BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Pengenalan Sistem Pembelajaran Online
Sistem pembelajaran online memiliki beberapa sebutan antara lain e-learning, internet learning, sistem pembelajaran terdistribusi distributed learning, sistem pembelajaran
menggunakan jaringan networked learning, tele-learning, sistem pembelajaran virtual, sistem pembelajaran berbantuan komputer computer-assisted learning,
sistem pendidikan berbasiskan web web-based learning, dan sistem belajar jarak jauh distance learning. Meskipun semua sistem yang dimaksudkan oleh definisi
tersebut tidak identik, namun pada dasarnya semua terminologi tersebut menggambarkan sebuah sistem dimana seorang pelajar yang berada pada suatu tempat
yang terpisah jauh dari pengajar, yang mana pelajar tersebut memanfaatkan teknologi biasanya komputer untuk mengakses materi pembelajaran, dan berinteraksi dengan
pengajar, bahkan dengan pelajar lainnya, beserta suatu kondisi yang mendukung proses pembelajaran. Terdapat banyak definisi dan variasi dari sistem pembelajaran
online. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan kebudayaan, gaya hidup, dan motivasi. Menurut Mohammed Ally dalam Anderson 2004, sistem pembelajaran online
merupakan penggunaan internet untuk mengakses materi-materi pembelajaran, untuk berinteraksi dengan isi, pengajar, dan pelajar lainnya, serta untuk memperoleh
dukungan dari proses pembelajaran tersebut, dengan tujuan memperoleh pengetahuan, membangun pemahaman personal, dan mengembangkan diri melalui pengalaman
belajar.
Secara umum, terdapat beberapa contoh model sistem pembelajaran online yang cukup dikenal, yakni Widhiartha, 2005:
Computer Based LeaCBL CBT 1. Computer Based LearningTraining CBL CBT
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
Model CBLCBT berkembang sekitar pertengahan tahun 1990-an. Saat itu berbagai pelatihan atau kelas menyediakan berbagai bahan belajar berupa modul
elektronik baik berupa perangkat lunak pembelajaran maupun softcopy dari berbagai modul cetak yang sudah ada sebelumnya. Bentuk ini di kemudian hari
dikenal sebagai buku elektronik atau e-book, dan berkembang semakin pesat. Pada era tersebut CBLCBT sendiri berkembang pada komputer stand-alone, dalam arti
bahwa komputer yang digunakan oleh pengguna berdiri sendiri tanpa terhubung dengan internet. Biasanya pembelajaran dengan model CBLCBT adalah untuk
penyiapan tenaga ahli pada suatu bidang yang memerlukan pelatihan terlebih dahulu sebelum menempati posisi tersebut. Modul perangkat lunak simulasi
membantu tenaga ahli tersebut melakukan simulasi atas pekerjaan yang hendak dilakukan. Dengan memanfaatkan simulasi maka proses belajar menjadi lebih
mudah dan biaya pun bisa ditekan lebih murah dibandingkan apabila mereka harus mempraktekkan sendiri pada peralatan yang sebenarnya. Modul berkas atau
elektronik mempermudah pelajar untuk mempelajari secara mandiri materi yang harus dipelajari dan tidak memerlukan biaya cetak yang tinggi.
2. Pembelajaran Berbasis Web Web-Based Learning Dengan semakin luasnya perkembangan internet maka perkembangan selanjutnya
adalah terjadinya perluasan akses terhadap bahan-bahan belajar CBLCBT di atas. Berbagai perangkat lunak pembelajaran ataupun berkas elektronik softcopy dari
modul, diktat, dan berbagai buku elektronik e-book lainnya yang semula didistribusikan dalam bentuk disket atau CD mulai membanjiri internet. Dengan
melakukan upload berbagai referensi dan bahan belajar di internet berarti membuka akses dari seluruh penjuru dunia terhadap berbagai bahan belajar
tersebut. Para pengguna internet pun bisa mempelajari banyak hal dari berbagai situs web yang tersedia. Demikian pula para penyelenggara pendidikan mulai
memanfaatkan internet untuk memperluas layanan mereka pada siapapun yang ingin menjadi pelajarnya. Berbagai kelas dan pelatihan dapat diikuti dengan
melakukan berbagai download terhadap bahan belajar elektronik, berdiskusi dengan dosen melalui email atau forum-forum diskusi online, dan mengikuti ujian
secara online di internet. Model seperti inilah yang dikenal sebagai Web-based
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
learning, sebuah model pembelajaran jarak jauh distance learning yang menggunakan internet sebagai sarananya.
3. Mobile Learning Sistem pembelajaran online ternyata tidak hanya terbatas pada penggunaan
komputer saja. Berbagai model pembelajaran yang menggunakan peralatan, seperti telepon genggam, pun saat ini telah mulai berkembang. Dengan berbagai
fitur dan teknologi yang dimiliki telepon genggam saat ini telah melahirkan sebuah model pembelajaran baru yang dikenal sebagai mobile learning m-
learning. Aktifitas utama pada M-learning adalah mendistribusikan bahan belajar kepada pelajar agar dapat diakses menggunakan perangkat komunikasi portabel
semacam telepon genggam atau PDA.
4. LMS Learning Management System LMS merupakan sebuah perangkat lunak yang mampu menjalankan pekerjaan-
pekerjaan administratif. Maka sebuah aplikasi pembelajaran yang tergolong LMS akan mempunyai fungsi-fungsi administratif, yang pada dasarnya berfungsi seperti
kelas pada umumnya.
2.1.1 Jenis-Jenis Sistem Pembelajaran Online
Secara umum ada dua jenis pengelompokan, yaitu jenis sistem pembelajaran online berdasarkan interaksi dengan sistem dan berdasarkan kerangka 4-tier model dari IBM.
Masing-masing kategori tersebut pada dasarnya mengacu pada bagaimana perasaan seorang pelajar pada saat melakukan proses pembelajaran dengan sistem pembelajaran
online. Perasaan tersebut dapat berupa perasaan terisolasi, atau menjadi bagian dari sebuah kelompok. Apabila menjadi bagian dari sebuah kelompok bagaimana
komunikasi dan interaksi yang terjadi pada kelompok tersebut Widhiartha, 2005.
2.1.1.1 Pengelompokan Berdasarkan Interaksi Sistem dengan Manusia
Ditinjau dari segi interaksi antara sistem dengan manusia maka ada tiga kategori dasar dari sistem pembelajaran online, yaitu Widhiartha, 2005:
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
1. Synchronous Learning Pada model pembelajaran synchronous learning kondisinya mirip dengan
pembelajaran konvensional, hanya saja pada sistem pembelajaran online hal ini tidak ditandai dengan kehadiran secara fisik tatap muka langsung. Pada bentuk
synchronous ini pengaj ar dan pelajar melakukan “pertemuan” secara online, dan
melakukan proses belajar mengajar seolah berada pada ruang fisik yang sama. 2. Self-directed Learning
Pada kategori ini pelajar melakukan pembelajaran secara mandiri dengan mengakses berbagai referensi dan bahan belajar yang disediakan. Tidak ada
pengajar ataupun waktu khusus untuk berdiskusi dengan sesama pelajar. Masing- masing pelajar melakukan proses belajar sesuai dengan kebutuhannya.
3. Asynchronous collaborative Learning Kategori ini mengombinasikan karakteristik dari kedua kategori sebelumnya.
Pelajar belajar secara mandiri namun tetap berkomunikasi dengan pelajar lainnya maupun dengan pengajar walaupun tidak harus di waktu khusus. Penggunaan e-
mail, instant message Yahoo Messenger, Gtalk ataupun board pada forum dapat digunakan sebagai media komunikasi dan interaksi.
Tidak ada bentuk yang sempurna antara ketiga bentuk diatas, karena ketiganya
cocok digunakan untuk berbagai situasi yang berbeda. Tabel 2.1 akan menjelaskan
tentang karakteristik ketiga mode pembelajaran tersebut.
Tabel 2.1 Mode Pembelajaran Online dari Segi Interaksi Manusia Sumber: Widhiartha, 2005
Kategori Ciri
Kelebihan Kelemahan
Synchronous Dipandu oleh
pengajar Terjadwal
Kolaboratif Tidak asing bagi pelajar
karena mirip dengan pembelajaran
konvensional Adanya komunikasi
antara pelajar Keberadaan pengajar
menjadikan proses belajar lebih terjamin
Memerlukan waktu khusus Ada biaya untuk pengajar
Memerlukan bandwidth dan kecepatan internet
yang memadai dan setara untuk semua pelajar
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
Tabel 2.1 Mode Pembelajaran Online dari Segi Interaksi Manusia lanjutan
Kategori Ciri
Kelebihan Kelemahan
Self Directed Pelajar belajar
secara mandiri Tidak terjadwal
On demand proses belajar dapat dilakukan
kapanpun Sesuai untuk pelajar
yang memiliki rasa ingin tahu besar dan
aktif mencari sumber belajar
Tidak adanya pengajar sebagai penjamin kualitas
proses belajar Tidak cocok untuk pelajar
yang menyukai belajar secara berkelompok
Asynchronous Dipandu oleh
pengajar Tidak terjadwal
sepenuhnya, sesama pelajar dapat
“bertemu” tetapi mungkin tidak
dalam waktu yang sama
Kolaboratif Adanya pengajar dapat
menjamin kualitas dari proses pembelajaran.
Pelajar dapat menentukan sendiri
kebutuhan belajarnya dan referensi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Masih memungkinkan pembelajaran secara
kolaboratif. Tidak mendukung
komunikasi dengan cepat karena tidak adanya
jadwal khusus
2.1.1.2 Pengelompokan berdasarkan IBM 4-Tier Learning Model
IBM 4-Tier Learning Model adalah sebuah kerangka untuk penerapan sistem pembelajaran online di dalam sebuah organisasi. IBM sebagai salah satu perusahaan
terbesar dan tertua pada bidang teknologi informasi menerapkan framework ini pada sistem pelatihan staf di internal perusahaan.
Kerangka ini berpedoman bahwa sistem pembelajaran online membutuhkan berbagai pendekatan untuk situasi yang berbeda. Satu bentuk tidak akan selalu cocok
untuk berbagai situasi. Pada dasarnya IBM 4-Tier Model adalah kategorisasi cara belajar yang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu Widhiartha, 2005:
1. Learn from information Pembelajaran melalui informasi
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
Pada tingkatan ini seorang pelajar belajar secara mandiri self-directed menggunakan berbagai materi pembelajaran yang sesuai untuk kebutuhannya.
Tingkatan ini sesuai untuk proses belajar mengajar yang pelajarnya mampu melakukan konstruksi sendiri atas pengetahuan yang dipelajarinya tanpa bantuan
dari sesama pelajar maupun pengajar. 2. Learn from interaction Pembelajaran melalui interaksi
Pada tingkatan ini pelajar belajar secara mandiri dari berbagai materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Berbeda dengan tingkatan sebelumnya, pada
tingkatan ini pelajar juga berinteraksi secara aktif dengan materi pembelajaran tersebut. Tingkatan ini lebih banyak diterapkan pada proses pembelajaran yang
bersifat simulatif di mana pelajar dituntut untuk banyak berkomunikasi dengan materi pembelajaran.
3. Learn from Collaboration Pembelajaran melalui kolaborasi Pada tingkatan ini pelajar menggunakan aplikasi pembelajaran online secara
bersama dan terhubung dengan pelajar lainnya serta instruktur via jaringan atau internet. Berbagai media yang bisa digunakan semacam forum, e-mail dan instant
message digunakan sebagai alat berkomunikasi. Para pelajar dapat “bertemu” pada
waktu yang sama synchronous atau meninggalkan pesan dan topik pembicaraan pada berbagai forum diskusi online dan kemudian mendapatkan respon dari
pelajar ataupun pengajar yang lain, beberapa saat kemudian. 4. Learn from Colocation Pembelajaran melalui kolokasi
Tingkatan ini sama dengan pembelajaran konvensional di mana pelajar bertemu satu dengan lainnya pada waktu dan ruang kelas yang sama. Para pendesain IBM
4-Tier Model meyakini bahwa tingkatan khusus untuk pembelajaran konvensional harus tetap ada. Hal ini didasari opini bahwa teknologi tidak akan pernah
mengubah beberapa aspek pokok dari proses pembelajaran seperti pengalaman berdiskusi dengan sesama pelajar atau pengajar.
Untuk lebih memahami penjelasan mengenai keempat tingkatan tersebut dapat
diamati pada Gambar 2.1.
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
Gambar 2.1 Model Pembelajaran IBM 4-tier
2.1.2 Penilaian Efektivitas Sistem Pembelajaran Online
Sebagai sebuah terobosan bidang teknologi informasi di bidang pendidikan. Sistem pembelajaran online sering dibandingkan dengan sistem pembelajaran pada
umumnya, yakni yang dilakukan dengan cara mengumpulkan sekumpulan pelajar pada sebuah ruang tertentu, kemudian terjadi sebuah proses belajar mengajar melalui
tatap muka secara langsung antara pengajar dengan pelajar yang berpartisipasi dalam proses pembelajaran tersebut. Sesungguhnya penilaian terhadap seberapa baik suatu
sistem pembelajaran dipengaruhi oleh bagaimana kriteria ‘efektif’ dalam sebuah sistem pembelajaran. Jika kita menilai efektivitas dari segi kecepatan, maka untuk
beberapa kasus, sistem pembelajaran online lebih efektif. Untuk banyak kasus, ditemukan bahwa sistem pembelajaran online dilakukan secara asinkron, dalam arti
bahwa pengajar dan pelajar tidak berada dalam keadaan online secara bersamaan. Ternyata dengan cara demikian, proses belajar dapat berlangsung lebih cepat. Hal ini
antara lain disebabkan pelajar dapat dengan leluasa melewatkan beberapa topik pembelajaran yang sudah dikuasainya. Tidak demikian halnya pada ruangan kelas,
pelajar harus tertib dalam menyimak keseluruhan materi pembelajaran yang disampaikan pengajar. Carliner, 2004
Jika kita mendefinisikan efektif sebagai tingkat kualitas materi pembelajaran, maka tidak ada jawaban yang pasti atas anggapan tersebut. Namun beberapa pihak
menyebutkan bahwa sistem pembelajaran online lebih efektif, karena lebih atraktif
Johnny Firman : Analisis Teori Konstruktivisme Pada Model Perangkat lunak Pembelajaran Online, 2009.
dan memacu daya pikir, yang diyakini dapat memperbesar daya ingat terhadap materi. Namun anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab kenyataannya, banyak
aplikasi pembelajaran online yang tidak atraktif dan hanya menayangkan lembaran- lembaran materi elektronik yang statis. Sedangkan menurut penelitian, membaca suatu
materi secara online justru tidak efektif dibandingkan dengan membaca materi yang dicatat atau dicetak. Hal ini juga disebabkan pelajar cenderung membaca sekilas
skimming pada materi pelajaran yang disajikan secara online. Carliner, 2004
Sistem pembelajaran online dipandang sebagai suatu sistem pendidikan yang memiliki prospek yang baik. Fleksibilitas merupakan kekuatan utama dari sistem
pembelajaran online. Dengan memanfaatkan sistem pembelajaran online, pelajar dapat belajar pada waktu kapanpun dan dimanapun, sehingga memudahkan pelajar maupun
pengajar dalam menyelenggarakan suatu kegiatan belajar. Selain itu, jangkauan sistem juga lebih luas. Melalui sistem pembelajaran online, standarisasi materi terhadap
pelajar juga mudah dilakukan, dan kecepatan serta kemudahan dalam mengakses materi pembelajaran juga menjadi lebih mudah.
Standar sebuah teknologi pembelajaran harus mengikuti prinsip berikut Ehlers, 2006:
1. Transparansi: Standar harus meningkatkan transparansi proses dan sistem. Semua pemakai harus dapat mengakses informasi yang akurat dan terstruktur dengan
jelas. 2. Keterbukaan: Standar harus dikembangkan dalam proses yang umum. Semua
pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran harus dilibatkan. 3. Adaptabilitas: Standar harus diterima secara luas. Harus sesuai dengan kebutuhan
tertentu. 4. Ekstensibilitas: Standar harus terbuka untuk perluasan dan memungkinkan
terjadinya pengembangan.
2.2 Kaitan Teori Pembelajaran dalam Sistem Pembelajaran Online