, memanfaatkan multimedia, melakukan link untuk
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
mencari informasi tertentu. Beragam tugas juga harus diterapkan dalam sistem pembelajaran online. Harus ada feedback terhadap latihan dan tugas, sehingga pelajar
dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilannya Anderson, 2004.
Setelah pelajar melakukan aktivitas pembelajaran, mereka akan dilibatkan pada beragam interaksi. Melalui komponen interaksi pelajar inilah, pelajar diharapkan
mampu difasilitasi untuk berinteraksi dengan antarmuka untuk mengakses materi, berinteraksi dengan isi materi pembelajaran untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Selain itu harus ada interaksi antara sesama pelajar, antara pelajar dan pengajar, antara pelajar dengan ahli, yaitu dengan kemudahan dalam berhubungan dan
berkomunikasi. Pelajar juga harus didukung agar dapat berinteraksi dengan konteks agar dapat membangun pemahamannya Anderson, 2004.
Komponen transfer pelajar yakni komponen agar pelajar memiliki kesempatan untuk menyalurkan apa yang telah mereka pelajari dalam aplikasi kehidupan sehari-
hari, untuk membangun kreativitas mereka dan mengembangkan kemampuan mereka sendiri Anderson, 2004.
2.3 Penjelasan Mengenai Teori Konstruktivisme