Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai

(1)

Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan

Kesehatan Puskesmas di Desa Pematang Guntung

Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai

MELISA ELVA

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji I. 4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II.

5. Ibu Siti Saidah S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing akademik. 6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

7. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta Drs. Agus Salim MR dan Masdalena Nasution yang selalu memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis serta memberikan dukungan yang mendalam baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis.


(4)

8. Kepada abang (Reza Rahim SH, Ade Luthfi), adik (Ferdy Agusman) yang penulis sayangi yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan doa untuk penulis.

9. Special thanks untuk Satria Muharis S.Hut yang selalu membantu dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabat terbaik (Yessi, Nita, Yunita, Henny, Dila, Astrid an Riza) telah menjadi teman seperjuangan selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

11. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2010 (ekstensi sore dan ekstensi pagi) yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

12. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan skripsi yang akan datang dapat dianggap perbaikan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Februari 2012


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 3

3. Tujuan Penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Puskesmas 1.1. Defenisi Puskesmas ... 5

1.2. Tujuan puskesmas ... 5

1.3. Fungsi Puskesmas ... 6

1.4. Peran Puskesmas... 8

1.5. Upaya Penyelenggaraan ... 9

1.6. Azas Penyelenggaraan ... 11

1.7. PHC (Primary Health Care) ... 13

2. Masyarakat 2.1. Defenisi Masyarakat ... 15

2.2. Karakteristik Masyarakat ... 18

2.3. Minat ... 26

Bab 3. Kerangka Penelitian 3.1. Kerangka Konsep ... 36

3.2. Defenisi Operasional... 36

Bab 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 37

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi ... 37

2.2 Sampel... 37

2.3 Teknik sampling ... 38

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 39

4. Pertimbangan Etik ... 39

5. Instrument Penelitian ... 40

6. Uji Validitas ... 41

7. Uji Reabilitas ... 42

8. Pengumpulan data ... 42


(6)

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil penelitian ... 44 2. Pembahasan ... 50

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan ... 56 2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(7)

DAFTAR SKEMA

1. Kerangka konsep karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang

Bedagai ... 35


(8)

DAFTAR TABEL

1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang menggunakan pelayanan puskesmas di Desa Pematang

Guntung ... 44 2. Minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas di

Desa Pematang Guntung ... 46 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban

terhadap pernyataan minat... 47 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

jarak puskesmas ... 47 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

biaya ... 48 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

keyakinan... 48 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Inform Consent ... 61

2. Instrument Penelitian ... 62

3. Tabel Uji Reliabilitas... 65

4. Uji Reliabilitas ... 66

5. Master Tabel Karakteristik Masyarakat Menggunakan Pelayanan Puskesmas ... 67

6. Master tabel Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Pelayanan Puskesmas ... 68

7. Jadwal Penelitian ... 69

8. Taksasi Dana ... 70

9. Surat Pengambilan Survey Awal ... 71

10. Surat Pengambilan Data ... 72


(10)

Judul : Karateristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai Nama : Melisa Elva

NIM : 101121018

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun akademik : 2011-2012

ABSTRAK

Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Di Sumatera Utara, jumlah pengunjung puskesmas tahun 2009 mencapai 5.547.458 jiwa untuk puskesmas rawat inap maupun puskesmas rawat jalan. Penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat di desa Pematang Guntung menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 100 orang yang datang mengunjungi puskesmas di desa Pematang Guntung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan mengenai minat masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat yang banyak menggunakan pelayanan puskesmas adalah umur 31- 40 tahun (33%), jenis kelamin perempuan (54%), beragama Islam (97%), menikah (78%), bekerja sebagai petani (49%) dan berpenghasilan 850.000-1.500.000 (49%), pendidikan Sekolah Dasar (SD) (32%) dan bersuku Banjar (62%). Berdasarkan penelitian di peroleh bahwa masyarakat berminat (51%) menggunakan pelayanan puskesmas di Desa Pematang Guntung. Dari hasil penelitian bahwa puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik (73%), jarak puskesmas dekat dengan rumah (66%), biaya pengobatan yang murah dan gratis (83%), puskemas memberikn pengobatan yang modern (72%) dan puskesmas memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak (85%). Hasil penelitian ini memberi masukan bagi manajemen pelayanan puskesmas untuk mempertimbangkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan


(11)

Judul : Karateristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai Nama : Melisa Elva

NIM : 101121018

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun akademik : 2011-2012

ABSTRAK

Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Di Sumatera Utara, jumlah pengunjung puskesmas tahun 2009 mencapai 5.547.458 jiwa untuk puskesmas rawat inap maupun puskesmas rawat jalan. Penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat di desa Pematang Guntung menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 100 orang yang datang mengunjungi puskesmas di desa Pematang Guntung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan mengenai minat masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat yang banyak menggunakan pelayanan puskesmas adalah umur 31- 40 tahun (33%), jenis kelamin perempuan (54%), beragama Islam (97%), menikah (78%), bekerja sebagai petani (49%) dan berpenghasilan 850.000-1.500.000 (49%), pendidikan Sekolah Dasar (SD) (32%) dan bersuku Banjar (62%). Berdasarkan penelitian di peroleh bahwa masyarakat berminat (51%) menggunakan pelayanan puskesmas di Desa Pematang Guntung. Dari hasil penelitian bahwa puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik (73%), jarak puskesmas dekat dengan rumah (66%), biaya pengobatan yang murah dan gratis (83%), puskemas memberikn pengobatan yang modern (72%) dan puskesmas memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak (85%). Hasil penelitian ini memberi masukan bagi manajemen pelayanan puskesmas untuk mempertimbangkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak keanekaragaman. Keanekaragaman yang ada di Indonesia seperti tingkat perkembangan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di berbagai daerah. Indonesia juga merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki hidup sehat. Budaya memeriksakan kesehatan secara dini anggota keluarga belum tampak. Hal ini terlihat banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh upaya promotif dan preventif. Selain itu, tidak semua masyarakat dengan mudah mendapatkan akses pelayanan puskesmas karena keadaan geografis, luas wilayah, sarana penghubung dan kepadatan penduduk. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan, kesadaran dan minat masyarakat untuk datang berobat dan berkunjung ke pelayanan kesehatan (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di Rumah Sakit dan di puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah desa/kelurahan atau dusun. Puskesmas memiliki visi dan misi.


(13)

Visi dari puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. Misi dari puskesmas secara umum adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional (Depkes, 2003).

Di Kecamatan Nuha Sulawesi Selatan, pengunjung puskesmas pada tahun 2009 mencapai 24.831 orang yang dibagi dalam 3 kategori yaitu umum sebanyak 23.263 orang, JPS-BK 1.156 orang, dan askes sebanyak 412 orang. Jumlah pengunjung puskesmas terbanyak terjadi pada bulan Juni dengan jumlah pengunjung sebanyak 2.326 pengunjung. Sedangkan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien adalah Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas dengan jumlah penderita 6.197 orang. Jumlah penduduk kecamatan Nuha pada tahun 2009 adalah 21.005 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 26 orang per kilometer persegi.

Di Sumatera Utara, jumlah pengunjung puskesmas pada tahun 2009 mencapai 5.547.458 jiwa yang mengunjungi puskesmas se-Sumatera Utara baik puskesmas rawat inap maupun puskesmas rawat jalan. Untuk kunjungan pada rawat inap sebanyak 1.815.572 kunjungan dan untuk rawat jalan sebanyak 3.641.886 kunjungan. Jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2009 adalah 12.911.511 jiwa. Dari hasil survey awal yang dilakukan di puskesmas desa Pematang Guntung, pada tahun 2010 jumlah pengunjung mencapai 1847 kunjungan maka rata-rata pengunjung puskesmas setiap bulan mencapai 154 kunjungan. Penyakit yang sering terjadi di desa ini adalah ISPA dan diare. Hasil


(14)

sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010 jumlah penduduk di desa Pematang Guntung mencapai 3342 jiwa.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik dan minat masyarakat yang datang untuk menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik masyarakat dan mengidentifikasi minat masyarakat desa Pematang Guntung untuk menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan agar dapat mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan/keperawatan yang diberikan kepada masyarakat oleh puskesmas Pematang Guntung sehingga kunjungan masyarakat meningkatkan ke puskesmas.

4.2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan fakta yang memberikan masukan bagi para perawat khususnya yang bertugas di Puskesmas sehingga mereka mengetahui dan


(15)

menyadari faktor yang mendukung masyarakat berkunjung ke puskesmas sehingga masyarakat dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang ada.

4.3. Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data pendukung bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan puskesmas dan data ini dapat menjadi data dasar untuk meneliti adanya pengaruh karakteristik dan minat masyarakat untuk mengunjungi dan menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Puskesmas

1.1. Defenisi Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

1.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005).


(17)

1.3. Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.


(18)

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan


(19)

gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

1.4. Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).


(20)

1.5. Upaya penyelenggaraan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang (Trihono, 2005).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,


(21)

upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Trihono, 2005).

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (Trihono, 2005).

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu, dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya (Trihono, 2005).

Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap


(22)

sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

1.6. Azas penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).

Azas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).


(23)

Azas pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain adalah upaya kesehatan ibu dan anak (posyandu, polindes dan bina keluarga balita), upaya pengobatan (posyandu, pos obat desa ), upaya perbaikan gizi (posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan sekolah (dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, saka bakti husada dan pos kesehatan pesantren), upaya kesehatan lingkungan (kelompok pemakai air bersih, dan desa percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan usia lanjut ( posyandu usila dan panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya kesehatan kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat), upaya pembinaan pengobatan tradisional (taman obat keluarga dan pembinaan pengobatan tradisional) serta upaya pembinaan dan jaminan kesehatan (dana sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan) (Trihono, 2005).

Azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor (Trihono, 2005).

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas sedangkan


(24)

untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha (Trihono, 2005).

Azas rujukan digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan (Trihono, 2005).

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama (Trihono, 2005).

1.7. PHC (Primary Health Care)

PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran dan pengalaman dalam membangun kesehatan di banyak Negara yang diawali dengan kampanye massal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960, teknologi kuratif dan preventif mengalami kemajuan. Oleh karena itu, timbullah pemikiran untuk mengembangkan konsep upaya dasar kesehatan. Tahun 1977


(25)

pada sidang kesehatan dunia di cetuskan kesepakatan untuk melahirkan “health for all by the Year 2000”, yang sasaran utamanya dalam bidang sosial pada tahun 2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Mubarak, 2009).

PHC merupakan pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination) (Mubarak, 2009).

PHC memiliki tujuan secara umum yaitu mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Secara khusus, PHC memiliki tujuan yaitu pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani, pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani, pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani dan pelayanan harus maksimal, menggunakan tenaga dan sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (Mubarak, 2009).

Fungsi dari PHC untuk memelihara kesehatan, mencegah penyakit, diagnosis dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat. Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki beberapa elemen yaitu


(26)

pendidikan mengenai masalah kesehatandan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya, peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi, penyediaan air bersih dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama, pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit umum dan ruda paksa serta penyediaan obat-obat esensial (Mubarak, 2009).

2. Masyarakat

2.1. Defenisi Masyarakat

Menurut Kontjaraningrat (2009) masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama.

Soerdjono Soekanto (1982) masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup bersama dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. Masyarakat juga merupakan kelompok individu yang saling berhubungan, bergantung, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan (Wahit, 2009).

Menurut Nasrul (1998) masyarakat terbagi beberapa jenis yaitu, masyarakat desa, masyarakat madya dan masyarakat kota. Adapun ciri-ciri dari setiap jenis masyarakat adalah :


(27)

2.1.1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa memiliki ciri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri tersebut adalah hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat, adat istiadat masih dipegang sangat kuat, sebagian besar memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib, tingkat buta huruf masih tinggi, masih berlaku hukum tak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh setiap orang, jarang bahkan tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang teknologi dan keterampilan, sistem ekonomi yang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual, gotong royong sangat kuat.

2.1.2. Masyarakat Madya

Selain masyarakat desa, ada juga yang disebut dengan masyarakat madya. Adapun ciri-ciri dari masyarakat madya adalah hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor, adat istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar. Timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan terhadap kekuaran gaib mulai berkurang dan akan timbul kembali apabila telah kehabisan akal, timbul lembaga pendidikan formal dalam masyaraka terutama pendidikan dasar dan menengah, tingkat buta huruf sudah menurun, hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis, ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaannya, gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga dan kegiatan-kegiatan umum lainnya didasarkan upaya.


(28)

2.1.3. Masyarakat Kota

Masyarakat kota juga memiliki ciri-ciri. Ciri-ciri tersebut adalah hubungan didasarkan atas kepentingan pribadi, hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling mempengaruhi, kepercayaan masyarakat yang kuat akan manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian, tingkat pendidikan formal tinggi dan merata, hukum yang berlaku adalah tertulis, ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar dan gotong royong tidak sekuat masyarakat desa

Namun demikian, ciri-ciri masyarakat tersebut di atas tidak semuanya kita dapatkan dalam masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, tidak semua masyarakat desa memiliki kepercayaan pada hal-hal gaib dan juga saat ini pendidikan masyarakat desa sudah mulai merata serta masih banyak lagi perubahan yang terjadi (Wahit, 2009).

Selain itu, terdapat ciri-ciri masyarakat sehat, yaitu peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit.


(29)

Menurut WHO ada beberapa indikator untuk masyarakat sehat yaitu keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat dan indikator pelayanan kesehatan. Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat memiliki dua indikator yaitu komprehensif dan spesifik. Pada indicator komprehensif yang menjadi penilaian adalah angka kematian kasar menurun, rasio angka mortalitas proporsional rendah dan umur harapan hidup meningkat. Sedangkan pada indikator spesifik yang menjadi penilaian adalah angka kematian ibu dan anak menurun, angka kematian karena penyakit menular menurun dan angka kelahiran menurun. Sebagai indikator pelayanan kesehatan memiliki poin penting yaitu rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang, distribusi tenaga kerja merata, informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas kesehatan lain dan sebagainya, informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit dan puskesmas rumah bersalin dan sebagainya

2.2. Karakteristik Masyarakat

Secara umum karakteristik masyarakat yang berkunjung ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

2.2.1. Umur

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya, dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi sedangkan pada golongan usia lanjut lebih bnayak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005).


(30)

Selain itu, salah satu upaya untuk menjelaskan persoalan-persoalan kesehatan manusia juga dilakukan dengan menggunakan perkembangan psikologis dan sosiologis serta kebutuhan kesehatan individu. Dalam setiap tahap perkembangan memiliki resiko kesehatan yang khusus dan peran sosial yang berbeda antara satu tahap dengan tahap lainnya (Sudarma, 2008).

Pada masa kehamilan, masalah kesehatan spesifik dari ibu hamil diantaranya (a) mendapatkan pelayanan antenatal yang baik dan teratur, (b) memperoleh makanan yang bergizi dan cukup istirahat, (c) mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, (d) memperoleh persediaan biaya persalianan dan rujukan ke rumah sakit bila terjadi komplikasi. (Sudarma, 2008).

Tumbuh kembang balita (1-4 tahun) dipengaruhi oleh pertumbuhan semsa bayi dan selanjutnya akan mempengaruhi proses tumbuh kembang pada usia sekolah dasar (6-12 tahun). Pada masa ini ada beberapa masalah kesehatan yang perlu diperhatikan misalnya ASI eksklusif dan penyapihan yang layak, tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang, imunisasi dan manajemen terpadu balita sehat, pencegahan dan penanggulangan kekerasan, serta pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan (Sudarma, 2008).

Masalah kesehatan yang lazim terjadi pada masa anak-anak (6-12 tahun) adalah kesulitan anak untuk makan karena terobsesi ingin main, asupan gizi yang tidak seimbang, rentannya fisik anak terhadap berbagai penyakit seperti polio dan


(31)

DBD dan ancaman keracunan makanan akibat dari kebiasaannya makan makanan diluar (Sudarma, 2008).

Pada masa remaja membutuhkan pembinaan kesehatan. Diantaranya melalui pembekalan pengetahuan tentang pertumbuhn fisik, kejiwaan dan kematanagan remaja, pendidikan kesehatan reproduksi serta kewajibannya, pergaualan yang sehat di kalangan remaja, pendidikan tentang persiapan pranikah serta pendidikan mengenai kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya. Untuk masa dewasa dikategorikan sebagai tahap kematangan (maturity), dewasa dlam arti pengembangan diri maupun dalam konteks sosial.(Sudarma, 2008).

2.2.2. Jenis Kelamin (gender)

Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh mahluk hidup, dalam hal ini manusia. Jenis kelamin sering dibagi ke dalam dua kategori, dengan menggunakan istilah masing-masing; laki-laki dan perempuan atau pria dan wanita. Dalam studi epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian dari karakteristik yang memiliki pengaruh terhadap kejadian kesakitan. Sebagai contoh, penyakit kanker serviks hanya dijumpai pada wanita, sedangkan kanker prostat hanya dijumpai pada pria (Notoatmodjo, 2005).

Tingkat kerentanan manusia yang bersumber dari jenis kelamin tersebut menjadikan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan juga berbeda pada masing masing jenis kelamin. Perempuan cenderung lebih rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi. Hal ini disebabkan oleh tahap-tahap kehidupan yang dilaluinya, mulai dari remaja (haid), dewasa (mengandung dan melahirkan) sampai masa tua


(32)

(menopause). Secara umum, kaum perempuan lebih peduli dengan keadaan kesehatannya sehingga lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatannya (Notoatmodjo, 2005).

2.2.3. Agama

Menurut Zamawi (2004) agama berasal dari bahasa Sanskrit, satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu, “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi/kacau jadi arti agama tidak pergi dan tidak kacau, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, selanjutnya dikatakan lagi agama berarti tuntunan. Agama memang mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan hidup bagi penganutnya. Menurut Jalaludin Rahmat di dalam M. Mukshin Jamil mengatakan bahwa agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh .

Berdasarkan fenomena kehidupan keagamaan sevara umum, dapat dikatakan bahwa agama adalah segala aktivitas hidup manusia dalam usahanya untuk mewujudkan rasa bakti dan mempresentasikan keterhubungan manusia dengan suatu kuasa yang diyakini bersifat supranatural dan mengatasi dirinya (transenden). Agama sebagai aktivitas hidup manusia membutuhkan bentuk-bentuk konkret dalam sikap hidup dan tindakan. Dengan demikian, beragama tidak sekedar meyakini sesuatu, tetapi bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya. Aktivitas tersebut dilakukan dalam rangka usaha merealisasikan rasa bakti dan keterhubungan manusia dengan kuasa yang disembah, sebagai ibadah (rasa bakti) kepada kuasa yang disembah, agama melibatkan seluruh segi


(33)

peribadahan dan pranata-pranata tertentu, juga terwujud dalam sikap dan tindakan terhadap sesama manusia dan lingkungannya. Salah satu unsur yang menjadi dasar bagi seluruh bangunan keagamaan adalah keyakinan, dengan dasar tersebut hidup keagamaan akan mengandung subjektivitas. Keyakinan subjektif yang menjadi landasan kehidupan agama menjadi sesuatu yang betul-betul pribadi dan tidak mungkin diganggu gugat atau dipaksakan oleh orang lain, termasuk oleh Negara (Bambang, 2003).

2.2.4. Status Sosial Ekonomi

Individu, keluarga, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berkepentingan dengan warga Negara sehat. Individu dan keluarga sehat meningkatkan produktivitas dan income keluarga. Peningkatan income per warga Negara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat mentransformasikan sebuah Negara miskin menjadi Negara kaya. Bersama dengan input lainnya, pelayanan kesehatan merupakan input bagi individu untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, meskipun pertambahan status kesehatan sebagai pertambahan pelayananan kesehatan itu sendiri makin menurun (Murty, 2006).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan (Hidayat, 2007).


(34)

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan, data survey kesehatan 1992 memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat (Depkes, 2000).

2.2.5. Pendidikan

Menurut Cumming dkk dalam Azwar 2007, mengemukakan bahwa pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwaa pendidikan adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan. Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di indonesi adalah tingkat sekolah daasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas dan tingkat akademik/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih bauk, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi.

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia jasmani dan rohami yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makkmur berdasarkan


(35)

Koentjaraningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap pengetahuan atau meningkatkan sesuai dengan pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan seseorang yang diserapnya, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk menyerap pengetahuan.

2.2.6. Budaya

Budaya adalah satu kesatuan yang kompleks, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kesanggupan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota sebuah masyarakat. Atau dengan kata lain konsep dari suatu sistem serta peraturan dan makna, yang pernyataannya tergambar melalui cara manusia menjalani kehidupan. Latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting terhadap bermacam aspek kehidupan manusia yaitu kepercayaan, tanggapan, emosi, bhasa, agama, bentuk keluarga, diet, pakaian dan bahasa tubuh. Konsep tentang kehidupan, sakit dan bentuk kemalangan lain yang mempunyai pengaruh yang penting terhadap bermacam-macam aspek kehidupan manusia yaitu kepercayaan, tanggapan, emodi, bahasa, agama, bentuk keluarga, sakit dan bentuk kemalangan lain yang mempunyai implikasi yang penting terhadap kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

Konsep budaya kadang kala disalahartikan atau penggunaannya disalahgunakan oleh masyarakat. Misalnya, budaya tidak pernah homogen, dan dengan itu pula seseorang selalu mengelak dari pada menggunakan kenyataan umum untuk memilih-milih kepercayaan dan kelakuan seseorang. Peranan budaya merupakan peranan yang senantiasa dilihat berdasarkan konteksnya. Konteks itu


(36)

terdiri dari beberapa unsur-unsur sejarah, ekonomi, sosial, politik, geografi. Ini berarti budaya merupakan satu kumpulan manusia, pada masa tertentu, senantiasa dipengaruhi faktor-faktor lain. Maka kepercayaan budaya dan perilaku budaya yang asli dapat dipisahkan dari kontek ekonomi. Misalnya seseorang bertindak seperti makan hanya sebagian dari makanan, tinggal di rumah yang sempit dan tidak berobat ke dokter pada saat sakit.

Kebudayaan meresap dalam kehidupan kita. Dari kepercayaan dasar tentang sifat-sifat hakiki alam semesta dan akan adanya sesuatu yang supranatural (di atas alam, mengenai ke Tuhanan), sampai dengan makanan khusus yang kita makan dan alat-alat yang kita pakai untuk makan, kita berpikir dan bertindak sesuai dengan kebudayaan atau kultur kita (Maramis, 2006).

Kesehatan para anggota masyarakat berhubungan dengan pola kebudayaan mereka. Jelas bahwa praktik diet dan kebersihan dapat mempengaruhi timbulnya penyakit tertentu, tetapi praktik-praktik lain dari kebudayaan dapat mempengaruhi juga resiko timbulnya penyakit, misalnya memotong tali pusat bayi baru lahir dengan bambu tajam yang tidak disterilkan dapat mengakibatkan tetanus neonatorum. Dan dalam masyarakat kita sekarang, merokok, minum minuman keras dan sebagainya membawa resiko terhadap kesehatan (Maramis,2006).

Disamping timbulnya penyakit, kebudayaan sedikit banyaknya menentukan bagaimana penyakit ini terjadi atau apa yang merupakan penyebab suatu kondisi tidak enak. Tidak sukar menemukan contoh pengaruh kebudayaan terhadap persepsi sakit dan reaksi-reaksi terhadapnya. Banyak kebudayaan


(37)

mempunyai sistem klasifikasi penyakit yang sangat berbeda dengan yang dari kedokteran modern. Menurut Paul (1995) dalam Marasmis menceritakan suatu kebudayaan yang mempunyai lima kategori dasar untuk penyakit, tetapi hanya dua yang dikonsultasikan kepada dokter modern yaitu obstruksi usus dan terkena panas atau dingin berlebihan. Tiga yang lain adalah terkena ‘angin yang jahat’, ‘gangguan emosi yang hebat’ dan ‘ketularan orang yang tidak bersih’ secara ritual ditangani dengan pengobatan popular. Pengobatan modern dianggap tidak mempan terhadap penyakit-penyakit ini. Kadang-kadang tuberculosis dianggap karena ketakutan sehingga tidak diobati dengan kedokteran modern. Dalam kebudayaan kita, tidak sedikit orang percaya bahwa ada penyakit yang ‘dibikin’ oleh dukun, disantet dan sebagainya dan banyak yang percaya akan ‘masuk angin’, ‘kena angin jahat’, ‘kemasukan’ roh orang lain atau roh jahat yang menguasai orang itu, dan sebagainya yang hanya dapat disembuhkan dengan cara-cara tertentu atau oleh dukun. Sering orang yang terkena penyakit pergi sekaligus ke dukun, ke paranormal, ke dokter atau juga berdoa (Maramis,2006).

Contoh yang paling dramatis mengenai efek kebudayaan terhadap kesehatan adalah kematian akibat ilmu sihir pada orang-orang yang percaya akan hal itu. Orang yang percaya bahwa ia telah terkena sihir, tidak mau makan atau minum dan mengalami dan mengalami ketakutan yang hebat (Maramis,2006).

3. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri semakin kuat atau


(38)

lebih dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika seseorang kurang berminat, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan (Slameto, 2003).

Minat juga merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk berbuat, biasanya dimulai dari rangsangan eksternal misalnya uang atau makanan yang selanjutnya mempengaruhi perilaku seseorang. Besar kecilnya minat seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu dapat diamati dari perasaan senang atau gembira melakukan pekerjaan tersebut, rasa puas melakukan pekerjaan dan perasaan bila bekerja di tempat tersebut sehingga tidak terlintas untuk pindah (Slameto, 2003).

Wittig (dalam Sukadji, 2001) menjelaskan minat sebagai ”any area that generates attention or excitement for a person”. Artinya minat ialah kecenderungan seseorang terhadap objek-objek dan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan perhatian dan menghasilkan kepuasan. Demikian pula pendapat dari Blair, Jones dan Simpson (dalam Pintrich and Schunk, 2002) yang menyatakan minat sebagai suatu perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu


(39)

Minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan (Effendy, 2003). Sedangkan menurut Poerwadaminta (1998) minat adalah kesukaan dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Hurlock (1996) menyatakan minat sebagai sesuatu dengan apa seseorang mengidentifikasikan keberadaan pribadinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan, dan bila kepuasan berkurang maka minatpun berkurang. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa minat ialah kecenderungan yang terarah secara intensif, keinginan yang besar pada suatu obyek yang menyenangkan, yang berpengaruh pada kesadaran dirinya untuk berusaha melakukan sesuatu yang diinginkannya sehingga bisa memberi kepuasan pada diri individu tersebut.

3.1. Aspek Minat

Hurlock (1999) menyatakan bahwa semua minat memiliki dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif ini meliputi perhatian seseorang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minatnya, selain itu aspek kognitif didasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Individu akan menganggap bidang tersebut sebagai suatu hal yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan akan merasa yakin bahwa waktu dan usaha yang dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya akan memberi kepuasan dan keuntungan pribadi. Dan bila


(40)

terbukti bahwa ada keuntungan dan kepuasan, maka minat mereka tidak saja menetap, melainkan lebih kuat. Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi, dan apa yang dipelajari dirumah, sekolah, masyarakat, dan dari berbagai jenis media massa. Dari sumber tersebut, individu belajar apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak.

Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Seperti halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap orang yang penting, seperti : orang tua, guru, dan teman sebaya, terhadap hal-hal yang berkaitan dengan minat tersebut, serta dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu. Walaupun kedua aspek, baik kognitif maupun afektif penting peranannya dalam menentukan apa yang akan dan yang tidak dikerjakan oleh individu, dan jenis penyesuaian pribadi dan sosial mereka, aspek afektif lebih penting karena dua alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu bobot emosional positif dari minat akan memperkuat minat itu dalam tindakan, Selain itu, aspek afektif bila terbentuk cenderung bertahan lebih lama terhadap perubahan.

3.2. Ciri-ciri minat

Adapun ciri-ciri minat menurut Widjaja (2000) ialah:

a. Minat tidak dibawa sejak lahir. Minat timbul dari perasaan senang terhadap suatu objek. Slameto (dalam Djamarah, 2002) menyatakan bahwa minat dapat


(41)

dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran

b. Minat dapat berubah-ubah. Untuk seorang anak yang sangat muda, lamanya minat dalam kegiatan tertentu sangat pendek. karena minat yang terdapat dalam kegiatan untuk kepentingan diri sendiri lebih daripada untuk mencapai sesuatu hasil tertentu, sehingga ia mudah dikacaukan dan mudah tertarik pada kegiatan lain. Tidak demikian halnya terhadap orang yang lebih tua, mereka lebih lama dapat mempertahankan minatnya terhadap sesuatu daripada berpindah-pindah pada hal lain.

c. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek.

d. Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan-kumpulan dari hal tersebut.

3.3. Faktor yang mempengaruhi minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas

Ada beberapa yang menjadi faktor masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu :

a. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan kemudahan, kenyamanan, atau keselamatan. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.


(42)

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan lebih mengutamakan pendekatan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu, pada umumnya melalui upaya rawat jalan, rawat inap dan rujukan. Pelayanan kesehatan masyarakat lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dengan pendekatan kelompok masyarakat dan keluarga, serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat dan keluarga serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas (Trihono, 2005).

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang ada di puskesmas dapat dilihat dari sikap yang diberikan oleh petugas kepada pasien. Sikap petugas kesehatan adalah kesiapannya untuk bertindak, untuk memberikan pelayanan kesehatan termasuk sikapnya dalam berkomunikasi dan berpakaian ketika melakukan pelayanan kesehatan. Cara berpakaian dan berkomunikasi petugas kesehatan sangat mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

b. Jarak puskesmas

Jarak dalam hal ini diartikan secara fisik yaitu berapa jauh lokasi tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan atau jarak yang harus ditempuh oleh masyarakat dari tempat tinggalnya menuju Puskesmas.

Achmad, R (2005) menyatakan bahwa jarak Puskesmas dengan rumah penduduk sangat berpengaruh terhadap kunjungan masyarakat ke Puskesmas.


(43)

Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait dengan dimensi lokal dalam meningkatkan kunjungan pasien, kelancaran komunikasi petugas kesehatan dan pasien. Diharapkan dari lokasi yang mudah dijangkau tersebut maka jumlah kunjungan ke pelayanan kesehatan meningkat, karena sudah didukung dengan kelancaran transportasi dan komunikasi (Azwar, 1999).

c. Biaya

Biaya adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang meliputi biaya pemeriksaan, pembelian obat dan pemeriksaan laboratorium.

Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh semua pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenanya tidak akan memuaskan masyarakat yang berobat. Sebagai jalan keluarnya, disarankan perlunya mengupayakan pelayanan kesehatan yang biayanya sesuai dengan kemampuan pemakaian jasa pelayanan itu. Karena biaya pengobatan erat kaitannya dengan kepuasan masyarakat dan kepuasan masyarakat berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan (Azwar,1996).

d. Keyakinan

Menurut Adler dan Rodman (1991) dalam Purwanto (2000) suatu kepercayaan adalah keyakinan tentang kebenaran suatu yang didasarkan pada budaya dimana dibesarkan. Ia merupakan kepercayaan (keyakinan) pada harga


(44)

sebuah konsep. Nilai-nilai biasanya diwujudkan dalam sistem moral atau agama yang kompleks yang ditemukan pada semua budaya dan masyarakat.

Kepercayaan (keyakinan) menurut Niven (1989) dalam Purwanto (2000) adalah sesuatu yang didapatkan dengan kata lain orang tidak lahir dengan membawa mereka. Hampir semua kepercayaan (keyakinan) dan nilai-nilai dasar didapatkan dari mereka yang paling berpengaruh dalam hidup seseorang, orang tua, kakak-adik, guru, teman-teman dan tokoh-tokoh media.

Menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) tenaga kesehatan dapat mengajak (kerja sama) tokoh (model Peran) yang dianggap sangat berpengaruh didalam masyarakat, agar dapat diupayakan perubahan-perubahan dari kebiasaan-kebiasan yang dapat memperburuk bagi kesehatannya, meliputi pencegahan penyakit, pelaksanaan pengobatan terhadap penyakitnya serta manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

e. Pengobatan lain

Pengobatan yang ditentukan untuk suatu penyakit adalah sesuai dengan penyebabnya yang diperkirakan. Jika, seperti dunia kedokteran modern, penyebab suatu penyakit adalah kuman-kuman, maka diberi obat (antibiotic dan lain-lain) yang telah terbukti dapat mematikan kuman-kuman itu. Tetapi tidak semua kebudayan menganggap penyakit adalah akibat penyebab biologis. Ada yang menghubungkan penyakit dengan hal supranatural (magik, ilmu sihir, paranormal)


(45)

dan ada juga yang menghubungkan dengan hal supranatural (iblis, roh manusia, dewa bahkan Tuhan) (Maramis, 2006).

Idealnya pelayanan kesehatan masyarakat meliputi seluruh upaya kesehatan yang bersifat promotif, baik untuk sasaran bayi, anak, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, bapak maupun yang sudah lanjut usia. Pelayanan kesehatan minimal yang mungkin dilakukan oleh puskesmas yaitu, promosi kesehatan yang mengembangkan berbagai bebagai program perbaikan perilaku di bidang kesehatan sesuai dengan masalah perilaku setempat melalui beragam kegiatan yang bernuansa pemberdayaan masyarakat. Kesehatan lingkungan yang mengembangkan berbagai program perbaikan lingkungan setempat agar lebih kondusif untuk kesehatan, tersebut penyelenggarakan klinik sanitasi di dalam gedung puskesmas. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana dan perbaikan gizi masyarakat dengan mengembangkan posyandu dan pengembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi serta pemberantasan penyakit menular (Trihono, 2005).


(46)

Minat masyarakat berobat ke puskesmas

1. Pelayanan kesehatan 2. Jarak puskesmas 3. Biaya

4. Keyakinan 5. Pengobatan lain

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lain. Konsep pada dasarnya sesuatu yang abstrak sehingga susah untuk diukur atau diamati secara langsung (Fatimah, 2009).

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2009).

Skema.1 Kerangka konsep Karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di desa Pematang Guntung Kecamatan teluk Mengkudu Serdang Bedagai

2. Defenisi Operasional

Karakteristik merupakan sifat-sifat khas dari sesuatu, dalam hal ini karakteristik yang dimaksud meliputi umur, jenis kelamin, agama, status sosial ekonomi, pendidikan, budaya dan penggunaan pengobatan lain. Umur adalah satuan waktu yang mengukur manusia sejak dia lahir hingga waktu umur itu

Karakteristik: 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Agama

4. Status sosial ekonomi 5. Pendidikan


(47)

dihitung. Jenis kelamin merupakan ciri khas tertentu yang membedakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dan setiap jenisnya memiliki perbedaan. Agama merupakan aliran atau keyakinan yang dianut oleh seseorang. Status sosial ekonomi merupakan tingkat pendapatan atau penghasilan penduduk yang diperoleh seseorang secara tetap maupun tidak tetap. Pendidikan merupakan jenjang atau tingkat pendidikan formal yang diperoleh seseorang mulai dari sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi. Budaya merupakan sesuatu hal yang berkembang dimasyarakat dan menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat tersebut.

Minat merupakan suatu keinginan seseorang terhadap sesuatu dari diri sendiri tanpa ada paksaan dari berbagai pihak. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seserorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Jarak puskesmas berarti jarak yang harus ditempuh masyarakat untuk sampai di puskesmas. Biaya merupakan jumlah yang harus dibayar seseorang setelah orang tersebut memperoleh jasa. Keyakinan merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang dianut responden terhadap pelayanan kesehatan. Pengobatan lain berarti masyarakat menggunakan puskesmas selain hanya untuk berobat, misalnya pemeriksaan kehamilan, pengobatan lansia dan pengobatan pada anak-anak.


(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN 1. Desain penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai.

2. Populasi dan sampel 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan seluruh subjek atau objek yang memiliki kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah bapak/ibu yang tinggal di desa Pematang Guntung. Dari hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk yang ada di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu adalah 3342 orang dan memiliki 5 dusun. Kriteria masyarakat yang menjadi dasar untuk diteliti adalah masyarakat yang sudah dewasa, sehat jasmani dan rohani, masyarakat yang dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dan masyarakat yang mau menjadi responden peneliti.

2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Maka sampel untuk penelitian ini diambil dari masyarakat yang datang berkunjung ke puskesmas Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu.


(49)

Menurut Notoatmodjo (2005), menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung kepada dua hal yaitu: adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel dan kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel. untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10000, dapat menggunakan formula yang lebih sederhana sebagai berikut :

Keterangan :

n = besar sampel N = jumlah populasi d = tingkat kesalahan (0,1)

berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang atau dibulatkan menjadi 100 orang.


(50)

2.3. Teknik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Teknik ini dipilih karena yang menjadi sampel oleh peneliti adalah masyarakat yang memiliki kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

Ada pun kriteria responden yang menjadi sampel peneliti yaitu, responden yang menjadi pengunjung puskesmas ketika peneliti melakukan penelitian, Responden tersebut pernah berobat ke puskesmas minimal 2 (dua) kali. Responden juga tidak menjadi responden penelitian untuk yang ke 2 (dua) kalinya. Usia responden dalam kategori dewasa yaitu berusia 21 tahun ke atas. Responden juga dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik.

3. Lokasi penelitian dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas yang terdapat di Desa Pematang Guntung. Daerah ini dipilih peneliti karena daerah ini dekat dengan tempat tinggal peneliti. Desa ini terletak di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Waktu melaksanakan penelitian pada tanggal 24 Oktober sampai 24 November 2011.

4. Pertimbangan etik

Dalam penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan


(51)

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent atau persetujuan secara verbal. Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, serta menghindarkan subjek dari keadaan yang tidak menguntungkan dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal lain selain untuk penelitian ini. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi warga yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuisioner. Kuisioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuisioner pertama mengenai data demografi, kuisioner kedua mengenai pernyataan tentang dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas.

Kuisioner data demografi terdiri dari: usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan per bulan. Sedangkan untuk kuisioner kedua berisi pernyataan-pernyataan mengenai minat masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas yang berjumlah 24 (dua puluh empat) pernyataan. Penilaian ini menggunakan dichotomy questions dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Jika menjawab “ya” maka nilainya adalah 1, jika menjawab “tidak” maka nilainya adalah 0. Maka nilai tertinggi adalah 24 dan untuk nilai terendah adalah 0.


(52)

Rentang merupakan selisih antara nilai tertinggi dengan nilai terendah. Nilai tertinggi adalah 24 dan nilai terendah adalah 0. Maka besar rentang yang diperoleh adalah 24. Banyak kelas ada 3 yaitu berminat, kurang minat dan tidak berminat. Sehingga diperoleh P = 8. Untuk titik tertinggi adalah 24 sedangkan titik terendah adalah 1 maka minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas dikategorikan menjadi, jika 1-8 adalah “kurang berminat”, untuk 9-16 adalah “berminat”, dan untuk 17-24 adalah “sangat berminat”.

6. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas tinggi, demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Hasan, 2002). Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas untuk instrument ini dilakukan oleh staf bagian keperawatan komunitas dengan strata pendidikan Magister Keperawatan.

7. Uji reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam


(53)

ruang lingkup yang sama. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrument (Hasan, 2002). Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas uji KR 21. Instrumen diujikan pada 30 responden yang sesuai dengan kriteria di luar dari sampel dengan hasil uji reliabilitas sebesar 0,710. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa suatu instrumen akan reliabilitas jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0.70 dengan demikian instrumen ini layak untuk digunakan.

8. Pengumpulan data

Prosedur pengambilan data meliputi mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi Fakultas Keperawatan USU. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Puskesmas Sialang Buah. Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian. Dalam pengumpulan data, peneliti dibantu oleh 2 (dua) orang asisten peneliti yang sebelumnya sudah diberi informasi tentang cara pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan peneliti. Asisten juga meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani inform consent atau menyetujui secara lisan. Mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas di desa Pematang Guntung kepada responden menggunakan kuesioner selama 20-30 menit. Sewaktu pengisian kuisioner, responden dibantu oleh asisten


(54)

peneliti. Kuisioner yang telah diisi diambil langsung oleh asisten peneliti dan data yang telah terkumpul kemudian diberikan kepada peneliti untuk diolah/dianalisa.

9. Analisa data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan yang pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuisioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data (bertujuan untuk mengelompokkan data berdasarkan kriteria sampelnya masing-masing), tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuisioner ke dalam program komputer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa data secara deskriptif.

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan teknik komputerisasi untuk menampilkan hasil dari data yang telah terkumpul mengenai karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas. Setelah hasil pengolahan data diperoleh, maka dapat diketahui karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas.


(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas di desa Pematang Guntung Kec. Teluk Mengkudu Serdang Bedagai. Penelitian ini telah dilakukan mulai tanggal 24 Oktober sampai dengan 24 November 2011 yang dilakukan di Puskesmas di desa Pematang Guntung Kec. Teluk Mengkudu Serdang Bedagai, dengan jumlah responden 100 orang pengunjung puskesmas.

1. Hasil penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini akan mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas di desa Pematang Guntung Kec. Teluk Mengkudu Serdang Bedagai. Karakteristik responden dalam penilitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, agama, status sosial ekonomi, pendidikan dan budaya. Secara rinci karakteristik responden akan dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik responden yang menggunakan pelayanan puskesmas di desa Pematang Guntung (n=100)

Karakteristik Responden Frekuensi %

Umur (Tahun)

21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 > 61 21 33 26 13 7 21 33 26 13 7 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 46 54 46 54


(56)

Tabel 1 (lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi %

Agama Islam Kristen 97 3 97 3 Status perkawinan Belum menikah Menikah Duda/janda 8 78 14 8 78 14 Pekerjaan

Ibu rumah tangga Pegawai negeri Pegawai swasta Wiraswasta Petani Nelayan 13 2 3 24 49 9 13 2 3 24 49 9 Penghasilan/bulan < 500.000

500.000 - 850.000 850.000 – 1.500.000 > 1.500.000 6 41 49 4 6 41 49 4 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT 15 32 24 20 9 15 32 24 20 9 Budaya Banjar Melayu Jawa Batak Padang Aceh 62 9 16 6 6 1 62 9 16 6 6 1

Dari tabel diatas (tabel 1) menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 31-40 tahun (33%). Responden yang berjenis kelamin perempuan (54%) dan beragama Islam (97%). Status perkawinan menikah (78%), pekerjaan sebagai petani (49%) dan berpenghasilan sekitar 850.000-1.500.000 (49%). Pendidikan responden Sekolah Dasar (SD) (32%) serta bersuku Banjar.


(57)

Tabel distribusi frekuensi minat masyarakat dalam menggunkan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung Kec. Teluk Mengkudu dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2. Minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas di desa Pematang Guntung

Kategori Frekuensi Persentase

Kurang berminat 0 0%

Berminat 51 51%

Sangat berminat 49 49%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat masyarakat dalam menggunakan pelayanan puskesmas Pematang Guntung adalah kurang berminat, berminat dan sangat berminat. Kategori masyarakat yang berminat yaitu 51 responden (51%), sangat berminat sebanyak 49% dan kategori kurang berminat tidak ada.

Distribusi frekuensi responden terhadap pernyataan minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas disajikan dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena pelayanan kesehatan (n=100)

No Pernyataan Ya

N (%)

Tidak N (%)

1

Berobat ke Puskesmas karena puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik.

73 (73) 27 (27)

2

Menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena petugasnya ramah dan baik.

71 (71) 29 (29) 3 Datang ke puskesmas secara rutin untuk

memeriksakan kesehatan saya. 58 (58) 42 (42) 4 Berobat ke puskesmas karena saya kenal


(58)

Dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan pelayanan kesehatan, umumnya masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas karena puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang baik sebanyak 73% dan karena petugasnya ramah sebanyak 71%.

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena jarak puskesmas (n=100)

No Pernyataan Ya

N (%)

Tidak N (%)

1

Menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas mudah dijangkau dengan transportasi umum

64 (64) 36 (36)

2

Menggunakan pelayanan puskesmas karena jarak puskesmas dekat dengan rumah saya

66 (66) 34 (34) 3 Biaya tranportasi dari rumah saya ke

puskesmas murah 58 (58) 42 (42)

Tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas karena puskesmas mudah dijangkau dengan transportasi umum diminati oleh responden 58% - 66%.

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena biaya (n=100)

No Pernyataan Ya

N (%)

Tidak N (%)

1

Biaya pengobatan di puskesmas terjangkau dan sesuai dengan penghasilan keluarga.

82 (82) 18 (18) 2 Pengobatan di puskesmas gratis untuk

masyarakat kurang mampu. 83 (83) 17 (17) 3 Lebih suka berobat ke puskesmas

karena biaya berobat lebih murah 83 (83) 17 (17) 4 Puskesmas memberikan pelayanan


(59)

Tabel 6 (lanjutan)

5

Obat yang diberikan dari puskesmas, harganya masih terjangkau dari penghasilan keluarga.

81 (81) 19 (19) 6 Pasien jamkesmas mendapat

pelayanan secara gratis 76 (76) 24 (24)

Jika dilihat dari hasil penelitian, masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas karena biaya pengobatan puskesmas gratis untuk masyarakat yang kurang mampu dan biayanya murah sebanyak 83% dank arena biaya pengobatan di puskesmas terjangkau dan sesuai dengan penghasilan keluarga sebanyak 82 %.

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena keyakinan (n=100)

No Pernyataan Ya

N (%)

Tidak N (%)

1 Saya merasa pengobatan tradisional lebih baik dari pengobatan puskesmas

46 (46) 54 (54)

2 Jika ada yang sakit, saya lebih dulu mencari pengobatan puskesmas.

44 (44) 56 (56) 3 Berobat ke puskesmas karena disuruh

oleh keluarga saya.

61 (61) 39 (39) 4 Saya yakin akan lebih cepat sembuh jika

berobat ke puskesmas.

54 (54) 46 (46) 5 Saya lebih percaya pada pengobatan di

puskesmas karena pengobatannya lebih modern.

72 (72) 28 (28)

Sebanyak 72% responden menggunakan pelayanan puskesmas karena masyarakat meyakini bahwa pengobatan puskesmas modern dan masyarakat berobat ke puskesmas karena disuruh oleh keluarga responden sebanyak 61%.


(60)

Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena pengobatan lain (n=100)

No Pernyataan Ya

N (%)

Tidak N (%)

1

Pelayanan di puskesmas dapat memeriksakan kehamilan, menolong persalinan dan perawatan nifas

82 (82) 18 (18) 2 Di Puskesmas dapat melakukan

pelayanan kesehatan pada anak-anak. 85 (85) 15 (15) 3 Di Puskesmas melakukan pelayanan

kesehatan pada lansia. 71 (71) 29 (29) 4 Di Puskesmas melakukan pemeriksaan

gigi 52 (52) 48 (48)

5 Di puskesmas mempunyai posyandu

untuk memantau status gizi anak. 75 (75) 25 (25) 6

Di puskesmas melakukan pemberantasan penyakit menular dan kesehatan

lingkungan.

55 (55) 45 (45) Dilihat dari pengobatan lain yang diberikan puskesmas, sebanyak 85% masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas karena puskesmas memberikan pelayanan kesehatan pada anak-anak dan pelayanan yang diberikan puskesmas dapat memeriksakan kehamilan, menolong persalinan dan perawatan nifas sebanyak 82 %.

2. Pembahasan

2.1. Karakteristik masyarakat 2.1.1. Umur

Dalam hasil penelitian ini menunjukkan usia yang menggunakan pelayanan puskesmas terbesar yaitu pada rentang usia 31 tahun sampai 40 tahun (33%). Peningkatan resiko terkena masalah kesehatan karena penyakit tertentu pada usia produktif yang mengakibatkan masyarakat banyak datang menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas.


(61)

2.1.2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat yang menggunakan pelayanan puskesmas berjenis kelamin perempuan (54%). Dari data sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah perempuan di desa Pematang Guntung sebanyak 1735 orang dan laki-laki sebanyak 1607 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan laki-laki.

2.1.3. Agama

Dari seluruh responden sebanyak 97% responden beragama Islam menggunakan pelayanan puskesmas dan 3% responden beragama Kristen menggunakan pelayanan puskesmas. Mechanic, sebagaimana yang dikutip oleh Muzaham (1995) menyatakan bahwa sejumlah besar dari orang-orang yang sering atau tidak sering memanfaatkan pelayanan medis dapat ditemukan pada suku bangsa, agama dan kelompok sosial tertentu dalam mentoleransi rasa sakit, dalam melihat gejala penyakit atau dalam melakukan tindakan tertentu untuk mengatasinya. Menurut data sensus penduduk pada tahun 2010 diperoleh sebanyak 3311 orang beragama islam. Hal ini menjelaskan bahwa daerah tersebut mayoritas beragama Islam.

2.1.4. Status Sosial Ekonomi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78% berstatus sudah menikah. Muzaham (1995) yang dikutip dari Anderson dan Bartkus menjelaskan bahwa proses sosio-psikologi yang berbeda menimbulkan perbedaan gangguan fasilitas kesehatan menurut status perkawinan, dimana peningkatan penggunaan


(62)

fasilitas kesehatan oleh wanita dan laki-laki yang kawin dipengaruhi oleh persepsi dari temannya dan sensitivitas terhadap gejala penyakit.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 49% responden berpenghasilan Rp 850.000 – Rp 1.500.000 menggunakan pelayanan puskesmas. Menurut Rafael yang dikutip Tarigan (2002), tingkat penghasilan (income) seseorang berhubungan kuat dengan permintaan pelayanan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan yang lebih baik dan lengkap secara sarana dan prasarana. Menurut Saadah (1999) yang dikutip oleh Lukito (2003), tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi seseorang terhadap pemilihan media, sumber informasi dan kemampuan dalam membeli alat-alat yang dibutuhkan dalam menunjang kesehatannya.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 49% responden dengan pekerjaan sebagai petani. Menurut data yang diperoleh bahwa pekerjaan mayoritas di desa Pematang Guntung adalah bertani.

2.1.5. Pendidikan

Dari status pendidikan, masih terdapat 32% responden dengan pendidikan Sekolah Dasar. Feldstein sebagaimana yang dikutip oleh Yulianingsih (2001) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dipercaya mempengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk mengetahui atau mengenal gejala awal. Dari data demografi yang diperoleh,


(63)

sebanyak 1407 orang penduduk desa Pematang Guntung dengan pendidikan sekolah dasar.

2.1.6. Budaya

Responden yang menggunakan pelayanan puskesmas sebanyak 68% bersuku Banjar. Hal ini mengindikasikan bahwa responden bersuku banjar memiliki kesadaran terhadap kesehatan sehingga menggunakan pelayanan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007) respon seseorang apabila sakit salah satunya adalah tindakan mengobati sendiri (self treatment) karena masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri dan pengalaman yang lalu dengan usaha sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Pengetahuan tentang tindakan mengobati sendiri dapat di peroleh secara turun temurun.

2.2. Minat

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 49% responden sangat berminat dalam menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas dan 51% responden berminat menggunakan pelayanan puskesmas. Hal ini menjelaskan bahwa masyarakat di wilayah ini memiliki respon yang baik terhadap pelayanan kesehatan puskesmas sehingga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas. Hal ini beralasan bahwa masyarakat membutuhkannya agar tetap sehat.

Seseorang pada umumnya mencari pengobatan bila mengalami gejala yang mengganggu kehidupannya sehari-hari. Keadaan sakit seseorang akan lebih tampak bila mengganggu pekerjaannya, fungsi sosialnya dan kegiatannya.


(64)

Seseorang juga cenderung memutuskan gejala sebagai pantas tidaknya memperoleh pengobatan bila tampak tidak sama dengan yang dialami sebelumnya atau malah menakutkan (Lumenta, 1989).

2.2.1. Pelayanan Kesehatan

Jika minat masyarakat yang dilihat dari pelayanan kesehatan puskesmas, sebanyak 73% responden menggunakan pelayanan puskesmas karena masyarakat merasa puskesmas dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk kesehatan dan sebanyak 71% responden menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena petugasnya ramah dan baik. Hal ini sesuai dengan pandangan Pohan (2006) bahwa, beberapa aspek pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi alasan seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan seperti faktor petugas yang melaksanakan pelayanan kesehatan atau pelayanan pengobatan dan perawatan, penegakan diagnosa sampai tindakan pengobatan.

2.2.2. Jarak Puskesmas

Jika minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas karena jarak puskesmas, maka sebanyak 66% responden menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas karena jarak puskesmas dengan rumah responden dekat. Hal ini sesuai dengan penjelasan Azwar (1999) yang menyatakan bahwa mutu dan jumlah pengunjung pelayanan kesehatan dapat terkait dengan lokasi dalam meningkatkan kunjungan pasien, kelancaran komunikasi petugas kesehatan dan pasien. Diharapkan dari lokasi yang mudah dijangkau tersebut maka jumlah kunjungan ke


(65)

pelayanan kesehatan meningkat, karena sudah didukung dengan kelancaran transportasi dan komunikasi.

2.2.3. Biaya

Minat masyarakat dilihat dari biaya maka sebanyak 83% responden menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena pengobatan puskesmas gratis untuk masyarakat yang kurang mampu dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk berobat lebih murah dan 82% karena pelayanan kesehatan di puskesmas mudah terjangkau dan sesuai dengan penghasilan keluarga. Hal ini sesuai dengan Azwar (1999) bahwa penting mengajak masyarakat ikut serta berperan serta dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Masyarakat mengunjungi puskesmas untuk mendapatkan jasa pelayanan kesehatan karena puskesmas masih dianggap murah dan mampu untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

2.2.4. Keyakinan

Minat masyarakat untuk menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas dari keyakinan masyarakat, sebanyak 72% responden mengatakan bahwa masyarakat lebih percaya berobat ke puskesmas karena pengobatannya modern. Menurut Fishbein dan Azjen (1975) menyatakan bahwa pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata belief yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek. Dengan demikian segala sesuatu yang sampai saat ini masih diyakini dan dipercaya oleh masyarakat akan mempengaruhi persepsinya terhadap pemilihan pelayanan pengobatan.


(1)

Lampiran 8

TAKSASI DANA

PERSIAPAN PROPOSAL

 Biaya kertas dan print proposal Rp 150.000

 Perbanyak proposal Rp 70.000

 Sidang proposal Rp 80.000

PENGUMPULAN DATA

 Penggandaan kuesioner Rp 100.000

 Tranportasi Rp 100.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN

 Biaya kertas dan tinta print Rp 350.000

 Penjilidan Rp 100.000

 Penggandaan laporan penelitian Rp 200.000 + Rp 1.150.000


(2)

Lembar asisten penelitian

Dalam pengumpulan data, peneliti dibantu oleh 2 (dua) orang asisten peneliti yang sebelumnya sudah diberi informasi tentang cara pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan peneliti. Asisten juga meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani inform consent atau menyetujui secara lisan. Mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas di desa Pematang Guntung kepada responden menggunakan kuesioner selama 20-30 menit. Sewaktu pengisian kuisioner, responden dibantu oleh asisten peneliti. Kuisioner yang telah diisi diambil langsung oleh asisten peneliti dan data yang telah terkumpul kemudian diberikan kepada peneliti untuk diolah/dianalisa.


(3)

(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Melisa Elva

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 07 Desember 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jln Eka Warni gg Eka Warni V No 7 Gedung Johor Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 105406 Pematang Guntung : 2001 2. SLTP Negeri 1 Teluk Mengkudu : 2004 3. SMA Negeri 1 Lubuk Pakam : 2007 4. DIII Keperawatan USU : 2010